BUDIDAYA TANAMAN SELADA DAUN (Lactuca sativa) DI KELOMPOK TANI MANUNGGAL SAMBI, PAKEMBINANGUN, PAKEM SLEMAN, YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan
berbagai jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari
luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek
klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran.
Produk pertanian meningkat terjadi pada komoditas tanaman sayuran
seperti selada daun. Lepas dari peran nutrisionalnya, sayuran menduduki
tempat khusus dalam sistem pertanian karena metode pengusahaannya yang
sangat intensif. Sayuran pada umumnya dipanen dalam bentuk segar (dengan
kandungan air yang tinggi), maka hasilnya apabila diusahakan dengan
semestinya, biasanya sangat tinggi (Widodo dkk., 2006).
Meningkatnya permintaan terhadap sayuran harus diimbangi dengan
peningkatan produktivitas sayuran. Beberapa jenis sayuran mempunyai
potensi produksi yang tinggi, sehingga layak untuk dikembangkan. Salah satu
jenisnya adalah selada daun, yang memiliki potensi hasil 12 t/ha. Sejak tahun
1980-an permintaan selada didalam negeri terus meningkat, terutama di pasarpasar
swalayan, restauran-restauran dan hotel berbintang yang sering
dikunjungi oleh orang-orang luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, menyebabkan Indonesia harus mengimpor komoditas lain.
Selada daun (Lactuca sativa) merupakan sayuran daun yang di Jawa
Barat dikenal dengan nama sladah, selada bokor (Sunda), dan orang Jawa pada
umumnya menyebut selada atau sladah (Jawa). Selada berasal dari Asia Kecil
atau Timur Tengah dan lebih dikenal sebagai sayuran dan bahan sejak 4500
tahun Sebelum Masehi (Sutarya et al., 1995).
Mengingat kurangnya peminat usaha tani selada daun antara lain
disebabkan oleh masih terbatasnya informasi terhadap nilai ekonomis dan
prospek jenis sayuran ini. Disamping itu belum meluasnya informasi tentang
ketersediaan varietas unggul baru, teknik budidaya serta pasca panennya dan
kelayakan usaha tani dalam skala komersial (agribisnis) tanaman selada daun
(Rukmana, 1994).
Tanaman selada daun belum membudaya pengembangannya tetapi,
prospek ekonominya cukup cerah. Permintaan terhadap komoditas selada daun
terus meningkat, antara lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran
besar, hotel-hotel berbintang di kota-kota besar, serta konsumen (orang-orang)
luar negeri yang menetap di Indonesia.
Di Indonesia sendiri banyak sekali jenis masakan atau panganan yang
menggunakan selada daun baik sebagai bahan pokok maupun sebagai bahan
pelengkapnya. Selada daun sering dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk
makan yang nikmat ditemani sambal. Masakan asing seperti salad sering
menggunakan selada daun untuk campuran. Begitu pula hamburger, hot dog,
dan beberapa jenis makanan lainnya.
Varietas selada daun yang diusahakan di Indonesia umumnya adalah
varietas yang hanya mampu tumbuh dengan baik di dataran tinggi, dan
varietas-varietas baru yang tahan terhadap suhu panas. Salah satu dari varietas
ini adalah selada panorama/selada Betawi, yang merupakan selada asli
Indonesia (Sutarya et al., 1995).
Tanaman selada daun memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang
penting bagi kesehatan, selada daun dipercaya untuk memperbaiki dan
memperlancar pencernaan, juga memiliki khasiat untuk mengobati panas
dalam karena memiliki efek mendinginkan badan.
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta
meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya
permintaan akan sayuran pada umumnya dan selada daun pada khususnya.
Untuk memenuhi permintaan yang tinggi tersebut ditambah dengan peluang
pasar internasional yang cukup besar bagi kedua komoditas tersebut, selada
daun layak diusahakan ditinjau dari aspek ekonomi dan bisnis.
Untuk tanaman selada daun sebaiknya digunakan media pasir karena
media pasir cocok untuk pertumbuhan akar dan batang selada. Untuk
pesemaian digunakan pasir yang lebih halus agar memudahkan pertumbuhan
akar bibit yang halus dan cukup baik menyangga bibit. Pasir yang lebih kasar
digunakan untuk media penanaman (Haryanto et al., 1995).
Untuk meningkatkan produksi sayuran, termasuk selada daun,
diperlukan beberapa usaha antara lain, dengan perbaikan teknik bercocok
tanam, penggunaan varietas yang cocok, pemeliharaan tanaman yang intensif
dan usaha-usaha dalam perbaikan tingkat kesuburan tanahnya (Sudjijo, 1994).
Karena untuk memenuhi permintaan pasar maka para petani berusaha
memperluas lahan dan menambah karyawan serta meningkatkan mutu atau kualitas selada daun yang baik agar permintaan pasar berjalan dengan lancar
dan memiliki nilai jual yang tinggi. Kelompok Tani Manunggal, Sambi,
Pakembinangun, Pakem berdiri pada tanggal 20 Februari 2002 dan di
resmikan pada tanggal 3 Juni 2002, yang beranggotakan dari 32 anggota. Di
Kelompok Tani Manunggal, proses produksi pertanian cukup baik sehingga
saya tertarik untuk belajar dan menambah pengetahuan di Kelompok Tani
Manunggal.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenali kegiatan-kegiatan dilapang kerja yang ada dibidang
pertanian.
b. Meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa mengenal
hubungan antara teori yang diberikan dikampus dengan penerapannya
secara langsung dilapangan.
c. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan pemerintah
instasi terkait dan masyarakat yang bergerak dibidang pertanian
sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
Dapat mengetahui, melihat dan memahami secara langsung
teknik-teknik budidaya tanaman Selada daun (Lactuca sativa) di lokasi
magang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan
berbagai jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari
luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek
klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran.
Produk pertanian meningkat terjadi pada komoditas tanaman sayuran
seperti selada daun. Lepas dari peran nutrisionalnya, sayuran menduduki
tempat khusus dalam sistem pertanian karena metode pengusahaannya yang
sangat intensif. Sayuran pada umumnya dipanen dalam bentuk segar (dengan
kandungan air yang tinggi), maka hasilnya apabila diusahakan dengan
semestinya, biasanya sangat tinggi (Widodo dkk., 2006).
Meningkatnya permintaan terhadap sayuran harus diimbangi dengan
peningkatan produktivitas sayuran. Beberapa jenis sayuran mempunyai
potensi produksi yang tinggi, sehingga layak untuk dikembangkan. Salah satu
jenisnya adalah selada daun, yang memiliki potensi hasil 12 t/ha. Sejak tahun
1980-an permintaan selada didalam negeri terus meningkat, terutama di pasarpasar
swalayan, restauran-restauran dan hotel berbintang yang sering
dikunjungi oleh orang-orang luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, menyebabkan Indonesia harus mengimpor komoditas lain.
Selada daun (Lactuca sativa) merupakan sayuran daun yang di Jawa
Barat dikenal dengan nama sladah, selada bokor (Sunda), dan orang Jawa pada
umumnya menyebut selada atau sladah (Jawa). Selada berasal dari Asia Kecil
atau Timur Tengah dan lebih dikenal sebagai sayuran dan bahan sejak 4500
tahun Sebelum Masehi (Sutarya et al., 1995).
Mengingat kurangnya peminat usaha tani selada daun antara lain
disebabkan oleh masih terbatasnya informasi terhadap nilai ekonomis dan
prospek jenis sayuran ini. Disamping itu belum meluasnya informasi tentang
ketersediaan varietas unggul baru, teknik budidaya serta pasca panennya dan
kelayakan usaha tani dalam skala komersial (agribisnis) tanaman selada daun
(Rukmana, 1994).
Tanaman selada daun belum membudaya pengembangannya tetapi,
prospek ekonominya cukup cerah. Permintaan terhadap komoditas selada daun
terus meningkat, antara lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran
besar, hotel-hotel berbintang di kota-kota besar, serta konsumen (orang-orang)
luar negeri yang menetap di Indonesia.
Di Indonesia sendiri banyak sekali jenis masakan atau panganan yang
menggunakan selada daun baik sebagai bahan pokok maupun sebagai bahan
pelengkapnya. Selada daun sering dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk
makan yang nikmat ditemani sambal. Masakan asing seperti salad sering
menggunakan selada daun untuk campuran. Begitu pula hamburger, hot dog,
dan beberapa jenis makanan lainnya.
Varietas selada daun yang diusahakan di Indonesia umumnya adalah
varietas yang hanya mampu tumbuh dengan baik di dataran tinggi, dan
varietas-varietas baru yang tahan terhadap suhu panas. Salah satu dari varietas
ini adalah selada panorama/selada Betawi, yang merupakan selada asli
Indonesia (Sutarya et al., 1995).
Tanaman selada daun memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang
penting bagi kesehatan, selada daun dipercaya untuk memperbaiki dan
memperlancar pencernaan, juga memiliki khasiat untuk mengobati panas
dalam karena memiliki efek mendinginkan badan.
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta
meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya
permintaan akan sayuran pada umumnya dan selada daun pada khususnya.
Untuk memenuhi permintaan yang tinggi tersebut ditambah dengan peluang
pasar internasional yang cukup besar bagi kedua komoditas tersebut, selada
daun layak diusahakan ditinjau dari aspek ekonomi dan bisnis.
Untuk tanaman selada daun sebaiknya digunakan media pasir karena
media pasir cocok untuk pertumbuhan akar dan batang selada. Untuk
pesemaian digunakan pasir yang lebih halus agar memudahkan pertumbuhan
akar bibit yang halus dan cukup baik menyangga bibit. Pasir yang lebih kasar
digunakan untuk media penanaman (Haryanto et al., 1995).
Untuk meningkatkan produksi sayuran, termasuk selada daun,
diperlukan beberapa usaha antara lain, dengan perbaikan teknik bercocok
tanam, penggunaan varietas yang cocok, pemeliharaan tanaman yang intensif
dan usaha-usaha dalam perbaikan tingkat kesuburan tanahnya (Sudjijo, 1994).
Karena untuk memenuhi permintaan pasar maka para petani berusaha
memperluas lahan dan menambah karyawan serta meningkatkan mutu atau kualitas selada daun yang baik agar permintaan pasar berjalan dengan lancar
dan memiliki nilai jual yang tinggi. Kelompok Tani Manunggal, Sambi,
Pakembinangun, Pakem berdiri pada tanggal 20 Februari 2002 dan di
resmikan pada tanggal 3 Juni 2002, yang beranggotakan dari 32 anggota. Di
Kelompok Tani Manunggal, proses produksi pertanian cukup baik sehingga
saya tertarik untuk belajar dan menambah pengetahuan di Kelompok Tani
Manunggal.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenali kegiatan-kegiatan dilapang kerja yang ada dibidang
pertanian.
b. Meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa mengenal
hubungan antara teori yang diberikan dikampus dengan penerapannya
secara langsung dilapangan.
c. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan pemerintah
instasi terkait dan masyarakat yang bergerak dibidang pertanian
sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
Dapat mengetahui, melihat dan memahami secara langsung
teknik-teknik budidaya tanaman Selada daun (Lactuca sativa) di lokasi
magang.
Komentar