Peran pengalaman pengguna dalam membentuk perilaku pada penggunaan WLAN oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap organisasi ataupun intividu selalu mengalami suatu perubahan (David, 2002). Saat ini perubahan yang cukup berpengaruh bagi intividu maupun organisasi. Perubahan itu terutama yang berkaitan dengan Informasi dan Teknologi (McLeod, 1995).
Informasi menjadi kebutuhan yang penting. Hal ini terpaut pada kenyataan bahwa dengan adanya informasi yang akurat seseorang atau organisasi dapat mengambil keputusan dengan tepat (McLeod 1995:20). Namun demikian informasi yang dibutuhkan sangatlah banyak, kompleks dan beragam. Sedangkan informasi itu harus didapat dan diinterpretasikan secepat mungkin. Dengan adanya peningkatan kualitas teknologi informasi merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal itu.
Teknologi informasi terus mengalami perubahan. Perubahan teknologi informasi ini berdampak besar bagi organisasi ataupun intifidu setelah diperkenalkanya internet. Dengan adanya teknologi informasi berbasis internet memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara global tanpa terpengaruh batasan suatu negara. Dengan mengunakan teknologi informasi juga dapat berdampak pada efisiensi biaya dan waktu. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbandingan biaya komunikasi melalui internet dengan biaya komunikasi melalui media lainya (McLeod, 1995:36).
Dengan adanya dukungan teknologi elektronik dan program komputer ternyata dapat berdampak pada kecepatan, fleksibilitas dan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi ataupun pertukaran data melalui Internet. Perkembangan teknologi itu semakin bermanfaat dengan adanya dukungan teknologi tanpa kabel (wireles) sebagai media aksesnya. Teknologi wireless yang dapat digunakan untuk komunikasi data internet beragam, namun saat ini paling banyak diminati adalah teknologi WI-FI. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa teknologi ini merupakan saluran koneksi wireles tercepat (Purbo, 2006).
Teknologi Wi-Fi (Wireless Fidelity) disebut juga dengan nama Wireleslan. Wilayah cakupan Wireslan atau WLAN dinamakan dengan wilayah hotspot. Wilayah ini mampu menjangkau jarak sekitar 90 meter dari pemancar (Purbo, 2008). Hotspot sendiri biasanya memperoleh akses Internet melalui penyedia jasa Internet Service Provider (ISP). Dari koneksi Internet yang didapatkan tersebut, kemudian disebarluaskan (broadcast) secara nirkabel yang kompatibel dengan peralatan mobile seperti notebook, PDA, dan lainya.
Saat ini terdapat berbagai komentar tentang penggunaan koneksi WIFI pada notebook untuk mengakses internet. Menurut Sujito (2008) gaya/trend ini hanya sekedar berupa fashion saja. sedangkan menurut pendapat Djadmiko (2003), dampak yang diakibatkan hotspot ini akan meningkatkan produktifitas masyarakat masyarakat sebesar 35%. Kesadaran akan dampak positif dari manfaat hotspot ini sangatlah wajar apabila sebagian besar akademisi dengan memberikan fasilitas ini kepada mahasiswanya. Tidak ketingalan pula dorongan sosial yang dilakukan beberapa organisasi sebagai wujud kepedulianya kepada masyarakat yang memberikan fasilitas hotspot geratis. Fasilitas ini dapat ditemui pada beberapa tempat seperti bandara, tempat perbelanjaan, kafe dan lainya disediakan pula fasilitas ini. Di Surakarta pemerintah kota pun ikut berpartisipasi memberikan fasilitas ini secara geratis kepada masyarakat melalui beberapa city walk area. Namun demikian meskipun dorongan yang telah diberikan berbagai pihak ini, saat ini tidak tidak dapat merubah semua pengguna internet untuk menjadi pengguna hotspot. Meskipun diindikasikan adanya kencenderungan kenaikan pengguna belum dapat diprediksi secara pasti hal-hal yang menyebabkan media ini akan selalu digunakan masyarakat dimasa mendatang. Hal ini peneliti tertarik untuk mengkajinya.
Untuk memprediksi sukses atau tidaknya suatu perubahan ini menurut Moran (2006) dapat diprediksi melalui hubungan korelasional ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan korelasional ini dipelopori oleh Bandura (1965) (Moran 2006). Namun demikian pada terbitan penelitianya yang baru ia mengunakan model sebab akibat (Moran 2006)
Penelitian yang mengkaji mengenai hubungan sebab akibat mengapa seseorang melakukan tindakan ataupun intensitas penggunaan suatu teknologi terdapat banyak model penelitian (lihat Ajzen, 1980; Rongers, 1983; Davis, 1989; Verkantest & Davis, 2000; Verkantesh et all., 2003; Oh et all., 2003; Edwards 2007). Namun dari penelitian tersebut yang membahas secara spesifik mengenai adopsi teknologi atu sistim informasi adalah model TAM. Yang berbeda model TAM dengan teori yang digunakan untuk menjelaskan mengenai keperilakuan adalah adanya konstruk mengenai persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan (Bandura, 1977, 1986; Oh et all., 2003; Moran, 2006). Dikarenakan keunggulan konstruk ini sampai saat ini masih digunakan untuk menjelaskan mengenai permasalahan adopsi teknologi. Namun demikian model ini tidak menjelaskan sebap-sebap mengapa seseorang meiliki persepsi kemanfatan dan persepsi kemudahan. Untuk itu dilakukan pemodifikasian terhadap model TAM. Pengembangan ini dilakukan dengan cara pengabungan dengan teori sosial yang lainya. Teori itu diantaranya teori Inovation Difusion, Reaction Action (TRA), teori Planed Behaviour (TPB), dan masih banyak lagi model lainya.
Penelitian yang berkaitan dengan penjelasan mengapa seseorang melakukan tindakan untuk mengadopsi sistim/teknologi juga dilakukan oleh Rongers (1983). Ia mengemukakan ponstulat untuk mejelaskan mengenai alasan seseorang intividu untuk ber-inovasi. Postulatnya dikenal dengan nama teori Inovation Difusion. Teori ini menjelaskan yang membuat seseorang intividu terdorong untuk ber-inovasi. Hal itu dapat dijelaskan melalui faktor yang dirasakan yaitu berupa pengalaman pengguna yang telah dilakukan. Pengalaman ini dijelaskan dengan konstruk compability, complexity, triability dan observability (lihat Oh et all., 2003).
Teori TRA dikemukakan oleh Ajzen (1980). Ia mengemukakan bahwa tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu dapat berupa niatan untuk untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Niatan ini dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang kedua berhubungan dengan pengaruh berupa norma subjektif (subjective norms). Sehingga seseorang akan mengadopsi suatu sistim dikarenakan orang tersebut memiliki sikap seperti perasaan senang, menguntungkan dan memiliki norma yang sesuai dengan sesuatu yang akan dilakukan. Kemudian teori ini dikembangkan menjadi teori TPB. Teori ini berusaha menjelaskan tidak sekedar tindakan saja namun terlebih jauh lagi ingin menjelaskan mengenai keinginan untuk melakukan tindakan secara berulang-ulang (intention to use) (lihat Elliott, Armitage, & Baughan, 2003). Namun kedua teori ini masih sangatlah umum, hal ini dikarenakan dianggap kurang mampu untuk menjelaskan mengenai masalah adopsi teknologi/sistim.
Terdapat beberapa model gabungan model TAM dengan teori lainya. Verkantest & Davis (2000) untuk mendapatkan model penelitian yang lebih baik, ia mengembangkan postulat terdahulunya (TAM) dengan dengan menambahkan faktor eksternal yang digunakan untuk menjelaskan persepsi kemanfaatan. Variabel eksternal tersebut berupa kesesuaian obyek adopsi dengan pengguna (compability), hasil yang didapat jika pengguna mengunakan sistim yang baru (output quality) dan hasil yang didapat dari kejelasan pengguna (result demonstrability). Kemudian pada penelitian selajutnya Venkatesh (2003) fokus pada penelitian tentang pengunaan suatu sistim atau teknologi yang terfokus pada pemodelan yang dapat menjelaskan intensitas penggunaan suatu sistim secara maksimal melalui data empiris yang didapat dari analisa statistik. Namun pada kenyatanya model ini hanya sebatas penjelasan akan suatu sebap saja dan tidak dapat menjelaskan rentetan hubungan sebap akibat yang terjadi secara simultan.
Pada terbitan model penelitian yang lainya Oh et al. (2003). Model penelitian yang dikembangkanya berusaha untuk mengkaji deretan sebap akibat mengenai penyebab seseorang melakukan tindakan untuk melakukan adopsi teknologi. Ia mengabungkan teori inovation of difusion dengan TAM. Dalam model penelitianya seseorang yang bersikap (atitude) akan suatu sistim atau teknologi dapat dijelaskan melalui persepsi mengenai kemanfaatan, kemudahan mengunakanya, dan sumberdaya yang ia miliki. Atribut ini merupakan yang digunakan pada model TAM. Kemudian latar bekang seseorang memiliki persepsi tersebut (persepsi pada model TAM) dapat dijelaskan melalui faktor pengalaman intividu. Faktor pengalaman intividu ini bersumber pada teory of difusion inovation. Konstruk tersebut adalah visibility, triability, result desmotrability dan compability. Sehingga adopsi suatu teknologi dapat dijelaskan secara berurutan dan saling berkaitan. urutan tersebut dapat dijabarkan menjadi tiga fase sebagai berikut:
1. Dalam hal mengemukakan sikap seseorang dapat dijelaskan melalui evaluasi sumberdayanya, kemudahan untuk mengunakanya dan kemanfaatan yang akan didapatnya
2. Intifidu dalam menyatakan perasaan persepsi kemanfaatan, mudah, persepsi sumberdaya yang diperlukan untuk proses yang telah disebutkan diatas kemudian pada tahap berikutnya seseorang akan mengemukakan sikapnya.
3. Orang akan ingin tahu mengenai karakteristik akan suatu teknology/sistim yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap sistim/teknologi, mencobanya, mengevaluasi hasil percobaanya, kemudian mencocokanya apakah dibutuhkan dalam kehidupanya.
Meskipun model Oh et all. (2003) dapat menjelaskan hubungan simultas secara historis hipotesisnya tidak selalu terbukti. Selain itu juga ia tidak memasukan variabel persepsi intensitas penggunaan. Dengan adanya konstruk ini dapat diketahui penyebab intensitan penggunaan wireles Lan dimasa akan datang. Hal ini dilandasi oleh model TAM yang telah diponstulatkan Azen (1985) dimana secara konstruk sikap dapat menjelaskan perilaku intensitas penggunaan suatu sistim/teknologi. Pentingnya konstruk ini agar model penelitian dapat menjelaskan faktor yang membentuk perilaku intens terhadap suatu sistim atau teknologi (Verkantesh, 2003; Verkantesh Davis 2000; Davis, 1989). Dengan adanya keterbatasan tersebut Oh et all. (2003) menyarankan untuk peneliti selajutnya untuk mengunakan konstruk ini.
Dalam penelitian ini penulis berusaha melengkapi keterbatasan model penelitian Oh et all. (2003) yaitu belum mengkaji konstruk frekuensi penggunaan. Dengan penambahan konstruk ini didapat model gabungan antara model teori dasar TAM dan teori Difusion Inovation yang lebih lengkap.
Dengan mengunakan seting penelitian pengguna baru wireleslan diharapkan dapat digunakan untuk mengeneralisai penyebab pengguna yang menyatakan sering wireles lan dimasa mendatang. Penggunaan baru wireles lan ini dengan mudah di jumpai di sekitar UNS. Hal ini dikarenakan pada masing masing Fakultas pada Universitas ini disaat dilakukan penelitian belum lama mendukung fasilitas ini.
Berdasarkan dampak baik dari perubahan yang dilakukan UNS dengan memberikan fasilitas hotspotnya secara geratis, keunikan perilaku mahasiswa, dan penelitian yang dilakukan oleh Oh et all. (2003) dan Azen (1985) penulis akan mengunakanya untuk menjelaskan permasalahan penggunaan Wireles-lan. Sehingga berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil judul: Peran Pengalaman Pengguna Dalam membentuk Perilaku Pada Penggunaan WLAN Oleh Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang Dimediasi Oleh Sikap dan Persepsi Kemanfaatan, Kemudahan, Kepemilikan Sumberdaya .
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, bahwa hotspot bermanfaat bagi mahasiswa, dan UNS melakukan perubahan dengan memberikan fasilitas ini secara geratis terhadap mahasiswanya. Dalam mengadopsi suatu teknologi seseorang intifidu tidak hanya sebatas dipengaruhi oleh beberapa faktor saja. Namun seorang intifidu akan selalu menggunakan suatu sistim berkaitan dengan rentetan suatu kejadian yang berupa pengalaman yang dimasa lalunya. Dengan demikian rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah intensitas penggunaan hotspot dipengarui oleh persepsi kemanfaatan dan sikap dapat berpengaruh terhadap intensitas penggunaan hostpot?
2. Apakah sikap penguna hotspot dipengarui oleh persepsi sumberdaya, persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan?
3. Apakah persepsi kemanfaatan dipengarui persepsi kemudahan dan pengalaman pengguna ?
4. Apakah persepsi kemudahan dipengarui oleh persepsi sumbedaya dan persepsi sumberdaya dan pengalaman pengguna ?
5. Apakah apakah persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan pada intesitas pengunaan WLAN.
6. Apakah persepsi persepsi sumberdaya dipengarui oleh persepsi pengalaman pengguna ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Konsisten dengan pernyataan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji:
1. Meneliti pengaruh kemanfaatan dan sikap terhadap intensitas penggunaan WLAN.
2. Meneliti pengaruh persepsi kemudahan, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kemanfaatan wireles-lan.
3. Meneliti pengaruh persepsi kemudahan, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap sikap pada pengunaan WLAN.
4. Meneliti pengaruh persepsi sumberdaya, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kemudahan pada pengunaan wireles-lan.
5. Meneliti pengaruh compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kepemilikan sumberdaya pada pengunaan WLAN.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tentang perilaku penggunaan WLAN diharapkan dapat bermanfaat :
1. Kemanfaatan Bagi mahasiswa / akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bukti empiris berkaitan perilaku mahasiswa yang berada di UNS untuk mengadopsi internet melalui WIFI. Adanya penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai adopsi WLAN di UNS.
2. Kemanfaatan Bagi Intitusi UNS
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris bagi UNS terkait dengan diberikanya fasilitas WLAN, sehingga hal ini mampu memberikan masukan berupa informasi mengenai variabel-variabel yang menyebabkan seseorang mengunakan WLAN. Sehingga sebagai peneliti, saya mengharapkan dengan mengetaui perilaku yang membentuk intens terhadap sistim pihak akademisis dapat digunakan sebagi pertimbangan kebijakan pengelolaan desain WLAN.
3. Kemanfaatan Teoritis
Teori ini diharapkan dampat memberikan kontribusi bagi penelitian secara konstruk dari gabungan teory of difusion of inovation dengan teori TAM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap organisasi ataupun intividu selalu mengalami suatu perubahan (David, 2002). Saat ini perubahan yang cukup berpengaruh bagi intividu maupun organisasi. Perubahan itu terutama yang berkaitan dengan Informasi dan Teknologi (McLeod, 1995).
Informasi menjadi kebutuhan yang penting. Hal ini terpaut pada kenyataan bahwa dengan adanya informasi yang akurat seseorang atau organisasi dapat mengambil keputusan dengan tepat (McLeod 1995:20). Namun demikian informasi yang dibutuhkan sangatlah banyak, kompleks dan beragam. Sedangkan informasi itu harus didapat dan diinterpretasikan secepat mungkin. Dengan adanya peningkatan kualitas teknologi informasi merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal itu.
Teknologi informasi terus mengalami perubahan. Perubahan teknologi informasi ini berdampak besar bagi organisasi ataupun intifidu setelah diperkenalkanya internet. Dengan adanya teknologi informasi berbasis internet memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara global tanpa terpengaruh batasan suatu negara. Dengan mengunakan teknologi informasi juga dapat berdampak pada efisiensi biaya dan waktu. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbandingan biaya komunikasi melalui internet dengan biaya komunikasi melalui media lainya (McLeod, 1995:36).
Dengan adanya dukungan teknologi elektronik dan program komputer ternyata dapat berdampak pada kecepatan, fleksibilitas dan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi ataupun pertukaran data melalui Internet. Perkembangan teknologi itu semakin bermanfaat dengan adanya dukungan teknologi tanpa kabel (wireles) sebagai media aksesnya. Teknologi wireless yang dapat digunakan untuk komunikasi data internet beragam, namun saat ini paling banyak diminati adalah teknologi WI-FI. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa teknologi ini merupakan saluran koneksi wireles tercepat (Purbo, 2006).
Teknologi Wi-Fi (Wireless Fidelity) disebut juga dengan nama Wireleslan. Wilayah cakupan Wireslan atau WLAN dinamakan dengan wilayah hotspot. Wilayah ini mampu menjangkau jarak sekitar 90 meter dari pemancar (Purbo, 2008). Hotspot sendiri biasanya memperoleh akses Internet melalui penyedia jasa Internet Service Provider (ISP). Dari koneksi Internet yang didapatkan tersebut, kemudian disebarluaskan (broadcast) secara nirkabel yang kompatibel dengan peralatan mobile seperti notebook, PDA, dan lainya.
Saat ini terdapat berbagai komentar tentang penggunaan koneksi WIFI pada notebook untuk mengakses internet. Menurut Sujito (2008) gaya/trend ini hanya sekedar berupa fashion saja. sedangkan menurut pendapat Djadmiko (2003), dampak yang diakibatkan hotspot ini akan meningkatkan produktifitas masyarakat masyarakat sebesar 35%. Kesadaran akan dampak positif dari manfaat hotspot ini sangatlah wajar apabila sebagian besar akademisi dengan memberikan fasilitas ini kepada mahasiswanya. Tidak ketingalan pula dorongan sosial yang dilakukan beberapa organisasi sebagai wujud kepedulianya kepada masyarakat yang memberikan fasilitas hotspot geratis. Fasilitas ini dapat ditemui pada beberapa tempat seperti bandara, tempat perbelanjaan, kafe dan lainya disediakan pula fasilitas ini. Di Surakarta pemerintah kota pun ikut berpartisipasi memberikan fasilitas ini secara geratis kepada masyarakat melalui beberapa city walk area. Namun demikian meskipun dorongan yang telah diberikan berbagai pihak ini, saat ini tidak tidak dapat merubah semua pengguna internet untuk menjadi pengguna hotspot. Meskipun diindikasikan adanya kencenderungan kenaikan pengguna belum dapat diprediksi secara pasti hal-hal yang menyebabkan media ini akan selalu digunakan masyarakat dimasa mendatang. Hal ini peneliti tertarik untuk mengkajinya.
Untuk memprediksi sukses atau tidaknya suatu perubahan ini menurut Moran (2006) dapat diprediksi melalui hubungan korelasional ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan korelasional ini dipelopori oleh Bandura (1965) (Moran 2006). Namun demikian pada terbitan penelitianya yang baru ia mengunakan model sebab akibat (Moran 2006)
Penelitian yang mengkaji mengenai hubungan sebab akibat mengapa seseorang melakukan tindakan ataupun intensitas penggunaan suatu teknologi terdapat banyak model penelitian (lihat Ajzen, 1980; Rongers, 1983; Davis, 1989; Verkantest & Davis, 2000; Verkantesh et all., 2003; Oh et all., 2003; Edwards 2007). Namun dari penelitian tersebut yang membahas secara spesifik mengenai adopsi teknologi atu sistim informasi adalah model TAM. Yang berbeda model TAM dengan teori yang digunakan untuk menjelaskan mengenai keperilakuan adalah adanya konstruk mengenai persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan (Bandura, 1977, 1986; Oh et all., 2003; Moran, 2006). Dikarenakan keunggulan konstruk ini sampai saat ini masih digunakan untuk menjelaskan mengenai permasalahan adopsi teknologi. Namun demikian model ini tidak menjelaskan sebap-sebap mengapa seseorang meiliki persepsi kemanfatan dan persepsi kemudahan. Untuk itu dilakukan pemodifikasian terhadap model TAM. Pengembangan ini dilakukan dengan cara pengabungan dengan teori sosial yang lainya. Teori itu diantaranya teori Inovation Difusion, Reaction Action (TRA), teori Planed Behaviour (TPB), dan masih banyak lagi model lainya.
Penelitian yang berkaitan dengan penjelasan mengapa seseorang melakukan tindakan untuk mengadopsi sistim/teknologi juga dilakukan oleh Rongers (1983). Ia mengemukakan ponstulat untuk mejelaskan mengenai alasan seseorang intividu untuk ber-inovasi. Postulatnya dikenal dengan nama teori Inovation Difusion. Teori ini menjelaskan yang membuat seseorang intividu terdorong untuk ber-inovasi. Hal itu dapat dijelaskan melalui faktor yang dirasakan yaitu berupa pengalaman pengguna yang telah dilakukan. Pengalaman ini dijelaskan dengan konstruk compability, complexity, triability dan observability (lihat Oh et all., 2003).
Teori TRA dikemukakan oleh Ajzen (1980). Ia mengemukakan bahwa tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu dapat berupa niatan untuk untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Niatan ini dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang kedua berhubungan dengan pengaruh berupa norma subjektif (subjective norms). Sehingga seseorang akan mengadopsi suatu sistim dikarenakan orang tersebut memiliki sikap seperti perasaan senang, menguntungkan dan memiliki norma yang sesuai dengan sesuatu yang akan dilakukan. Kemudian teori ini dikembangkan menjadi teori TPB. Teori ini berusaha menjelaskan tidak sekedar tindakan saja namun terlebih jauh lagi ingin menjelaskan mengenai keinginan untuk melakukan tindakan secara berulang-ulang (intention to use) (lihat Elliott, Armitage, & Baughan, 2003). Namun kedua teori ini masih sangatlah umum, hal ini dikarenakan dianggap kurang mampu untuk menjelaskan mengenai masalah adopsi teknologi/sistim.
Terdapat beberapa model gabungan model TAM dengan teori lainya. Verkantest & Davis (2000) untuk mendapatkan model penelitian yang lebih baik, ia mengembangkan postulat terdahulunya (TAM) dengan dengan menambahkan faktor eksternal yang digunakan untuk menjelaskan persepsi kemanfaatan. Variabel eksternal tersebut berupa kesesuaian obyek adopsi dengan pengguna (compability), hasil yang didapat jika pengguna mengunakan sistim yang baru (output quality) dan hasil yang didapat dari kejelasan pengguna (result demonstrability). Kemudian pada penelitian selajutnya Venkatesh (2003) fokus pada penelitian tentang pengunaan suatu sistim atau teknologi yang terfokus pada pemodelan yang dapat menjelaskan intensitas penggunaan suatu sistim secara maksimal melalui data empiris yang didapat dari analisa statistik. Namun pada kenyatanya model ini hanya sebatas penjelasan akan suatu sebap saja dan tidak dapat menjelaskan rentetan hubungan sebap akibat yang terjadi secara simultan.
Pada terbitan model penelitian yang lainya Oh et al. (2003). Model penelitian yang dikembangkanya berusaha untuk mengkaji deretan sebap akibat mengenai penyebab seseorang melakukan tindakan untuk melakukan adopsi teknologi. Ia mengabungkan teori inovation of difusion dengan TAM. Dalam model penelitianya seseorang yang bersikap (atitude) akan suatu sistim atau teknologi dapat dijelaskan melalui persepsi mengenai kemanfaatan, kemudahan mengunakanya, dan sumberdaya yang ia miliki. Atribut ini merupakan yang digunakan pada model TAM. Kemudian latar bekang seseorang memiliki persepsi tersebut (persepsi pada model TAM) dapat dijelaskan melalui faktor pengalaman intividu. Faktor pengalaman intividu ini bersumber pada teory of difusion inovation. Konstruk tersebut adalah visibility, triability, result desmotrability dan compability. Sehingga adopsi suatu teknologi dapat dijelaskan secara berurutan dan saling berkaitan. urutan tersebut dapat dijabarkan menjadi tiga fase sebagai berikut:
1. Dalam hal mengemukakan sikap seseorang dapat dijelaskan melalui evaluasi sumberdayanya, kemudahan untuk mengunakanya dan kemanfaatan yang akan didapatnya
2. Intifidu dalam menyatakan perasaan persepsi kemanfaatan, mudah, persepsi sumberdaya yang diperlukan untuk proses yang telah disebutkan diatas kemudian pada tahap berikutnya seseorang akan mengemukakan sikapnya.
3. Orang akan ingin tahu mengenai karakteristik akan suatu teknology/sistim yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap sistim/teknologi, mencobanya, mengevaluasi hasil percobaanya, kemudian mencocokanya apakah dibutuhkan dalam kehidupanya.
Meskipun model Oh et all. (2003) dapat menjelaskan hubungan simultas secara historis hipotesisnya tidak selalu terbukti. Selain itu juga ia tidak memasukan variabel persepsi intensitas penggunaan. Dengan adanya konstruk ini dapat diketahui penyebab intensitan penggunaan wireles Lan dimasa akan datang. Hal ini dilandasi oleh model TAM yang telah diponstulatkan Azen (1985) dimana secara konstruk sikap dapat menjelaskan perilaku intensitas penggunaan suatu sistim/teknologi. Pentingnya konstruk ini agar model penelitian dapat menjelaskan faktor yang membentuk perilaku intens terhadap suatu sistim atau teknologi (Verkantesh, 2003; Verkantesh Davis 2000; Davis, 1989). Dengan adanya keterbatasan tersebut Oh et all. (2003) menyarankan untuk peneliti selajutnya untuk mengunakan konstruk ini.
Dalam penelitian ini penulis berusaha melengkapi keterbatasan model penelitian Oh et all. (2003) yaitu belum mengkaji konstruk frekuensi penggunaan. Dengan penambahan konstruk ini didapat model gabungan antara model teori dasar TAM dan teori Difusion Inovation yang lebih lengkap.
Dengan mengunakan seting penelitian pengguna baru wireleslan diharapkan dapat digunakan untuk mengeneralisai penyebab pengguna yang menyatakan sering wireles lan dimasa mendatang. Penggunaan baru wireles lan ini dengan mudah di jumpai di sekitar UNS. Hal ini dikarenakan pada masing masing Fakultas pada Universitas ini disaat dilakukan penelitian belum lama mendukung fasilitas ini.
Berdasarkan dampak baik dari perubahan yang dilakukan UNS dengan memberikan fasilitas hotspotnya secara geratis, keunikan perilaku mahasiswa, dan penelitian yang dilakukan oleh Oh et all. (2003) dan Azen (1985) penulis akan mengunakanya untuk menjelaskan permasalahan penggunaan Wireles-lan. Sehingga berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil judul: Peran Pengalaman Pengguna Dalam membentuk Perilaku Pada Penggunaan WLAN Oleh Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang Dimediasi Oleh Sikap dan Persepsi Kemanfaatan, Kemudahan, Kepemilikan Sumberdaya .
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, bahwa hotspot bermanfaat bagi mahasiswa, dan UNS melakukan perubahan dengan memberikan fasilitas ini secara geratis terhadap mahasiswanya. Dalam mengadopsi suatu teknologi seseorang intifidu tidak hanya sebatas dipengaruhi oleh beberapa faktor saja. Namun seorang intifidu akan selalu menggunakan suatu sistim berkaitan dengan rentetan suatu kejadian yang berupa pengalaman yang dimasa lalunya. Dengan demikian rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah intensitas penggunaan hotspot dipengarui oleh persepsi kemanfaatan dan sikap dapat berpengaruh terhadap intensitas penggunaan hostpot?
2. Apakah sikap penguna hotspot dipengarui oleh persepsi sumberdaya, persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan?
3. Apakah persepsi kemanfaatan dipengarui persepsi kemudahan dan pengalaman pengguna ?
4. Apakah persepsi kemudahan dipengarui oleh persepsi sumbedaya dan persepsi sumberdaya dan pengalaman pengguna ?
5. Apakah apakah persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan pada intesitas pengunaan WLAN.
6. Apakah persepsi persepsi sumberdaya dipengarui oleh persepsi pengalaman pengguna ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Konsisten dengan pernyataan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji:
1. Meneliti pengaruh kemanfaatan dan sikap terhadap intensitas penggunaan WLAN.
2. Meneliti pengaruh persepsi kemudahan, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kemanfaatan wireles-lan.
3. Meneliti pengaruh persepsi kemudahan, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap sikap pada pengunaan WLAN.
4. Meneliti pengaruh persepsi sumberdaya, compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kemudahan pada pengunaan wireles-lan.
5. Meneliti pengaruh compability, triability, visibility, dan result demostrability terhadap persepsi kepemilikan sumberdaya pada pengunaan WLAN.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tentang perilaku penggunaan WLAN diharapkan dapat bermanfaat :
1. Kemanfaatan Bagi mahasiswa / akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bukti empiris berkaitan perilaku mahasiswa yang berada di UNS untuk mengadopsi internet melalui WIFI. Adanya penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai adopsi WLAN di UNS.
2. Kemanfaatan Bagi Intitusi UNS
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris bagi UNS terkait dengan diberikanya fasilitas WLAN, sehingga hal ini mampu memberikan masukan berupa informasi mengenai variabel-variabel yang menyebabkan seseorang mengunakan WLAN. Sehingga sebagai peneliti, saya mengharapkan dengan mengetaui perilaku yang membentuk intens terhadap sistim pihak akademisis dapat digunakan sebagi pertimbangan kebijakan pengelolaan desain WLAN.
3. Kemanfaatan Teoritis
Teori ini diharapkan dampat memberikan kontribusi bagi penelitian secara konstruk dari gabungan teory of difusion of inovation dengan teori TAM
Komentar