SKRIPSI : Pengukuran Kinerja Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Boyolali dengan Metode Balanced Scorecard Tahun 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis meningkat sangat tajam. Banyak peluang bisnis yang muncul dari berbagai sektor, termasuk sektor jasa yang dapat memperluas kesempatan kerja. Persaingan bisnis yang begitu ketat menuntut perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut melakukan perbaikan terus-menerus. Perusahaan akan dapat melakukan perbaikan bila perusahaan tersebut dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu.
Dalam sistem pengendalian manajemen, pengukuran kinerja perusahaan merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban, dengan jalan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang ingin dicapai.
Selama ini pengukuran kinerja yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional, yang hanya menitikberatkan pada ukuran keuangan. Ukuran keuangan saja tidak dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi keuangan misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000: 7).
Untuk mengatasi keterbatasan pengukuran kinerja tradisional, Robert S. Kaplan dari Harvard Business School dan David P. Norton yang merupakan presiden Renaissance Solution, Inc., mengemukakan sistem pengukuran kinerja baru yaitu Balanced Scorecard. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2000: 22). Balanced scorecard tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif, tidak hanya mengukur aspek keuangan saja, tapi penggabungan ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik. Selain itu, empat perspektif dalam balanced scorecard juga memungkinkan keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Balanced scorecard terdiri atas kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan strategi adalah suatu teori tentang bagaimana perusahaan mencapai sasarannya (Garrison, 2005: 10). Ukuran kinerja berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, karena setiap perusahaan mempunyai sasaran masing-masing. Dengan pengukuran kinerja yang baik, tidak hanya memperlihatkan ukuran keuangan saja, tapi penggabungan antara ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan baik.
Ditinjau dari system manajemen strategik, balanced scorecard dapat dikatakan sebagai intinya. Perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif memerlukan suatu perencanaan yang matang, tidak hanya berorientasi pada masa yang akan datang tapi juga harus bisa mengantisipasi perubahan dalam jangka pendek dan menengah. Oleh karena itu, memahami langkah-langkah manajemen strategik diperlukan untuk dapat menciptakan perencanaan yang matang untuk masa depan perusahaan. Mulyadi (2001:1) menyatakan, ”Balanced scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan.”
Tujuan pengukuran dalam balanced scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, tapi merupakan hasil dari suatu proses dari manajer kepada bawahannya berdasarkan misi dan strategi perusahaan. Misi dan strategi tersebut harus bisa diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata.
AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang asuransi dengan wilayah pemasaran kabupaten Boyolali. Saat ini AJB Bumiputera Cabang Boyolali belum memanfaatkan Balanced Scorecard untuk mengukur kinerjanya. AJB Bumiputera menggunakan tujuh item pengukuran kinerja, yaitu:
1. Perolehan nasabah
Semakin banyak nasabah yang diperoleh, maka kinerjanya semakin baik. Dengan kata lain, apabila kantor cabang tersebut dapat memenuhi target yang ditentukan oleh kantor pusat, maka kinerjanya dikatakan baik.
2. Perolehan premi
Semakin banyak premi yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa kinerja yang dicapai semakin baik.
3. Biaya yang dikeluarkan
Biaya yang dikeluarkan, berbanding terbalik dengan kinerja, artinya semakin sedikit biaya yang dikeluarkan oleh suatu kantor cabang, maka kinerjanya semakin baik.
4. Setoran kantor pusat
AJB Bumiputera mempunyai aturan bahwa setiap kantor cabang harus mampu menyetor premi income ke kantor pusat. Semakin banyak setoran premi income, maka semakin baik kinerjanya.
5. Klaim
Bila semakin sedikit nasabah yang mengajukan klaim, maka dapat dikatakan kinerja perusahan atau kantor cabang semakin baik.
6. Persistensi
Suatu kantor cabang yang dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perolehan income, maka kinerjanya semakin baik.
7. Growth (Peningkatan Pertumbuhan Premi)
Bila dalam satu tahun terakhir,terdapat peningkatan dalam prolehan premi, maka kinerja kantor cabang dikatakan semakin baik.
Metode pengukuran kinerja yang selama ini digunakan AJB Bumiputera bila dijabarkan dalam perspektif balanced scorecard, sudah memenuhi tiga perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan (konsumen) dan proses bisnis internal. Dimana dalam tujuh item pengukuran kinerja yang selama ini telah digunakan AJB Bumiputera 1912, perspektif keuangan diukur dari perolehan premi, biaya yang dikeluarkan, setoran ke kantor pusat, dan klaim yang dilakukan oleh nasabah. Sedangkan perspektif konsumen diukur dari perolehan nasabah. Persistensi dan peningkatan pertumbuhan premi dapat dikatakan masuk dalam perspektif proses bisnis internal.
Penulis menawarkan pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard dengan alasan bahwa balanced scorecard mengukur perspektif non keuangan bukan hanya dari sisi pelanggan dan proses bisnis internal, tapi juga dari sisi proses pembelajaran dan pertumbuhan. Dimana perspektif ini sangat penting karena mengukur kinerja perusahaan dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard pada AJB Bumiputera diharapkan mampu memberikan informasi yang menyeluruh mengenai kinerja perusahaan agar dengan adanya informasi tersebut, manajemen dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik.
Atas dasar latar belakang masalah yang diungkapkan penulis di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengukuran Kinerja Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Boyolali dengan Metode Balanced Scorecard Tahun 2008”.
B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
”Bagaimana kinerja AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali menurut kaidah pengukuran balanced scorecard tahun 2008?”
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian terdapat maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Suharsimi Arikunto (2002: 51) menjelaskan bahwa, “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana kinerja AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali dengan menggunakan metode balanced scorecard tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi manajemen kaitannya dalam peningkatan kinerja perusahaan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan, berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi manajemen menerapkan konsep balanced scorecard sebagai alternatif pengukuran kinerja.
2. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan kemampuan penulis mengenai pengukuran kinerja perusahaan dengan metode balanced scorecard.
3. Bagi penelitian selanjutnya, menambah bahan refrensi dan memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis meningkat sangat tajam. Banyak peluang bisnis yang muncul dari berbagai sektor, termasuk sektor jasa yang dapat memperluas kesempatan kerja. Persaingan bisnis yang begitu ketat menuntut perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut melakukan perbaikan terus-menerus. Perusahaan akan dapat melakukan perbaikan bila perusahaan tersebut dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu.
Dalam sistem pengendalian manajemen, pengukuran kinerja perusahaan merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban, dengan jalan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang ingin dicapai.
Selama ini pengukuran kinerja yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional, yang hanya menitikberatkan pada ukuran keuangan. Ukuran keuangan saja tidak dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi keuangan misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000: 7).
Untuk mengatasi keterbatasan pengukuran kinerja tradisional, Robert S. Kaplan dari Harvard Business School dan David P. Norton yang merupakan presiden Renaissance Solution, Inc., mengemukakan sistem pengukuran kinerja baru yaitu Balanced Scorecard. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2000: 22). Balanced scorecard tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif, tidak hanya mengukur aspek keuangan saja, tapi penggabungan ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik. Selain itu, empat perspektif dalam balanced scorecard juga memungkinkan keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Balanced scorecard terdiri atas kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan strategi adalah suatu teori tentang bagaimana perusahaan mencapai sasarannya (Garrison, 2005: 10). Ukuran kinerja berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, karena setiap perusahaan mempunyai sasaran masing-masing. Dengan pengukuran kinerja yang baik, tidak hanya memperlihatkan ukuran keuangan saja, tapi penggabungan antara ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan baik.
Ditinjau dari system manajemen strategik, balanced scorecard dapat dikatakan sebagai intinya. Perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif memerlukan suatu perencanaan yang matang, tidak hanya berorientasi pada masa yang akan datang tapi juga harus bisa mengantisipasi perubahan dalam jangka pendek dan menengah. Oleh karena itu, memahami langkah-langkah manajemen strategik diperlukan untuk dapat menciptakan perencanaan yang matang untuk masa depan perusahaan. Mulyadi (2001:1) menyatakan, ”Balanced scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan.”
Tujuan pengukuran dalam balanced scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, tapi merupakan hasil dari suatu proses dari manajer kepada bawahannya berdasarkan misi dan strategi perusahaan. Misi dan strategi tersebut harus bisa diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata.
AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang asuransi dengan wilayah pemasaran kabupaten Boyolali. Saat ini AJB Bumiputera Cabang Boyolali belum memanfaatkan Balanced Scorecard untuk mengukur kinerjanya. AJB Bumiputera menggunakan tujuh item pengukuran kinerja, yaitu:
1. Perolehan nasabah
Semakin banyak nasabah yang diperoleh, maka kinerjanya semakin baik. Dengan kata lain, apabila kantor cabang tersebut dapat memenuhi target yang ditentukan oleh kantor pusat, maka kinerjanya dikatakan baik.
2. Perolehan premi
Semakin banyak premi yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa kinerja yang dicapai semakin baik.
3. Biaya yang dikeluarkan
Biaya yang dikeluarkan, berbanding terbalik dengan kinerja, artinya semakin sedikit biaya yang dikeluarkan oleh suatu kantor cabang, maka kinerjanya semakin baik.
4. Setoran kantor pusat
AJB Bumiputera mempunyai aturan bahwa setiap kantor cabang harus mampu menyetor premi income ke kantor pusat. Semakin banyak setoran premi income, maka semakin baik kinerjanya.
5. Klaim
Bila semakin sedikit nasabah yang mengajukan klaim, maka dapat dikatakan kinerja perusahan atau kantor cabang semakin baik.
6. Persistensi
Suatu kantor cabang yang dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan perolehan income, maka kinerjanya semakin baik.
7. Growth (Peningkatan Pertumbuhan Premi)
Bila dalam satu tahun terakhir,terdapat peningkatan dalam prolehan premi, maka kinerja kantor cabang dikatakan semakin baik.
Metode pengukuran kinerja yang selama ini digunakan AJB Bumiputera bila dijabarkan dalam perspektif balanced scorecard, sudah memenuhi tiga perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan (konsumen) dan proses bisnis internal. Dimana dalam tujuh item pengukuran kinerja yang selama ini telah digunakan AJB Bumiputera 1912, perspektif keuangan diukur dari perolehan premi, biaya yang dikeluarkan, setoran ke kantor pusat, dan klaim yang dilakukan oleh nasabah. Sedangkan perspektif konsumen diukur dari perolehan nasabah. Persistensi dan peningkatan pertumbuhan premi dapat dikatakan masuk dalam perspektif proses bisnis internal.
Penulis menawarkan pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard dengan alasan bahwa balanced scorecard mengukur perspektif non keuangan bukan hanya dari sisi pelanggan dan proses bisnis internal, tapi juga dari sisi proses pembelajaran dan pertumbuhan. Dimana perspektif ini sangat penting karena mengukur kinerja perusahaan dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard pada AJB Bumiputera diharapkan mampu memberikan informasi yang menyeluruh mengenai kinerja perusahaan agar dengan adanya informasi tersebut, manajemen dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik.
Atas dasar latar belakang masalah yang diungkapkan penulis di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengukuran Kinerja Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Boyolali dengan Metode Balanced Scorecard Tahun 2008”.
B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
”Bagaimana kinerja AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali menurut kaidah pengukuran balanced scorecard tahun 2008?”
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian terdapat maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Suharsimi Arikunto (2002: 51) menjelaskan bahwa, “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana kinerja AJB Bumiputera 1912 Cabang Boyolali dengan menggunakan metode balanced scorecard tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi manajemen kaitannya dalam peningkatan kinerja perusahaan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan, berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi manajemen menerapkan konsep balanced scorecard sebagai alternatif pengukuran kinerja.
2. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan kemampuan penulis mengenai pengukuran kinerja perusahaan dengan metode balanced scorecard.
3. Bagi penelitian selanjutnya, menambah bahan refrensi dan memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya.
Komentar