SKRIPSI : upaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta dengan media karikatur pada media massa


-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai alat komunikasi, bahasa tulis memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia untuk mengekspresikan diri berupa ide, gagasan atau pemikiran sehingga mampu menciptakan peradaban dan karya kreatif yang dapat merubah dunia. Perubahan dunia yang ditandai dengan perkembangan IPTEK dan juga globalisasi informasi yang dapat melampaui batas bangsa beserta budaya, kini benar-benar terjadi. Informasi yang muncul dan berkembang di bangsa Indonesia akan segera beredar ke seluruh pelosok negeri, dari situ tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan bahasa Indonesia menjadi sarana pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, penguasaan bahasa Indonesia menjadi pintu gerbang penguasaan IPTEK (Dendy Sugono, 2006: 5). Salah satu sarana transformasi dan sosialisasi baik informasi yang berkaitan dengan pengetahuan maupun transformasi ideologi, adalah media massa cetak. Kehadiran media cetak dalam perkembangan teknologi, merupakan salah satu dari sekian banyak sarana yang dapat mengungkapkan ide, gagasan, kritikan dan lain sebagainya yang kini telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia.
Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, berbagai upaya peningkatan mutu pengajaran berbahasa telah dan terus dilakukan. Peningkatan itu terutama ditujukan pada aspek kemampuan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) (Dendy Sugono, 2006: 6). Meskipun demikian, penguasaan pengetahuan tentang bahasa tidaklah mungkin diabaikan karena bahasa pada dasarnya adalah seperangkat sistem lambang yang meliputi kosa kata dan kaidah struktur pada tataran frasa, klausa, kalimat ataupun wacana, yang dapat membekali pemakai mampu berbahasa dengan baik dan benar (Henry Guntur Tarigan dalam Dendy Sugono, 2006: 6).
Dijelaskan oleh Dendy Sugono bahwa pada tingkat pendidikan dasar, aspek kebahasaan memperoleh porsi lebih kecil dari aspek keterampilan. Sebaliknya, pada pendidikan menengah aspek keterampilan memperoleh porsi lebih besar. Jadi semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar aspek kebahasaan, sehingga pada jenjang pendidikan menengah aspek kebahasaan dan keterampilan itu berbanding seimbang.
Ihwal pengetahuan tentang bahasa harus dikemas dalam empat aspek belajar bahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara terintegrasi. Keempat aspek tersebut (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) tidak menjadi topik pembahasan tersendiri atau berdiri sendiri, tetapi menyatu pada proses belajar bahasa, dengan tujuannya untuk mencapai kompetensi tertentu.
Keempat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) yang harus dikuasai oleh siswa di antaranya adalah keterampilan menulis. Fenomena yang saat ini terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya di SMA Negeri 5 Surakarta, dari hasil survai yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan kualitas pembelajaran menulis siswa di kelas X tergolong masih rendah. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk pelajaran menulis yang hanya mencapai 60 (standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 5 Surakarta adalah 65). Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya keterampilan menulis siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta khususnya menulis argumentasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang tertarik pada pelajaran menulis argumentasi, (2) guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa, (3) siswa kesulitan dalam menentukan topik/tema serta mengemukakan argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi, dan (4) guru kesulitan untuk menemukan teknik/metode yang tepat untuk mengajarkan meteri argumentasi secara baik.
Pembelajaran menulis memang banyak dikeluhkan oleh guru. Menurut hemat peneliti, pengembangan keterampilan menulis pada siswa perlu sekali ditekankan, mengingat keterampilan menulis di satu sisi memiliki kegunaan yang penting, tetapi di sisi lain pelaksanaannya menuntut lebih banyak persyaratan dibanding misalnya keterampilan berbicara.
Dalam ranah menulis dibutuhkan keterampilan memilih kata, menata struktur sintaksis dan memilih gaya bahasa. Jika ketiga keterampilan itu telah dimiliki oleh siswa, maka dalam kegiatan menulis mereka akan mampu mengolah kalimat menjadi paragraf. Kemampuan dalam mengolah struktur kalimat ini akan membuahkan kelancaran dalam pemakaian bahasa atau kegiatan berkomunikasi tulis.
Di samping itu kegiatan menulis juga memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan pribadi seseorang. Membantu meningkatkan pengingatan akan sesuatu pengalaman, serta kesadaran akan ide-ide yang disusun secara tertib untuk dikemukakan. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi dan lain-lain (Yant Mujiyanto,dkk 2000:70)
Namun pada kenyataan yang ada di lapangan terkait tentang pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, aspek pengetahuan kebahasaan mendapat porsi yang jauh lebih besar dari pada aspek keterampilan berbahasa, sehingga siswa hanya mampu menguasai satu keterampilan saja. Semisal, seorang siswa lebih suka mendengarkan (menyimak) daripada berbicara, lebih gemar membaca daripada menulis ataupun sebaliknya. Hal ini sangat disayangkan, karena penguasaan keterampilan menjadi tujuan akhir pengajaran bahasa.
Memperhatikan uraian di atas, kiranya cukup beralasan jika penguasaan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan siswa, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu para siswa perlu betul-betul dituntut untuk menguasai keterampilan tersebut sehingga mereka dapat memperoleh manfaaat yang optimal daripadanya.
Keterampilan menulis yang dimiliki oleh seseorang tidak datang begitu saja secara otomatis, tetapi seperti keterampilan lain yang harus dipelajari dan diasah terus menerus. Semua itu dimulai dari latihan secara kontinyu dan penuh ketekunan. Uraian di atas menunjukkan bahwa, keterampilan menulis itu merupakan suatu proses pembelajaran melalui banyak latihan. Untuk mampu memiliki keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang tata bahasa dan paham tentang teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang mengarang, tetapi di perlukan prose berlatih secara terus menerus dan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa tidak sekedar dibekali dengan kemampuan memakai dan menggunakan kalimat semata, tetapi memakai dan menggunakan kalimat dalam berbagai konteks komunikasi berbahasa. Pembelajaran terhadap keterampilan ini tidak bisa hanya melalui uraian/penjelasan guru saja, namun harus melalui latihan dan praktik secara teratur. Di sisi lain siswa mendapat bimbingan yang sistematis setahap demi setahap sehingga siswa mengerti betul apa yang seharusnnya dilakukan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap kemampuan dan keterampilan berbahasa di sekolah hendaknya dilakukan secara terprogram dan berorientasi pada pengembangan dan peningkatan kompetensi siswa. Mengingat semua jenis dan jenjang pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar (Undang-Undang No.20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) maka, penguasaan keterampilan bahasa Indonesia menjadi kunci keberhasilan pendidikan Indonesia.
Kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru dalam memilih strategi dan memanfaatkan media dalam pembelajaran menulis menjadi bagian dari faktor penyebab ketidakberhasilan sekolah dalam menjalankan misi sebagai agen pembaharu, yakni pada pemahaman sikap hidup untuk menjadikan menulis sebagai suatu budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun guru itu sendiri. Bahkan sangat mungkin pelajaran menulis menjadi hal yang ditakuti atau dianggap membosankan bagi siswa. Berbagai hal yang muncul tersebut terkait tentang kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran menulis, maka perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus selektif dalam memilih media pembelajaran yang digunakan. Media yang efektif untuk pengajaran suatu materi tertentu belum tentu efektif juga untuk mengajarkan materi yang lainnya. Dengan begitu setiap materi ternyata mempunyai karakteristik tersendiri yang turut menentukan pula media apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitupula dalam pembelajaran menulis, guru harus bisa memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan sehingga nantinya mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Berpijak dari uraian di atas, seorang guru dituntut untuk memiliki kecerdasan dalam memilih strategi dan memanfaatkan media dalam pembelajaran menulis. Alasan karikatur dijadikan media pembelajaran karena gambar karikatur berfungsi untuk menyampaikan pesan pada pembacanya secara tepat dan ringkas dalam menyikapi suatu situasi atau kejadian-kejadian tertentu (Arief Sadiman dkk, 1996 :49).
Salah satu media pembelajaran yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas dan kegemaran siswa dalam menulis argumentasi adalah melalui media karikatur di media massa. Langkah ini akan memberikan gambaran pada siswa untuk menulis serta meningkatkan keterampilan siswa dalam hal kelancaran berkomunikasi baik dalam hal mencurahkan ide atau gagasan penyampaian informasi.
Upaya penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis argumentasi dengan media karikatur di media massa, sepanjang informasi yang terjangkau oleh penulis belum pernah dilakukan oleh orang lain. Atas dasar itu, maka penulis merasa perlu meneliti hal di atas. Jika penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis argumentasi dengan menggunakan media karikatur tidak dilakukan, dikhawatirkan metode pengajaran dan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru sekarang ini akan terus statis dan monoton dari masa ke masa. Hasil akhirnya, prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu akan berada pada lavel atau tingkat yang sama pula.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta dengan media karikatur pada media massa?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis argumentasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media karikatur sehingga hasil belajar menulis argumentasi siswa meningkat.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis argumentasi siswa setealh diajar dengan media karikatur.
b. Mendeskripsikan hasil peningkatan keterampilan menulis argumentasi dengan media karikatur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan kebahasaan, terutama dalam kegiatan menulis argumentasi.
2. Manfaat Praktis
  1. Bagi guru:
1) Sebagai upaya untuk menawarkan inovasi baru cara pembelajaran menulis argumentasi.
2) Upaya untuk memotivasi siswa dalam kegiatan menulis.
3) Upaya meningkatkan kualitas dan prestasi khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.
  1. Bagi siswa, untuk memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar keterampilan menulis khususnya menulis argumentasi dengan memanfaatkan media karikatur dari media massa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN KATALIS K3-xHxPW12O40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

GENERAL LEAST SQUARE

Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi