SKRIPSI : Aspek Penokohan dalam Cerita Bersambung “Nuruti Karep” (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 1960-1970-an banyak bermunculan novel berbahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa berlomba-lomba membukukan karya-karya bahasa Jawa yang sebagian besar berbentuk novel, novelet, antologi, cerita pendek dan roman. Namun, pada saat itu timbul satu anggapan bahwa novel-novel bahasa Jawa dipandang sebagai karya yang remeh, kurang bermutu, dan cengeng, sehingga sulit dikategorikan sebagai karya sastra. Karena pada saat itu mulai menjamur novel-novel berbahasa Jawa yang dikenal dengan istilah panglipur wuyung (pelipur-lara), roman picisan, dan lain-lain yang bernada ejekan terhadap karya-karya novel bahasa Jawa tersebut (Poer Adhie Prawoto, 1991: 73). Namun, sekarang perkembangan karya sastra khususnya sastra Jawa sudah semakin berkembang. Terbukti banyak pengarang-pengarang sastra Jawa yang telah menciptakan sebuah karya sastra yang berupa cerkak (crita cekak), cerbung (crita sambung) ataupun novel. Hasil karya-karya mereka banyak dimuat di berbagai media cetak, seperti majalah-majalah berbahasa Jawa. Terbukti, dari majalah-majalah Jawa-lah yang merupakan cerminan perkembangan sastra Jawa sampai sekarang.

Sejak proklamasi hingga kini kegiatan mengarang cerita prosa yang berbentuk novel beralih kepada bentuk cerpen dan cerita bersambung. Peralihan ini disebabkan pula oleh impotensinya Balai Pustaka yang dulu mendapatkan kepercayaan dalam membantu perkembangan literatur Jawa. Sastra dalam bentuk novel kemudian beralih ke sastra majalah. Beberapa majalah Jawa telah mencerminkan kehidupan Sastra Jawa ialah Panjebar Semangat, Jaya Baya, dan Mekar Sari yang sampai kini masih hidup. Majalah-majalah berbahasa Jawa sangat penting dalam upayanya mengembangkan Sastra Jawa dan menampung gairah karyawan pengarang Jawa. (Susilomurti dalam Poer Adhie Prawoto, 1991 : 74). Dengan adanya majalah-majalah berbahasa Jawa, sedikit banyak telah ikut membuat andil demi lajunya kesusastraan Jawa. Dan telah banyak karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang Jawa dan telah dimuat di majalah-majalah berbahasa Jawa. Seperti misalnya cerbung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo.

Cerita bersambung adalah suatu cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja pada suatu majalah ataupun media lainnya, melainkan dimuat beberapa kali. Cerita bersambung ini biasanya sangat panjang karena teknik penceritaan yang mendetail antara satu kejadian dengan kejadian selanjutnya dan juga lengkapnya penuturan dari satu bagian ke bagian dalam cerita bersambung tersebut. Cerita bersambung juga mempunyai beberapa tokoh di samping tokoh utama, tokoh pembantu yang terdapat di dalam cerita bersambung biasanya lebih kompleks dan lebih banyak. Cerita bersambung merupakan awal dari perkembangan novel Jawa Modern yang dimuat dalam beberapa majalah dan surat kabar (Suripan Sadi Hutomo, 1975 : 5).

Cerita bersambung Jawa mengungkapkan tentang masalah kehidupan sosial manusia. Tentang makna hidup manusia yang meliputi perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang, kebenaran, nafsu dan semua yang dialami manusia. Dalam menciptakan karya sastra, setiap pengarang tidak lepas dari pesan-pesan yang disampaikannya.

Cerita bersambung Jawa diciptakan pengarang mampu menciptakan dunia imajinasi yang berisi gambaran kehidupan atau realitas masyarakat yang merupakan kenyataan sosial. Cerita bersambung dengan bahasa Jawa merupakan hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah kesusastraan Jawa baru. Kemunculan cerita berbahasa Jawa tersebut pada awalnya banyak mendapat dukungan dari berbagai surat kabar atau majalah yang menjadi wadah tersiarnya jenis sastra ini. Sebagai sebuah karya sastra, cerita bersambung menawarkan banyak permasalahan kemanusiaan dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 2).

Karya-karya Wisnu Sri Widodo sesuai dengan pendapat Horace bahwa seni selayaknya bersifat dulce et utile, artinya menyenangkan dan berguna. Seni sastra itu menyenangkan karena bersifat seimbang (harmonis), berirama, kata-katanya menarik hati, mengharukan, mengandung konflik dan sebagainya. Berguna disebabkan karena seni sastra itu memancarkan pengalaman yang tinggi dan hebat, sehingga penikmat akan mendapatkan manfaat serta pengalaman jiwa yang dikemukakan sastrawan itu (Rachmat Djoko Pradopo,1994 : 47).

Wisnu Sri Widodo termasuk pengarang yang produktif, hal ini terlihat dengan banyaknya karya-karya yang telah dihasilkan dan dimuat di berbagai majalah-majalah berbahasa Jawa seperti : Panjebar Semangat, Mekar Sari, Djoko Lodhang, Panakawan, Jawa Anyar, dan lain-lain. Karya-karyanya antara lain berupa cerita wayang, cerita rakyat, artikel, cerkak atau cerpen, cerbung, puisi atau geguritan, wacan bocah serta karangan-karangan yang berkaitan dengan bidang sastra. Kliping tulisannya sebagian besar masih tersimpan dengan rapi. Bahasa yang pengarang pergunakan 70 % berbahasa Jawa dan 30 % bahasa Indonesia. Karya-karya Wisnu Sri Widodo berisi tentang persoalan-persoalan jaman yang banyak terjadi sekarang ini. Hasil karyanya memiliki corak realitas dan imajinasi karena disamping mengungkapkan hal-hal kenyataan juga diramu atau ditambah dengan daya imajinasi dan daya kreativitas. Wisnu Sri Widodo mulai menulis pada tahun 1979, pertama kali tulisannya dimuat dalam majalah Panjebar Semangat yaitu seri cerita wayang (pedalangan).

Penelitian ini akan membahas cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo. Cerbung tersebut mengangkat persoalan kehidupan keluarga, yaitu dengan tokoh utama wanita. Masalah-masalah dalam kehidupan wanita selalu menampilkan persoalan yang sangat kompleks, misalnya masalah ekonomi, cinta, kesetiaan, harga diri, perselingkuhan, penderitaan, kebenaran, nafsu dan semua yang dialami manusia.

Dewasa ini, wanita mengalami perubahan nilai dalam masyarakat yang terus berubah. Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut, wanita selalu dihadapkan oleh berbagai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi wanita tidak lepas dari kehidupan sehari-hari, wanita dipandang sebagai makhluk yang lemah, penuh ketabahan, dan kesabaran. Namun demikian, karena kehidupan yang terus berubah sering kali wanita dihadapkan persoalan yang membuat dirinya lupa akan harga dirinya.

Cerita bersambung Nuruti Karep mengungkapkan persoalan yang dialami oleh sebuah keluarga. Drama kehidupan berkembang di sini, persoalan yang dihadapi oleh keluarga ini cukup pelik. Kasus-kasus yang muncul dalam kehidupan keluarga ini menyimpang dari apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh tokoh atau orang yang memiliki adab dan norma. Menentang dan berani terhadap suami salah satu contohnya, tidak semestinya sikap seorang wanita seperti itu. Lebih-lebih seorang wanita Jawa, karena secara tidak langsung seorang istri adalah abdi bagi suaminya. Ketika seorang wanita memutuskan untuk menikah dengan seorang pria dia harus siap bernaung di bawah suaminya, di bawah perlindungan suami dan dalam tanggung jawab suami. Namun demikian, tidak mesti sepenuhnya benar mengenai konsep wanita Jawa bahwa wanita hanya sekedar “kanca wingking” dan harus selalu “nrima ing pandum”.

Seorang wanita seharusnya bisa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks dengan kondisi sosial budayanya, sepanjang hal itu tidak melampaui batas-batas yang ada. Seorang istri hendaknya bisa menjadi orang yang terdekat bagi suaminya, dapat berbagi suka dan duka. Istri adalah pendamping yang diharapkan dapat memahami dan mengerti akan suaminya. Seorang istri/wanita harus mampu menjadi pendamping yang dengan setia mendampingi suaminya dimanapun dan apapun keadaannya. Selain contoh di atas, perselingkuhan juga muncul dalam kehidupan keluarga ini.

Budaya Timur lebih menitik beratkan norma-norma yang tidak mengenal pola kehidupan seks bebas sebelum menikah dan hidup satu atap tanpa ada ikatan perkawinan seperti yang sering terjadi pada masyarakat Barat. Hal-hal demikian ditabukan dimasyarakat Timur, lebih-lebih dalam masyarakat Jawa.

Amanat yang tersirat dalam cerita bersambung Nuruti Karep ini terdapat pada akhir cerita. Amanat pengarang dalam cerita ini disampaikan melalui tokoh Fransiska Winarni yang akhirnya harus kehilangan semua kekayaan dan kebahagiaan yang dimiliki bersama kekasihnya, hal itu sebagai karma yang harus diterima karena telah meninggalkan anak dan suami. Amanat yang tersurat dapat diketahui melalui ungkapan langsung dari dialog salah satu tokoh, dimana tokoh suami Lukas Sarminto menasehati istrinya, Siska, bahwa manusia harus tabah dan kuat menjalani segaal cobaan dan ujian hidup, sepahit apapun kenyataan itu karena manusia hanya mampu menjalani. Kedua contoh nasehat tersebut tentunya dapat digunakan sebagai pegangan hidup bagi pembaca.

Fransiska Winarni adalah seorang wanita yang bersuami seorang pelukis yang belum memiliki nama. Karena rumah tangganya yang hidup dengan keadaan pas-pasan, Siska merasa selalu kekurangan dalam hidup. Setiap hari hanyalah materi yang ia permasahkan, ia ingin hidup yang serba ada, glamour, tanpa mau tahu tentang keadaan suaminya. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu dengan mantan kekasihnya di salah satu toko saat ia sedang berbelanja, kesempatan itu digunakan Siska untuk bercerita mengenai keadaan rumah tangganya kepada Anton Wibowo, mantan kekasihnya itu. Mulai saat itulah awal perselingkuhan yang dilakukan Siska bersama Anton, hingga ia nekad pergi dari rumah meninggalkan anak dan suaminya demi mengejar materi dan kebahagiaan hidup dunia bersama Anton yang telah menjadi Insinyur dan hidup sukses.

Hubungannya dengan Anton yang telah hidup satu rumah tanpa ikatan pernikahan membuahkan bayi yang ada dalam kandungan Fransiska Winarni. Namun bersamaan dengan itu, kebahagiaan, materi dan semua yang telah didapat Siska bersama Anton tidak bertahan lama. Ia harus pergi meninggalkan semua yang dimilikinya, karena Anton terlibat kasus korupsi dan penggelapan uang perusahaan.

Perlakuan Anton selama ia bekerja telah terbongkar semuanya oleh perusahaan dan semua kekayaan serta rumah yang dimiliki Anton terpaksa harus disita. Sehingga Siska pergi sendiri tanpa ditemani Anton dengan membawa bayi yang masih dalam kandungnnya dan pakaian yang ada yang tinggal tersisa. Karena telah jauh-jauh hari sebelumnya Anton pergi dari rumah dengan meninggalkan Siska begitu saja, setelah ia mengetahui bahwa ia akan hancur akibat perlakuannya sendiri dan perusahaan tempat ia bekerja akan menuntut perbuatannya tersebut selama ini yang telah banyak merugikan perusahaan.

Sebelum Anton pergi dari rumah, sikapnya terhadap Siska telah berubah drastis. Semula sikapnya yang lembut, penuh kasih sayang, perhatian, kini menjadi pemarah, emosi dan berlaku kasar, ia berani main tangan kepada Siska. Sikap itu dipicu karena Anton merasa stres terhadap keadaan yang dihadapinya, selain masalah perusahaan yang telah mengetahui semua kebusukannya selama ini dan ia diambang kehancuran ditambah lagi ia mengetahui bahwa Siska telah hamil dari hubungannya selama ini. Sejak awal Anton selalu mengingatkan pada Siska agar hubungannya tidak membuahkan hasil, namun setelah mengetahui semuanya Anton semakin merasa kacau dan mulai saat itu ia jarang pulang ke rumah, hingga lama kelamaan ia sama sekali tidak pernah pulang ke rumah. Anton pergi dengan meninggalkan semua tanggung jawabnya, baik pada perusahaan maupun pada Siska , kekasihnya.

Moralitas menyangkut tentang perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dihubungkan dengan baik dan tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu dipandang dari nilai yang sudah ditetapkan bersama oleh masyarakat. Tentang makna hidup manusia yang meliputi perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang, kebenaran, nafsu dan semua yang dialami manusia. Dalam menciptakan karya sastra, setiap pengarang tidak lepas dari pesan-pesan yang disampaikannya. Pesan-pesan tersebut salah satunya adalah persoalan moralitas (W. Poespoprodjo, 1986 : 102). Perbuatan manusia dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Perbuatan manusiawi, yaitu manusia dikuasai oleh manusia secara sadar di bawah kontrolnya dan dengan sengaja dikehendaki.

2. Perbuatan manusia, yaitu aktivitas manusia yang tidak tidak dikuasai ataupun dikontrol oleh manusia itu sendiri seperti tidur, gila atau masa kanak-kanak. Manusia tidak bertanggung jawab atas aktivitas luar. Baik buruknya moralitas manusia ditentukan oleh tiga hal, yaitu hakikat perbuatan, motif dan keadaan.

Perbuatan adalah apa yang dilakukan/ dikehendaki oleh si pelaku, motif adalah apa yang secara pribadi ingin dicapai pelaku lewat perbuatan tersebut menurut hakikatnya, sedangkan keadaan adalah segala yang terjadi pada suatu peristiwa atau perbuatan. Sederet permasalahan atau persoalan yang sering diangkat dalam setiap karya sastra yang diciptakan oleh pengarang, salah satunya adalah persoalan-persoalan hidup seperti masalah moralitas.

Cerita bersambung yang akan dibahas ini bukan merupakan karya yang menyajikan hiburan semata. Di samping itu, juga menawarkan kehormatan dan keharmonisan hidup serta gambaran konflik yang terjadi dalam rumah tangga. Ceritanya sangat sarat dengan ajaran moral sehingga dapat dijadikan pegangan hidup.

Penelitian ini akan menganalisis karya sastra pada umumnya yang berisi tentang permasalahan-permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia lewat penokohan yang ditampilkan oleh pengarangnya (Atmajaya, 1986). Manusia dalam kehidupannya menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, maka permasalahan dalam karya sastra itu pun beragam, yaitu dapat berupa permasalahan dengan diri sendiri, dengan orang atau tokoh lain dan permasalahan dengan Tuhan. Untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dialami oleh tokoh dengan berbagai macam tingkah laku dalam karya sastra tersebut, maka diperlukan ilmu bantu yang berkaitan dengan masalah tingkah laku dan kejiwaan manusia, yaitu psikologi sastra.

Psikologi merupakan disiplin ilmu yang membicarakan manusia dengan berbagai aspek kejiwaannya. Dengan ilmu bantu psikologi diharapkan mampu memberi petunjuk bagi peneliti dan pembaca untuk lebih memahami tingkah laku manusia atau tokoh-tokoh dalam karya sastra secara lebih mendalam. Hal ini seperti diungkapkan oleh Atar Semi:

Perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap orang belum tentu sepenuhnya menggambarkan diri mereka masing-masing. Apa yang diperlihatkan belum tentu sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi dalam dirinya karena manuisa seringkali berusaha menutup-nutupi. Kejujuuran, kecintaan, kemunafikan dan lain-lain berada didalam batin masing-masing yang kadang-kadang terlihat gejalanya dari luar dan kadang-kadang tidak. Oleh karena itu kajian tentang perwatakan para tokoh harus menuklik ke dalam segi kejiwaan (Semi, 1990 : 78).

Demikianlah, orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam cerita dengan memanfaatkan pertolongan psikologi. “Andai kata ternyata tingkah laku tokoh-tokoh dalam cerita dengan apa yang diketahui tentang jiwa manusia, maka dia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi modern untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra”(Hardjanto, 1985 : 66).

Penggunaan aspek-aspek kejiwaan pada manusia dilakukan dengan pendekatan psikologi sastra, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan psikolgi sastra terhadap karya sastra. Hukum-hukum psikologi diterapkan dalam karya sastra untuk mengungkapkan moralitas wanita dan tokoh-tokoh yang ada.

Psikoanalisis Sigmund Freud adalah pilihan pertama untuk menganalisis cerita bersambung Nuruti Karep tersebut. Sigmund Freud mendasarkan teori pada aspek dasar kepribadian atau psikis manusia, yaitu id, ego dan super ego (Sumadi Suryabrata,1993). Dinamika ketiga aspek tersebut yang mendasari tingkah laku dan kepribadian manusia.

Pembahasan mengenai aspek psikologi sastra dalam cerbung Nuruti Karep ini, sebelumnya akan dianalisa dari aspek strukturalnya. Hal itu karena analisis psikologi sastra nantinya akan bertolak dari analisis struktural cerbung Nuruti Karep. Sebagai mana diungkapkan Rene Wellek & Austin Warren (1990) bahwa penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis teks sastra itu sendiri. Sebab meskipun kita tertarik untuk menganalisis dengan menghubungkan hal-hal di luar teks seperti lingkungan sosial, proses penciptaan, juga aspek psikologis, itu karena adanya unsur-unsur dalam teks itu sendiri. Untuk itu, dalam menganalisisnya tidak bisa kita melepaskan diri dari analisis struktur terlebih dahulu. Hal itu sesuai dengan pendapat A. Teeuw :

“Analisis struktur memang satu langkah, satu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu dengan sesempurna mungkin. Langkah itu tidak boleh dimutlakkan tapi tidak boleh ditiadakan atau dilampaui” (Teeuw, 1988 : 157).

Analisis psikologi sastra yang bertolak dari analisis strukturnya, diharapkan dapat dihasilkan suatu penelitian yang lebih bermanfaat bagi pembaca untuk memahami makna yang terkandung dalam cerita bersambung Nuruti Karep.

Alasan diambilnya objek penelitian cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo karena dari segi psikologi sastra, perkembangan kejiwaan dari para tokoh dalam cerita bersambung Nuruti Karep menarik untuk dibahas, selain itu penyimpangan moralitas yang dilakukan tokoh utamanya seringkali menjadi persoalan dalam masyarakat juga menarik untuk diungkapkan, serta Wisnu Sri Widodo sebagai pengarang cerita bersambung itu sendiri mampu menyelami dan mengungkapkan tentang kehidupan yang masih relevan dengan masyarakat sekarang.

Penyimpangan moralitas manusia dalam masyarakat, dibingkai dalam sebuah karya sastra bernuansa Jawa dapat dijadikan pelajaran dan tauladan. Hal-hal yang baik dapat dijadikan sebagai ajaran moral yang baik untuk cermin kehidupan sekarang. Hal-hal yang buruk dijadikan sebagai pengetahuan agar sebagai wanita tidak melakukan hal yang menyebabkan dirinya sendiri rendah. Karena itulah peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian untuk lebih mendalami cerbung Nuruti Karep dari aspek psikologi sastra tokoh utama dan tokoh pendukungnya dengan judul “Aspek Penokohan dalam Cerita Bersambung “Nuruti Karep” (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)”.

B. Batasan Masalah

Agar sebuah penelitian dapat mengarah dan dapat memecahkan masalah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka diperlukan adanya pembatasan masalah sehingga inti permasalahan yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan. Pembatasan masalah ini adalah:

1. Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang membangun dalam cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat.

2. Pembahasan dibatasi hanya mengenai aspek psikologis, yakni proses-proses dinamika kejiwaan para tokoh dalam menghadapi problem. Serta tentang masalah moralitas pada diri tokoh utama dan tokoh pendukung dalam ceita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo, yang mengandung pesan-pesan moral bagi pembacanya.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan agar sebuah penelitian menjadi lebih terfokus sehingga tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas. Permasalahan tersebut nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang ada dalam cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo tersebut?

2. Bagaimanakah dinamika dan proses kejiwaan tokoh utama dalam cerita bersmbung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo tersebut?

3. Bagaimanakah sikap pengarang terhadap ketabahan, kesetiaan, serta penghianatan yang terjadi dalam rumah rumah tangga yang berpengaruh pada penulisan cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo?

4. Bagaimanakah tinjauan moral serta etika yang tercermin dalam cerbung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun dalam cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo, yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat.

2. Mendeskripsikan dinamika dan proses kejiwaan dalam cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo tersebut.

3. Mengungkapkan sejauh mana sikap pengarang terhadap ketabahan, kesetiaan, serta penghianatan yang terjadi dalam rumah tangga yang berpengaruh pada penulisan cerita bersambung Nuruti Karep tersebut.

4. Mengungkapkan tinjauan moral serta etika yang tercermin dalam cerbung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dicapai, diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca secara teoritis, maupun secara praktis. Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang ingin dicapai dari hasil penilitian cerita bersambung Nuruti Karep karya Wisnu Sri Widodo ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra melalui pendekatan psikologi sastra.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan dapat mengetahui tentang perkembangan kejiwaan dari tokoh-tokohnya serta aspek moralitas yang ada dalam cerita bersambung “Nuruti Karep” karya Wisnu Sri Widodo tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN KATALIS K3-xHxPW12O40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

GENERAL LEAST SQUARE

Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi