Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang
baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara sedang
berkembang sebab mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya
masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini terjadi adalah
bertambahnya jumlah penduduk diberbagai negara sedang berkembang yang
cenderung meningkat terus, sedangkan pertambahan produksi pangan belum
mampu mengimbanginya walaupun telah diterapkan beragam teknologi
mutakhir (Suhardjo, 2003).
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini lahan pertanian dunia telah
berkembang, namun demikian kebanyakan dari lahan tersebut tergolong sulit
untuk diusahakan tanpa adanya biaya produksi yang berarti. Selain itu karena
pertambahan penduduk yang sangat cepat, lahan per kapita menjadi lebih
kecil. Hal ini menyebabkan masalah kurang gizi meningkat (Suhardjo, 2003).
Masalah gizi kurang, banyak dialami oleh balita yang merupakan
generasi penerus. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu yang melahirkan bayibayi
yang tidak sehat, sehingga pada masa balita mereka mengalami
gangguan gizi.
Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukkan dari prevalensi yang
berkaitan dengan kurang energi dan protein (gizi makro) dan gizi mikro
(terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun
2000, keadaan gizi masyarakat menunjukan kemajuan yang cukup berarti,
terlihat dari menurunnya secara prevalensi penderita masalah gizi utama
(protein, karbohidrat) pada berbagai kelompok umur. Prevalensi anak balita
kurang gizi pada tahun 1989-2000 menurun dari 37,5 persen menjadi 24,6
persen. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai dengan 2005 prevelensi kurang
gizi anak pada balita meningkat kembali menjadi 28 persen yang sekitar 8,8
persen diantarannya menderita gizi buruk (Parenting Islami, 2008).
Di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 ditemukan 23 balita
mengalami gizi buruk. Angka ini meningkat hampir 90 persen jika
dibandingkan tahun lalu yang hanya 15 balita . Dari berbagai kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo, Gatak adalah salah satu Kecamatan yang memiliki
kasus gizi buruk pada balita.
Dari berbagai keadaan tersebut, maka usaha perbaikan gizi harus
ditingkatkan terutama pada balita, ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui. Usaha
perbaikan gizi ditujukan kepada keluarga, karena dalam kehidupan sehari-hari
makanan keluarga ditentukan dan menjadi tanggung jawab keluarga itu
sendiri, sejak belanja bahan makanan, menyusun menu, pengolahan, penyajian
dan pembagiannya. Partisipasi dari keluarga atau individu dalam usaha
perbaikan gizi sangat mempengaruhi tercapainya usaha perbaikan gizi yang
dilaksanakan. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam bentuk kesadaran akan
masalah gizi diantara mereka, sehingga mereka terangsang untuk mengatasi
dan menanggulangi ( Roedjito, 1989).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu upaya pendekatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan
perubahan perilaku yang baik. Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan Ibu
balita mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang
dinasehatkan sehingga mampu mengasuh dan merawat balita gizi kurang
menjadi lebih baik (Depkes, 2007).
Dengan adanya pendidikan gizi (penyuluhan gizi) diharapkan dapat
memperbaiki sikap orang dalam memenuhi gizi keluarga. Dalam hal ini peran
ibu sangat menentukan. Dengan adanya penyuluhan gizi, diharapkan akan
dapat merubah perilaku ibu rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita.
Sehingga terjadi peningkatan gizi balita.
B. Perumusan Masalah
Masalah gizi dan soal-soal yang berhubungan dengan perbaikan gizi
banyak bersangkut paut dengan berbagai masalah, terutama pengelolaan dan
penyediaan pangan keluarga dan orang-orang dalam masyarakat harus
mengerti bahwa anak-anak mereka memnbutuhkan makanan dengan cukup zat
gizi demi masa depan mereka. Secara langsung gizi kurang tidak
menyebabkan anak mereka mati seperti halnya karena serangan penyakit
tertentu. Tapi jelas, gizi kurang memperhebat masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi anak, yaitu mudah terserang penyakit, tertunda
pertumbuhannya, badan cacat dan sebagainya (Sajogyo, 1986).
Pemecahan masalah gizi haruslah merupakan masalah secara luas dan
menyeluruh, yang dimulai dengan usaha pendidikan bidang gizi, pendidikan
bidang peningkatan produksi dengan satu tujuan agar dalam keluarga itu
dapat berkembang kesehatan jasmani dan rohani sebagaimana mestinya.
Usaha pokok yang dapat dilakukan dalam program perbaikan gizi adalah
dengan memberikan pendidikan gizi dan penyuluhan kepada keluarga agar
sadar gizi (nutrition minded), masing-masing instansi baik yang bergerak
dibidang produksi bahan makanan seperti petugas penyuluhan dinas pertanian
maupun instansi yang bergerak dibidang penyuluhan dan pendidikan
kesehatan secara terkoordinir dapat menggiatkan dan mengarahkan usahausaha
mereka ketujuan tersebut (Moehji, 1992).
Program-program penanggulangan gizi dapat dibedakan antara
program-program penanggulangan gizi secara langsung yaitu dengan
pemberian secara langsung makanan tambahan, vitamin dan mineral, dan
program-program penanggulang gizi secara tidak langsung, yaitu dengan
peningkatan pendapatan keluarga, pengendalian harga pangan, peningkatan
program kesehatan serta program-program penyuluhan dan lain sebagainya.
Kedua macam program-program yang langsung maupun tidak langsung harus
dilaksanakan secara simultan apabila kita menginginkan berhasilnya usahausaha
peningkatan gizi (Suhardjo, 2003).
Dalam pelaksanaan program penanggulangan masalah gizi, diperlukan
partisipasi atau peran dari sasaran penyuluhan gizi, yang mana dalam
penelitian ini yang menjadi sasaran adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah
tangga sangat berperan penting dalam keluarganya terutama dalam hal
penyediaan pangan yang akan dikonsumsi oleh keluarganya.
Sebagai seorang ibu yang mempunyai peran penting dalam keluarga,
harus mempunyai perasaan yang peka terhadap sesuatu. Dalam hal
pemenuhan gizi, ibu sangat berpengaruh besar, maka dari itu sebagai sasaran
penyuluhan gizi, seorang ibu harus benar-benar dapat dapat mengambil sikap
yang tepat dalam pengambilan keputusan.
Dari uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah
Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana faktor pembentuk sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan
gizi di Wilayah Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap
ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah Binaan Puskesmas
I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah
Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengkaji faktor pembentuk sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan
gizi di Wilayah Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap
ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah Binaan Puskesmas
I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian akan memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman disamping untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah seperti lembaga kesehatan atau instansi terkait, penelitian
ini berguna sebagai wacana dan pertimbangan dalam penentuan prioritas
program di bidang gizi dan pelayanan kesehatan.
3. Bagi ibu rumah tangga, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam setiap
mengambil sikap untuk memenuhi gizi keluarga khususnya pada balita.
A. Latar Belakang
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang
baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara sedang
berkembang sebab mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya
masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini terjadi adalah
bertambahnya jumlah penduduk diberbagai negara sedang berkembang yang
cenderung meningkat terus, sedangkan pertambahan produksi pangan belum
mampu mengimbanginya walaupun telah diterapkan beragam teknologi
mutakhir (Suhardjo, 2003).
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini lahan pertanian dunia telah
berkembang, namun demikian kebanyakan dari lahan tersebut tergolong sulit
untuk diusahakan tanpa adanya biaya produksi yang berarti. Selain itu karena
pertambahan penduduk yang sangat cepat, lahan per kapita menjadi lebih
kecil. Hal ini menyebabkan masalah kurang gizi meningkat (Suhardjo, 2003).
Masalah gizi kurang, banyak dialami oleh balita yang merupakan
generasi penerus. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu yang melahirkan bayibayi
yang tidak sehat, sehingga pada masa balita mereka mengalami
gangguan gizi.
Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukkan dari prevalensi yang
berkaitan dengan kurang energi dan protein (gizi makro) dan gizi mikro
(terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun
2000, keadaan gizi masyarakat menunjukan kemajuan yang cukup berarti,
terlihat dari menurunnya secara prevalensi penderita masalah gizi utama
(protein, karbohidrat) pada berbagai kelompok umur. Prevalensi anak balita
kurang gizi pada tahun 1989-2000 menurun dari 37,5 persen menjadi 24,6
persen. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai dengan 2005 prevelensi kurang
gizi anak pada balita meningkat kembali menjadi 28 persen yang sekitar 8,8
persen diantarannya menderita gizi buruk (Parenting Islami, 2008).
Di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 ditemukan 23 balita
mengalami gizi buruk. Angka ini meningkat hampir 90 persen jika
dibandingkan tahun lalu yang hanya 15 balita . Dari berbagai kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo, Gatak adalah salah satu Kecamatan yang memiliki
kasus gizi buruk pada balita.
Dari berbagai keadaan tersebut, maka usaha perbaikan gizi harus
ditingkatkan terutama pada balita, ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui. Usaha
perbaikan gizi ditujukan kepada keluarga, karena dalam kehidupan sehari-hari
makanan keluarga ditentukan dan menjadi tanggung jawab keluarga itu
sendiri, sejak belanja bahan makanan, menyusun menu, pengolahan, penyajian
dan pembagiannya. Partisipasi dari keluarga atau individu dalam usaha
perbaikan gizi sangat mempengaruhi tercapainya usaha perbaikan gizi yang
dilaksanakan. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam bentuk kesadaran akan
masalah gizi diantara mereka, sehingga mereka terangsang untuk mengatasi
dan menanggulangi ( Roedjito, 1989).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu upaya pendekatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan
perubahan perilaku yang baik. Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan Ibu
balita mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang
dinasehatkan sehingga mampu mengasuh dan merawat balita gizi kurang
menjadi lebih baik (Depkes, 2007).
Dengan adanya pendidikan gizi (penyuluhan gizi) diharapkan dapat
memperbaiki sikap orang dalam memenuhi gizi keluarga. Dalam hal ini peran
ibu sangat menentukan. Dengan adanya penyuluhan gizi, diharapkan akan
dapat merubah perilaku ibu rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita.
Sehingga terjadi peningkatan gizi balita.
B. Perumusan Masalah
Masalah gizi dan soal-soal yang berhubungan dengan perbaikan gizi
banyak bersangkut paut dengan berbagai masalah, terutama pengelolaan dan
penyediaan pangan keluarga dan orang-orang dalam masyarakat harus
mengerti bahwa anak-anak mereka memnbutuhkan makanan dengan cukup zat
gizi demi masa depan mereka. Secara langsung gizi kurang tidak
menyebabkan anak mereka mati seperti halnya karena serangan penyakit
tertentu. Tapi jelas, gizi kurang memperhebat masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi anak, yaitu mudah terserang penyakit, tertunda
pertumbuhannya, badan cacat dan sebagainya (Sajogyo, 1986).
Pemecahan masalah gizi haruslah merupakan masalah secara luas dan
menyeluruh, yang dimulai dengan usaha pendidikan bidang gizi, pendidikan
bidang peningkatan produksi dengan satu tujuan agar dalam keluarga itu
dapat berkembang kesehatan jasmani dan rohani sebagaimana mestinya.
Usaha pokok yang dapat dilakukan dalam program perbaikan gizi adalah
dengan memberikan pendidikan gizi dan penyuluhan kepada keluarga agar
sadar gizi (nutrition minded), masing-masing instansi baik yang bergerak
dibidang produksi bahan makanan seperti petugas penyuluhan dinas pertanian
maupun instansi yang bergerak dibidang penyuluhan dan pendidikan
kesehatan secara terkoordinir dapat menggiatkan dan mengarahkan usahausaha
mereka ketujuan tersebut (Moehji, 1992).
Program-program penanggulangan gizi dapat dibedakan antara
program-program penanggulangan gizi secara langsung yaitu dengan
pemberian secara langsung makanan tambahan, vitamin dan mineral, dan
program-program penanggulang gizi secara tidak langsung, yaitu dengan
peningkatan pendapatan keluarga, pengendalian harga pangan, peningkatan
program kesehatan serta program-program penyuluhan dan lain sebagainya.
Kedua macam program-program yang langsung maupun tidak langsung harus
dilaksanakan secara simultan apabila kita menginginkan berhasilnya usahausaha
peningkatan gizi (Suhardjo, 2003).
Dalam pelaksanaan program penanggulangan masalah gizi, diperlukan
partisipasi atau peran dari sasaran penyuluhan gizi, yang mana dalam
penelitian ini yang menjadi sasaran adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah
tangga sangat berperan penting dalam keluarganya terutama dalam hal
penyediaan pangan yang akan dikonsumsi oleh keluarganya.
Sebagai seorang ibu yang mempunyai peran penting dalam keluarga,
harus mempunyai perasaan yang peka terhadap sesuatu. Dalam hal
pemenuhan gizi, ibu sangat berpengaruh besar, maka dari itu sebagai sasaran
penyuluhan gizi, seorang ibu harus benar-benar dapat dapat mengambil sikap
yang tepat dalam pengambilan keputusan.
Dari uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah
Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana faktor pembentuk sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan
gizi di Wilayah Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap
ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah Binaan Puskesmas
I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah
Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengkaji faktor pembentuk sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan
gizi di Wilayah Binaan Puskesmas I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap
ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi di Wilayah Binaan Puskesmas
I Gatak Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian akan memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman disamping untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah seperti lembaga kesehatan atau instansi terkait, penelitian
ini berguna sebagai wacana dan pertimbangan dalam penentuan prioritas
program di bidang gizi dan pelayanan kesehatan.
3. Bagi ibu rumah tangga, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam setiap
mengambil sikap untuk memenuhi gizi keluarga khususnya pada balita.
Komentar