PENGARUH KONSERVATISMA AKUNTANSI TERHADAP PENILAIAN
EKUITAS PERUSAHAAN
DIMODERASI OLEH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DWI YANA AMALIA S. FALA, SE, M.SI
Universitas Khairun Ternate
ABSTRACT
The objective of this study is to determine the influence of accounting conservatism on
the assessment of corporate equity valuation and the ability of Good Corporate
Governance (GCG) in interact the effect of accounting conservatism to the corporate
value. Sample in this research is manufacture companies that listed in Jakarta Stock
Market for the financial report in 2000-2005 periods. Number of sample is 23
companies with 115 observations. The accounting conservatism proxy by conservatism
instrument variable (VIKV
2_23
). The assessment of corporate equity proxy by market-to-
book ratio. The mechanism of Corporate Governance is measured using managerial of
properties and the proportion of commissioner board.
The results showed that accounting conservatism giving significant positive
influence to corporate equity. Proportion of commissioner board as one as mechanism
of corporate governance was moderating variable that interact relation between
accounting conservatism with corporate value, even in negative impact. Oppositely,
managerial property was not moderating variable that could interact the relation
between accounting conservatism and corporate value.
Key words: conservatism instrument variable, market-to-book ratio, corporate
governance mechanism.
AKPM-11
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konservatisma merupakan prinsip yang paling mempengaruhi penilaian dalam
akuntansi (Sterling, 1970 dalam Watts, 2003a). Karena itu konservatisma sampai saat
ini masih tetap memiliki peran penting dalam praktik akuntansi. Konservatisma
didefinisikan sebagai konsep untuk menunda pengakuan terhadap arus kas masuk
mendatang (Watts, 1993), dan sebagai akuntansi konservatif yang umumnya
menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari
beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari
beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban (Hendriksen, 1992).
Lo (2005) mendefinisikan konservatisma sebagai suatu pandangan pesimistik
dalam akuntansi. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis
dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan memilih prinsip atau kebijakan
yang memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya,
merendahkan penilaian aktiva dan meninggikan penilaian utang.
Pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip
konservatisma. Para pengkritik konservatisma menyatakan bahwa prinsip ini
menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh
pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi risiko perusahaan. Monahan (1999)
dalam Mayangsari dan Wilopo (2002) menyatakan bahwa semakin konservatif
akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias.
Dilain pihak, yang mendukung konservatisma menyatakan bahwa konservatisma
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan
keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Penelitian yang
mendukung diantaranya dilakukan oleh Feltham dan Ohlson (1995) dan Watts (1993).
Penelitian mereka membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi
konservatif dapat meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai
perusahaan.
Penelitian ini mencoba meneliti apakah pilihan perusahaan untuk menerapkan
kebijakan akuntansi konservatisma mempengaruhi penilaian investor akan nilai ekuitas
AKPM-11
3
perusahaan. Konservatisma akuntansi pada penelitian ini diukur dengan suatu ukuran
alternatif konservatisma akuntansi yang dibuat oleh Lo (2005). Ukuran alternatif
konservatisma akuntansi ini mendekomposisi komponen akrual diskresioner yang
disebabkan oleh konservatisma dan komponen akrual diskresioner yang disebabkan
oleh manajemen laba.
Adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh penerapan
konservatisma akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan mendorong peneliti
untuk memasukkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi.
Peneliti menduga bahwa ada variabel lain yang menginteraksi pengaruh konservatisma
akuntansi terhadap nilai perusahaan. Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Hapsoro
(2006), secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau
sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok. Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas
struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal
spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat.
Penelitian ini akan memasukkan mekanisme internal spesifik perusahaan sebagai
variabel pemoderasi. Untuk struktur kepemilikan akan digunakan variabel kepemilikan
manajerial dengan pemikiran bahwa sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para
pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajemen. Untuk
struktur pengelolaan akan digunakan variabel jumlah komisaris. Diantara berbagai
faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan
komisaris merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam
pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi.
Untuk struktur pengelolaan di Indonesia fungsi ini cenderung lebih banyak dijalankan
oleh dewan komisaris berdasarkan kedekatannya dengan sumber informasi.
Kusumawati dan Riyanto (2005) menemukan bahwa investor bersedia memberikan
premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh
komisaris.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah bahwa masih adanya hasil yang pro dan kontra
seputar penelitian tentang pengaruh penerapan konservatisma akuntansi terhadap
AKPM-11
4
penilaian ekuitas perusahaan, peneliti ingin mendapatkan bukti empiris tentang
pengaruh konservatisma akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan dan
kemampuan Good Corporate Governance (GCG) dalam mempengaruhi hubungan
konservatisma akuntansi dengan nilai ekuitas perusahaan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai pengaruh pemilihan kebijakan konservatisma
akuntansi terhadap nilai ekuitas perusahaan dengan asumsi bahwa pasar telah efisien
secara keputusan sehingga akan menilai lebih perusahaan-perusahaan yang memilih
kebijakan konservatisma untuk akuntansinya dan menilai kemampuan Good Corporate
Governance (GCG) dalam menginteraksi pengaruh konservatisma akuntansi terhadap
nilai perusahaan.
2. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan
keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisma yang
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan
keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dalam praktiknya,
manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi
yang tinggi yang akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti
tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa
yang akan datang.
Watts (2003a) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik
atau relatif permanen merupakan hallmark konservatisma akuntansi, sehingga dapat
dikatakan bahwa konservatisma akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba
dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang
tidak overstate.
AKPM-11
5
Penman dan Zhang (2002) menyatakan bahwa konservatisma akuntansi
mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara empiris penelitian mereka
menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan
akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode akuntansi atau
perubahan estimasi.
Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan
melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada
investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan
laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan menilai
perusahaan dengan lebih tinggi.
2.2. Ukuran Alternatif Konservatisma Akuntansi
Penman dan Zhang (2002) dan Wolk et al (2001) menyatakan bahwa akuntansi
konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metoda akuntansi, tetapi juga estimasi
yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi akrual.
Basu (1997)
menyebutkan bahwa konservatisma merupakan praktik akuntansi yang mengurangi laba
(dan menurunkan aktiva bersih) ketika menghadapi bad news, akan tetapi tidak
meningkatkan laba (dan meningkatkan nilai aktiva bersih) ketika menanggapi good
news. Ditinjau dari sudut pandang manajemen laba, definisi ini tampak serupa namun
yang membedakan adalah pada kata “tidak meningkatkan laba (dan menaikkan nilai
aktiva bersih) ketika menanggapi good news.”
Menurut Watts (2003b) penjelasan mengenai manajemen laba kelihatan cocok
dengan literatur mengenai konservatisma berdasarkan alasan berikut:
(1)
menetapkan cadangan aktiva bersih yang understate, (2) menghapus return saham
negatif, secara potensial memberikan hubungan earnings/ stock return yang asimetrik,
(3) kerugian awal akan sementara, diikuti oleh laba yang lebih tinggi secara tetap yang
dihasilkan oleh penggunaan cadangan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas diketahui bahwa akrual diskresioner dapat
juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan sehingga pemakai laporan
keuangan perlu memahami kemungkinan bahwa perubahan laba akuntansi selain
dipengaruhi kebijakan konservatisma akuntansi juga oleh manajemen laba. Penelitian
ini hanya akan meneliti perubahan laba akuntansi yang dipengaruhi oleh kebijakan
AKPM-11
6
konservatisma akuntansi bukan yang diakibatkan oleh manajemen laba. Untuk itu
penelitian ini akan menggunakan pengukuran alternatif konservatisma akuntansi yang
dibuat oleh Lo (2005), yaitu model yang didasarkan pada pemikiran bahwa
konservatisma akuntansi merupakan salah satu penyebab adanya akrual diskresioner,
selain manajemen laba. Menggunakan akrual diskresioner yang diakibatkan kebijakan
konservatisma akuntansi saja dan tidak menggunakan akrual diskresioner total karena
dalam akrual diskresioner total juga terdapat komponen yang diakibatkan oleh
manajemen laba.
2.3. Penilaian Perusahaan
Penelitian ini menggunakan proksi market to book ratio untuk penilaian ekuitas karena
sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan.
Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003b) menggunakan market to book ratio yang
mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap
nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status
pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang
perusahaan secara keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek
masa depan perusahaan (Walsh, 2003). Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat
dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya penerapan
konservatisma akuntansi yang diberikan melalui laporan keuangan.
2.4. Pengembangan Hipotesis
Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisma standar akuntansi
secara global. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga
auditor dan manager cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-
angka yang konservatif dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002). Secara
empiris penelitian Penman dan Zhang (2002) menunjukkan bahwa earnings yang
berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara
konsisten tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi. Watts
(2003a) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif
permanen sebagai hallmark konservatisma akuntansi telah membantu pengguna
laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.
AKPM-11
7
Di Indonesia, penelitian tentang konservatisma akuntansi membuktikan bahwa
pada umumnya perusahaan-perusahaan memilih konservatisma akuntansi (Wydia,
2004). Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menggunakan C-Score sebagai proksi
konservatisma membuktikan bahwa konservatisma memiliki value relevance, sehingga
laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisma dapat
mencerminkan nilai pasar perusahaan. Penelitian mereka menunjukkan bahwa total
akrual (discretionary dan non discretionary accrual) berpengaruh positif signifikan
pada nilai perusahaan
Penerapan kebijakan akuntansi konservatif yang di tunjukkan melalui laporan
keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa
manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang
berkualitas. Dengan asumsi pasar telah efisien secara keputusan, investor diharapkan
dapat menerima sinyal ini dan mengoreksi undervalue ekuitas perusahaan dengan
menilai ekuitas perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Dengan demikian hipotesis
alternatif pertama dinyatakan sebagai berikut:
H1: Konservatisma akuntansi berpengaruh positif terhadap penilaian ekuitas
perusahaan
Adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh penerapan
konservatisma akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan mendorong peneliti
untuk memasukkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi.
Peneliti menduga bahwa ada variabel lain yang menginteraksi pengaruh konservatisma
akuntansi terhadap nilai perusahaan.
Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Hapsoro (2006), secara umum
mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut
mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok.
Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur
kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik
negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat.
Karena corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat
mengendalikan (mengatur) perilaku stakeholders dengan demikian corporate
governance dapat mempengaruhi pilihan manajemen dalam menerapkan prinsip
AKPM-11
8
akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma. Ball et al (2000) dalam Wibowo
(2002) menyatakan bahwa pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan
prinsip konservatisma dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan sebagai salah satu
mekanisme corporate governance. Penelitian Widya (2004) menemukan bahwa struktur
kepemilikan mempengaruhi pemilihan strategi akuntansi konservatif perusahaan.
Penelitian ini akan memasukkan mekanisme internal spesifik perusahaan
sebagai variabel pemoderasi yaitu struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Untuk
struktur kepemilikan akan digunakan variabel kepemilikan manajerial dengan pemikiran
bahwa sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham akan
tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajemen. Manajemen dengan kontrol
kepemilikan besar memiliki insentif yang lebih rendah untuk melakukan self-serving
behavior yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dan bisa jadi memiliki lebih banyak
kecenderungan untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatisma untuk
meningkatkan kualitas laba. Sesuai yang dikemukakan Ross et al (1999) dalam Tarjo
(2002), bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen
cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan
nilai perusahaan salah satunya dengan menerapkan konservatisma akuntansi. Penelitian
Sandra dan Kusuma (2004) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap reaksi pasar dan mampu memoderasi interaksi income smoothing
dengan reaksi pasar. Dengan demikian hipotesis alternatif kedua yang diajukan adalah:
H2a: Kepemilikan Manajerial berpengaruh secara positif terhadap hubungan
antara konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan.
Diantara berbagai faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan
yang efektif, dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam
penerapan kebijakan konservatisma akuntansi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan Mizruchi (1983) dalam Hapsoro (2006) bahwa dewan komisaris
merupakan “the ultimate center of control.” Semakin besar jumlah komisaris fungsi
service dan kontrol akan semakin baik karena akan semakin banyak keahlian dalam
memberikan nasehat yang bernilai dalam strategi dan penyelenggaraan perusahaan
(Fama dan Jensen, 1983 dalam Kusumawati dan Riyanto, 2005). Untuk struktur
AKPM-11
9
pengelolaan di Indonesia fungsi ini cenderung lebih banyak dijalankan oleh dewan
komisaris berdasarkan kedekatannya dengan sumber informasi.
Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005), hubungan antara jumlah anggota
dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan
kontrol yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasehat yang diberikan
merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang tidak dapat diberikan oleh pasar.
Penelitian mereka menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih
terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris.
Ukuran dewan (komisaris) juga dapat mempengaruhi kemampuan memonitor
proses pelaporan keuangan seperti penelitian Midiastuty (2003) dalam Mudjiyanti
(2005) yang menyimpulkan bahwa mekanisme kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan ukuran atau jumlah dewan mampu mengurangi konflik kepentingan
antara stakeholders dan meningkatkan kepercayaan investor.
Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai mekanisme corporate
governance ini dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa
perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Investor diharapkan
akan menerima sinyal ini dan bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk
perusahaan yang well-governed di Indonesia. Dengan demikian, penerapan good
corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor
(Labelle, 2002 dalam Kusumawati dan Riyanto, 2005). Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah:
H2b: Jumlah Komisaris berpengaruh secara positif terhadap hubungan antara
konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan.
3. METODA PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sedangkan sampel penelitian ini adalah
perusahaan yang dipilih dari populasi dengan kriteria purposive sampling sebagai
berikut: terdaftar di BEJ mulai tahun 2000-2005, data laporan keuangan tersedia
berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2000-2005 (diperlukan karena peneliti
AKPM-11
10
menggunakan data balanced panel), dan jenis perusahaan adalah perusahaan
manufaktur.
Analisis dilakukan terhadap data tahun 2001 – 2005. Dimulai dari tahun 2001
karena Code of Good Corporate Governance yang berfungsi sebagai acuan bagi
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governance
(GCG) baru diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) pada tahun 2001. Data tahun 2000 diperlukan karena dalam penghitungan
VIKV juga menggunakan data lag 1.
3.2. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari data base pasar modal UGM dan
Indonesia Capital Market Directory (ICMD), tanggal publikasi laporan keuangan
diperoleh dari humas BAPEPAM, dan harga penutupan saham per tanggal publikasi
laporan keuangan diperoleh dari data base pasar modal MSi dan MM UGM.
3.3. Variabel dan pengukuran
Variable dependen penelitian ini adalah nilai ekuitas perusahaan diproksikan dengan
market to book ratio yang bernilai lebih besar dari 1. Rasio market to book yang bernilai
lebih dari 1, mengindikasikan investor menilai positif penerapan akuntansi yang
konservatif sehingga memberikan premium lebih bagi saham perusahaan yang
konservatif. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan bukti market to book value
dan earnings multiples yang memiliki nilai sangat tinggi sebagai akibat konservatisma
(Givoly dan Hayn, 2002).
Book value dihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu
tanggal 31 Desember dan Market value diukur menggunakan harga penutupan saham
pada tanggal pengumuman agar dapat merefleksikan respon pasar atas laporan
keuangan. Foster (1986) menyebutkan ada dua pilihan tanggal untuk mengukur market
price, yaitu harga pada akhir tahun fiscal dan harga setelah pengumuman laporan
keuangan karena dapat merefleksikan kandungan informasi dari pengumuman earnings.
Variabel independennya adalah konservatisma akuntansi yang diukur dengan
variabel instrumental konservatisma akuntansi (VIKV) yang dibuat dengan
AKPM-11
11
menggunakan 8 (delapan) proksi yang diduga dapat menangkap konstruk konservatisma
berdasarkan definisi konservatisma akuntansi sebagai kecenderungan untuk
merendahkan nilai aktiva, meninggikan utang, mengakui pendapatan secara lebih
lambat, dan mengakui biaya secara lebih cepat.
Variabel pemoderasi adalah Good Corporate Governance (GCG) yang
berhubungan dengan nilai pasar perusahaan, yaitu kepemilikan manajerial dan jumlah
dewan komisaris untuk fungsi service dan kontrol.
3.4. Metoda Analisis Data
Pengukuran alternatif konservatisme akuntansi yang digunakan adalah variabel
instrumental konservatisma akuntansi (VIKV2_23) yang dikembangkan oleh Lo (2005).
VIKV2_23 = VIKV yang dibentuk dari nilai prediksi regresi dengan variabel dependen
LBKNBLPJ dan variabel independent INVRPDA, UDA, ULUDA, dan DEPA .
LBKNBLPJ = kelebihan laba kena pajak di atas laba sebelum pajak penghasilan dibagi
aktiva total tahun t-1.
INVRPDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional piutang dagang (PDjt) pada
perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan
menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A). Penelitian ini memakai kebalikan
piutang dagang abnormal (INVRPDA) dibagi aktiva total tahun t-1 sebagai proksi
tingkat konseravtisme akuntansi. INVRPDA dihitung dengan mengkalikan PDA dengan
–1.
UDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang dagang (UDjt) pada perubahan
kos barang dijual (KBDjt) untuk perusahaan j tahun t, dengan menggunakan aktiva total
t-1 sebagai deflator (A).
ULUDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang lancar selain utang dagang
[(UL-UD)jt] pada perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun
t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).
DEPA = residuals dari suatu regresi cross-sectional biaya depresiasi dan amortisasi
(DEPjt) pada aktiva tetap bruto (ATBjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan
menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).
Hipotesis akan diuji dengan analisis regresi:
AKPM-11
12
MBV = β
0
+ β
1
VIKV2_23 + β
2
KM + β
3
KOM + β
4
VIKV2_23*KM +
β
5
VIKV2_23*KOM +
ε
MBV = nilai pasar perusahaan, diukur dengan rasio nilai pasar terhadap nilai buku
VIKV2_23 = nilai prediksi regresi dengan variabel dependen LBKNBLPJ dan variabel
independen INVRPDA, UDA, ULUDA, dan DEPA.
KM = Kepemilikan Manajerial
KOM = Proporsi anggota dewan komisaris
ε
= error
4. ANALISIS DATA
4.1. Statistik Deskriptif
Proses pemilihan sampel menghasilkan 23 perusahaan untuk perioda penelitian tahun
2001 sampai dengan tahun 2005 yang menghasilkan 115 observasi. Untuk memperoleh
gambaran umum sampel data penelitian bisa dilihat statistik deskriptif penelitian seperti
pada tabel 4.1 yang menyajikan statistik deskriptif data sampel keseluruhan (panel data)
periode tahun 2001 sampai dengan 2005.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
MBV
VIKV2_23
KM
KOM
VIKV2_23*KM VIKV2_23*KOM
Mean
2,965480 -0,025919
0,008946 4,434783 -8,998425
-0,179418
Median
1,875063 -0,016482
5,738880 3,000000 0,000000
-0,071436
Maximum
33,28935 0,097642
0,095833 14,00000 0,004669
0,292925
Minimum
0,999458 -0,179692
0,000000 2,000000 -0,005195
-2,397942
Std. Dev.
3,955686 0,057803
0,021924 2,313691 0,001137
0,446144
Skewness
5,262691 -0,998717
3,121177 1,921006 -0,536138
-3,237144
Kurtosis
35,82617 4,611991
11,91773 6,585651 14,43662
14,16656
Jarque-Bera
5694,135 31,56871
567,7786 132,3360 632,2420
798,3322
Probability
0,000000 0,000000
0,000000 0,000000 0,000000
0,000000
Observations
115
115
115
115
115
115
Cross sections
23
23
23
23
23
23
Variabel terikat MBV sebagai proksi nilai perusahaan menunjukkan rata-rata 2,965480
dengan deviasi standar 3,955686 sementara Variabel Instrumen Konservatisma
(VIKV2_23) sebagai variabel bebas memiliki rata-rata -0,025919 dengan deviasi
standar 0,057803. Variabel moderasi jumlah komisaris menunjukkan rata-rata 4,434783
AKPM-11
13
dan kepemilikan manajerial menunjukkan rata-rata 0,008946 yang berarti sebagian
besar saham perusahaan sampel dimiliki oleh manajer.
Pengujian asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini menggunakan
jenis data panel yang membolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat
asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi
linear pada Ordinary Least Square (Verbeek, 2000). Menurut Gujarati (2003), teknik-
teknik estimasi yang menggunakan data panel, mengakomodir masalah
heteroskedastisitas karena berhubungan dengan variabel-variabel spesifik perusahaan
(data cross section) dan masalah autokorelasi (data time series).
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Dependent Variable: MBV
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/18/06 Time: 09:11
Sample: 2001 2005
Included observations: 5
Total panel observations 115
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
6,323461
1,181405
5,352490
0,0000
VIKV2_23
52,03067
12,79815
4,065484
0,0001
KM
-40,97788
16,84124
-2,433186
0,0166
KOM
-0,649654
0,273668
-2,373878
0,0194
VIKV2_23*KM
-359,7672
331,6509
-1,084777
0,2804
VIKV2_23*KOM
-6,721219
2,198634
-3,056998
0,0028
R-squared
0,169395
Mean dependent var
2,965480
Adjusted R-squared
0,131293
S.D. dependent var
3,955686
S.E. of regression
3,686875
Sum squared resid
1481,642
F-statistic
4,445915
Durbin-Watson stat
0,306312
Prob(F-statistic)
0,001005
Pada pengujian hipotesis ini angka adjusted R square menunjukkan nilai sebesar
0,131293 hal ini berarti bahwa 13,1293% MBV dapat dijelaskan oleh variabel
independen VIKV2_23, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian. Meskipun adjusted R square nilainya rendah
AKPM-11
14
namun model secara statistik adalah signifikan sebesar 0,0001 (<>
koefisien VIKV2_23 sebesar 52,03067. Hal ini berarti berdasarkan sampel penelitian,
variabel konservatisma akuntansi berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
konservatisma akuntansi berpengaruh positif terhadap penilaian ekuitas perusahaan
gagal ditolak.
Angka koefisien interaksi antara variabel konservatisma akuntansi dengan
kepemilikan manajerial (VIKV2_23*KM) sebesar -359,7672 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,2804 (> 0,05). Tanda negatif pada koefisien interaksi dapat
diartikan bahwa kepemilikan manajerial memperlemah hubungan atau berpengaruh
negatif terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan, sedangkan
tingkat signifikansinya yang > 0,05 menunjukkan bahwa berdasarkan sampel penelitian,
variabel kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel yang dapat menginteraksi
hubungan konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis
2a yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap
hubungan antara konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan tidak dapat
didukung atau gagal menolak Ho. Hal ini mungkin saja terjadi karena struktur
kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil dan didominasi oleh keluarga.
Faktor lain seperti perbedaan perioda penelitian dan sampel yang digunakan
memungkinkan perbedaan hasil penelitian.
Angka koefisien interaksi antara variabel konservatisma akuntansi dengan
jumlah komisaris (VIKV2_23*KOM) sebesar -6,721219 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,0028 (<>
penelitian, variabel jumlah komisaris merupakan variabel pemoderasi yang dapat
menginteraksi hubungan konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan. Namun
demikian koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa variabel jumlah
komisaris berpengaruh secara negatif terhadap hubungan konservatisma akuntansi
dengan nilai perusahaan. Struktur pengelolaan di Indonesia seperti adanya cross-
directorship (adanya keterhubungan antara anggota dewan komisaris perusahaan
dengan anggota dewan komisaris perusahaan lain) mungkin dapat memperlemah fungsi
service dan kontrol dari dewan komisaris. Jika investor mengetahui bahwa anggota
AKPM-11
15
dewan (komisaris) suatu perusahaan menjadi pejabat di perusahaan lain maka investor
akan memberikan penilaian yang rendah terhadap perusahaan. Hal ini wajar mengingat
di Indonesia kondisi tersebut dapat dianggap sebagai kolusi dan nepotisme yang
cenderung bersifat negatif. Namun demikian hal ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Dengan demikian hipotesis 2b yang menyatakan bahwa jumlah komisaris
berpengaruh secara positif terhadap hubungan konservatisma akuntansi dengan nilai
perusahaan, tidak dapat didukung atau gagal menolak Ho.
5. SIMPULAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta yang memenuhi kriteria pemilihan sampel, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
akuntansi konservatisma berpengaruh positif secara signifikan terhadap penilaian
ekuitas perusahaan. Hal ini berarti bahwa investor/ pasar menerima sinyal tentang
penerapan konservatisma akuntansi dalam perusahaan dan menilai lebih dengan
memberikan premium tinggi bagi harga saham perusahaan tersebut. (2) Hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa variabel jumlah dewan komisaris sebagai salah satu
mekanisme corporate governance merupakan variabel pemoderasi yang dapat
menginteraksi hubungan antara konservatisma akuntansi dengan nilai perusahaan
meskipun pengaruhnya negatif. Sebaliknya kepemilikan manajerial bukan merupakan
variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan konservatisma akuntansi dan
nilai perusahaan.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan yang menyebabkan
hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. Beberapa keterbatasan penelitian ini
adalah: (1) Perioda pengamatan yang pendek tidak bisa menunjukkan understatement
aktiva bersih dan laba yang sistematik atau relatif permanen sebagai hallmark
konservatisma dengan lebih baik. Hal ini disebabkan penelitian ini mencoba
menghubungkan dengan GCG yang masih baru sehingga sampel yang digunakan adalah
yang memenuhi kriteria tersebut, (2) Jumlah sampel terbatas pada perusahaan
AKPM-11
16
manufaktur saja, sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan jenis industri yang
menerapkan konservatisma akuntansi, (3) Penelitian ini tidak menguji semua variabel
yang termasuk dalam mekanisme corporate governance seperti komite audit,
kepemilikan institusional dan dewan direksi.
5.3. Implikasi dan Saran Penelitian
Simpulan dari penelitian ini memberikan masukan atas pertentangan hasil penelitian
mengenai pengaruh konservatisma akuntansi terhadap nilai perusahaan di Indonesia
dengan memberikan bukti bahwa terdapat variabel lain yang memoderasi hubungan
tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberi ide untuk pengembangan penelitian
selanjutnya. Berdasarkan keterbatasan yang ada, penelitian selanjutnya dapat
memberikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: membuat indeks GCG yang
dapat merangkum semua variabel GCG yang diduga dapat menjadi variabel pemoderasi
atau menggunakan variabel lain yang di duga dapat menjadi pemoderasi,
memperpanjang perioda penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, dan mencoba
menghubungkan dengan variabel dependen lainnya seperti CAR atau ERC.
AKPM-11
17
DAFTAR PUSTAKA
Basu, S. 1997. “The Conservatism Principle and the Asymmetric Timeliness of
Earnings.” Journal of Accounting and Economics, 24: 3-37.
Feltham, J. dan J. Ohlson. 1995. “Valuation and Clean Surplus Accounting for
Operating and Financial Analysis.” Contemporary Accounting Research 11
(1995), pp.687-731.
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. .Second Edition. USA: Prentice Hall.
Givoly, D. dan Hayn, C. 2002. “Rising Conservatism: Implication for Financial
Analysis.” Financial Analists Journal, 56-74.
Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometric. Fourth Edition. McGraw-Hill Book
Co.
Hapsoro, Doddy. 2006. “Mekanisme Corporate Governance, Transparansi dan
Konsekuensi Ekonomik: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia.” Disertasi
S3 Program Doktor UGM. Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. BPFE. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
________________. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Hendriksen E. and M. Van Breda. 1992. Accounting Theory, 5th edition, Irwin,
Homewood, IL.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Oktober 2004.”
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Jones, C. P. 1996. Investment Analysis and Management. 5th edition. John Wiley and
Sons. New York.
Kusumawati, D. W. dan Riyanto, B. 2005. “Corporate Governance dan Kinerja:
Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap
Kinerja.” Simposium Nasional Akuntansi VIII, 248-261.
Lo, Eko. W. 2005. “ Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap
Konservatisma Akuntansi.” Simposium Nasional Akuntansi VIII, 396-440.
Mayangsari, S. dan Wilopo. 2002. “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan
Discretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996).” Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, September 2002, 291-310.
Mudjiyanti, Rina. 2005. “Pengaruh Perataan Laba pada Reaksi Pasar di moderasi
Struktur Corporate Governance.” Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM.
Yogyakarta.
AKPM-11
18
Penman, S.H, dan Zhang, X.J. 2002. “Accounting Conservatism, the Quality of
Earnings, and Stock Returns.” The Accounting Review, 77: 237-264.
Tarjo. 2002. “Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan
Hutang pada Perusahaan Mempublik di Indonesia.” Tesis S2 Program Pasca
Sarjana UGM. Yogyakarta.
Verbeek, Marno. 2000. “A Guide to Modern Economics.” Chichester: John Wiley &
Sons.
Walsh, Ciaran. 2003. “Key Management Ratios: Rasio-rasio Manajemen Penting
Penggerak dan Pengendali Bisnis.” Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Watts, R.L, 1993. “A Proposal for Research on Conservatism, Working paper,”
University of Rochester.
________., 2003a. “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications.”
Working Paper. University of Rochester.
________., 2003b. “Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research
Opportunities.” Working Paper. University of Rochester.
Wydia. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Terhadap
Akuntansi Konservatif.” Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Wolk, H.I., M.G. Tearney, dan J.L. Dodd. 2001. “Accounting Theory: A Conceptual
and Institutional Approach.” Fifth Edition. Ohio: South-Western College
Publishing.
www. fcgi.or.id
AKPM-11
19
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
No
Kode
Nama Emiten
Jenis Industri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
ACAP
AQUA
ASGR
ASII
BATI
BETON
DVLA
GGRM
INAF
INDF
KLBF
KAEF
LAPD
MERK
MLBI
PBRX
SHDA
SCPI
SMSM
SMGR
BATA
SMPL
TIRA
Andhi Chandra Auto
Aqua Golden Misissipi Tbk
Astra Graphia Tbk
Astra Internationals
BAT Indonesia Tbk
Betonjaya Manunggal
Darya Varia Laboratoria
Gudang Garam Tbk
Indofarma
Indofood Sukses Makmur
Kalbe Farma Tbk
Kimia Farma
Lapindo Pakcaging
Merck Indonesia Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Pan Brother Tex Tbk
Sari Husada
Schering Plough Indonesia Tbk
Selamat Sempurna
Semen Gresik
Sepatu Bata Tbk
Summiplast Interbenua
Tira Austenite
Outomotive
Food & Beverages
Electronics & electric
Outomotive
Tobacco
Metal
Pharmaceutical
Tobacco
Pharmaceutical
Food & Beverages
Pharmaceutical
Pharmaceutical
Plastics and Glass
Pharmaceutical
Food & Beverages
Appreal and Textile
Food & Beverages
Pharmaceutical
Tobacco
Cement
Appreal and Textile
Appreal & Textile
Metal
AKPM-11
20
Lampiran 2
Data Residual untuk perhitungan variabel Independen VIKV2_23
INVRPDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional piutang dagang (PDjt) pada
perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan
menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A). Penelitian ini memakai kebalikan
piutang dagang abnormal (INVRPDA) dibagi aktiva total tahun t-1 sebagai proksi
tingkat konseravtisme akuntansi. INVRPDA dihitung dengan mengkalikan PDA dengan
–1.
Tahun
Kode
Emiten
2001
2002
2003
2004
2005
ACAP
0.040947
0.050935
0.056974
-0.006874
-0.141982
AQUA
-0.071236
0.136885
0.119251
-0.108549
-0.076351
ASGR
0.030332
-0.014182
-0.022149
0.005215
0.000785
ASII
-0.000262
0.006337
0.006370
-0.003286
-0.009159
BATA
0.003241
0.001938
0.021578
-0.008773
-0.017984
BATI
-0.017996
0.023414
-0.005553
0.000895
-0.000760
BTON
0.045259
-0.002090
-0.030607
-0.016059
0.003497
DVLA
0.108422
0.062368
-0.098705
-0.028820
-0.043264
GGRM
-0.019718
0.014222
0.002375
0.000709
0.002412
INAF
-0.136171
-0.004743
0.056794
0.117984
-0.033864
INDF
0.024641
-0.005128
-0.000882
-0.007173
-0.011458
KAEF
-0.004752
0.009126
0.031922
0.012917
-0.049213
KLBF
-0.005616
-0.012727
-0.048388
-0.028636
0.095366
LAPD
0.043513
-0.076185
0.143395
0.093457
-0.204179
MERK
-0.091602
0.052039
0.053905
0.018300
-0.032642
MLBI
0.024124
0.034404
0.005391
-0.025875
-0.038044
PBRX
-0.098171
0.058620
0.034852
-0.003935
0.008634
SCPI
-0.007082
0.024964
0.058015
0.021804
-0.097701
SHDA
-0.001995
-0.027550
0.026017
0.013295
-0.009768
SMGR
0.037803
0.027033
-0.019385
-0.014336
-0.031115
SMPL
-0.001474
0.026411
-0.001505
-0.009622
-0.013811
SMSM
-0.009575
0.057758
-0.000071
-0.024463
-0.023648
TIRA
0.015862
-0.020587
0.022415
0.003613
-0.021303
AKPM-11
21
Lampiran 3
Data Residual untuk perhitungan variabel Independen VIKV2_23
UDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang dagang (UDjt) pada perubahan
kos barang dijual (KBDjt) untuk perusahaan j tahun t, dengan menggunakan aktiva total
t-1 sebagai deflator (A).
Tahun
Kode
Emiten
2001
2002
2003
2004
2005
ACAP
-0.02500
0.03254
0.03235
-0.02735
-0.01255
AQUA
0.30674
0.10400
-0.11831
-0.13921
-0.15322
ASGR
-0.00008
-0.05999
0.02919
0.01493
0.01595
ASII
0.01004
-0.00600
-0.01722
0.01610
-0.00291
BATA
0.00292
-0.05883
0.03035
-0.01888
0.04444
BATI
0.01951
-0.00716
-0.00732
0.01959
-0.02462
BTON
0.09503
0.05548
0.02193
-0.05683
-0.11561
DVLA
-0.04625
-0.02695
0.02239
0.01891
0.03191
GGRM
-0.00148
-0.00692
-0.01129
-0.00077
0.02047
INAF
-0.05211
-0.00115
-0.05570
0.02353
0.08543
INDF
0.02180
-0.01213
-0.00211
-0.01220
0.00464
KAEF
0.05117
-0.00409
0.01945
-0.02420
-0.04232
KLBF
0.00321
-0.00647
-0.00661
0.00776
0.00212
LAPD
0.00523
0.13886
-0.02384
-0.08119
-0.03907
MERK
0.05492
-0.03720
0.00859
0.00245
-0.02876
MLBI
-0.03443
-0.00475
-0.00172
0.01942
0.02148
PBRX
0.14558
-0.11524
-0.11719
-0.15149
0.23834
SCPI
0.11009
0.02675
-0.00513
-0.04583
-0.08588
SHDA
-0.02972
0.00967
0.00150
0.05002
-0.03146
SMGR
-0.01756
0.00553
0.01750
-0.00589
0.00043
SMPL
0.01159
0.00640
0.00592
-0.00383
-0.02008
SMSM
-0.00002
-0.01754
0.01714
0.01548
-0.01507
TIRA
-0.03534
-0.00259
-0.01686
0.02474
0.03006
AKPM-11
22
Lampiran 4
Data Residual untuk perhitungan variabel Independen VIKV2_23
ULUDA = residuals dari suatu regresi cross-sectional utang lancar selain utang dagang
[(UL-UD)jt] pada perubahan penjualan bersih (PJLNjt) untuk perusahaan j dalam tahun
t, dengan menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).
Tahun
Kode
Emiten
2001
2002
2003
2004
2005
ACAP
-0.021253
0.015044
0.001388
-0.001720
0.006541
AQUA
0.291578
-0.095167
-0.059303
-0.052513
-0.084595
ASGR
0.038853
-0.002280
0.139475
-0.095022
-0.081026
ASII
0.044916
-0.026236
-0.023874
0.044116
-0.038921
BATA
0.003122
-0.023474
-0.049648
0.003304
0.066696
BATI
0.012431
-0.004427
-0.034688
0.036663
-0.009979
BTON
0.296010
-0.015846
-0.084052
-0.125883
-0.070229
DVLA
0.267575
-0.080986
-0.012840
-0.105499
-0.068250
GGRM
0.012571
-0.025227
-0.032561
0.045230
-0.000013
INAF
0.138888
0.012489
0.087944
-0.121224
-0.118097
INDF
0.133741
0.008788
-0.080537
-0.015312
-0.046681
KAEF
0.038392
-0.064971
0.137272
-0.074290
-0.036404
KLBF
-0.117942
0.206303
0.192237
-0.079627
-0.200970
LAPD
0.013032
-0.137502
-0.094883
-0.010633
0.229985
MERK
-0.003127
0.019136
0.004809
-0.011134
-0.009684
MLBI
0.043638
-0.091034
-0.037048
0.042144
0.042301
PBRX
-0.019757
-0.011438
0.008695
0.001076
0.021424
SCPI
-0.024637
-0.066563
-0.134279
-0.016408
0.241887
SHDA
0.004262
-0.027998
0.034345
-0.000886
-0.009724
SMGR
0.160733
-0.078525
-0.035377
-0.038064
-0.008767
SMPL
0.078960
-0.070862
0.020589
-0.109947
0.081261
SMSM
-0.073366
-0.074956
-0.057223
0.118696
0.086848
TIRA
-0.131483
0.522721
-0.095685
-0.125515
-0.170038
AKPM-11
23
Lampiran 5
Data Residual untuk perhitungan variabel Independen VIKV2_23
DEPA = residuals dari suatu regresi cross-sectional biaya depresiasi dan amortisasi
(DEPjt) pada aktiva tetap bruto (ATBjt) untuk perusahaan j dalam tahun t, dengan
menggunakan aktiva total t-1 sebagai deflator (A).
Tahun
Kode
Emiten
2001
2002
2003
2004
2005
ACAP
0.007989
0.003072
-0.001243
-0.005493
-0.004325
AQUA
-0.012844
-0.004654
0.007493
0.015245
-0.00524
ASGR
0.000187
0.004083
-0.005497
-0.00399
0.005216
ASII
-0.004837
-0.00212
0.000487
0.001292
0.005177
BATA
2.83E-05
0.00087
0.000464
0.000989
-0.002352
BATI
-0.000573
0.00135
-0.000496
0.001167
-0.001448
BTON
0.001471
-0.000644
-0.000724
9.97E-05
-0.000203
DVLA
0.0004
0.004614
-0.002512
0.000945
-0.003446
GGRM
0.003507
-0.00014
0.000886
-0.00513
0.000876
INAF
0.001139
0.001301
0.001694
-0.000252
-0.003882
INDF
-0.003108
-0.001761
0.000385
0.000534
0.003949
KAEF
-0.002673
0.002844
0.001593
0.00026
-0.002024
KLBF
0.000151
0.001427
-0.002188
-0.002439
0.003049
LAPD
-0.007572
0.01229
0.007688
-0.008758
-0.003648
MERK
-0.000548
-0.005649
-0.008682
0.010846
0.004033
MLBI
0.009353
-0.007447
-0.004731
-0.000255
0.003081
PBRX
0.006388
-0.00826
-0.008477
-0.008714
0.019064
SCPI
-0.008634
-0.000606
0.00024
0.005993
0.003007
SHDA
-0.010367
-0.000672
0.00565
0.001679
0.003711
SMGR
-0.000344
0.001718
0.001301
-0.001192
-0.001483
SMPL
9.41E-05
-0.005722
0.001476
0.005305
-0.001153
SMSM
0.015493
0.010767
-0.001128
-0.009399
-0.015733
TIRA
-0.007253
0.003807
-0.006943
-0.003984
0.014373

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN KATALIS K3-xHxPW12O40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

GENERAL LEAST SQUARE

Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi