JURNAL BISNIS DAN EKONOMI, MARET 2003

PENGARUH FAKTOR PERSONALITY DAN PROFESIONAL COMMITMENT TERHADAP KEAHLIAN COMPUTER AUDIT

Oleh : Tri Wibowo & Pancawati Hardiningsih

BPKP Semarang & STIE Stikubank Semarang

ABSTRACT

In accordance with the development of the computer usage by companies to computerize their information, the role of the auditor’s skill in audit computer become more important. Never the less the result of BPKP banking research centre (1998) still showed that the accountants’ skill in that field was still low. Based on that fact we need to know the cause of the auditors’ weak understanding in the audit computer in Indonesia.

Samples used in this research are the publik sector compartment auditors (government) and the public accountant compartment. From 225 questionares delivered to those accountants, we get 80 response from them or the return rate is 35,5%.

This study is to test what the extent of the personality factor influence and professional commitment on the auditor skill in the audit computer. The test used regression analysist and other assumsion test, like normality, non response bias and classical disorder.

Findings show that there is significant influence of auxiety manner on the audit computer skill. Otherwise there is no significant influence of one’s professionalism level and one’s view about computer development on the one’s skill in the audit computer.

Keywords : Computer Audit Skill, Personality and Profesional Commitment.

I. PENDAHULUAN

Perkembangan Sistem Informasi Berbasis Komputer mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Rockart dan Flanery (1983) mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan penggunaan komputer dalam perusahaan berkisar antara 50 % sampai dengan 90 % per tahun. Pernyataan mengenai cepatnya pertumbuhan komputer juga dikemukakan oleh Benjamin (1982) dan Amoroso-Cheney (1991). Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada pola kerja Sistem Informasi Akuntansi dan selanjutnya menuntut adanya perubahan pada prosedur dan tehnik yang digunakan seorang Auditor dalam melakukan tugas audit (atestasi).

Dampak perubahan Tehnologi Informasi bagi seorang Auditor, dikemukakan oleh Murphy dan Parker (1989) menyatakan bahwa terdapat perubahan tradisi berupa berkurangnya bukti tertulis. Auditor harus memahami akses rutin ke dalam sistem, sistem otorisasi dan organisasi dan memahami bagaimana sistem bekerja melakukan perhitungan (computation). Selain itu diperlukannya pemahan sistem secara umum mengenai jaringan (networking), database management, paket software, Operational System serta seleksi pemakaian hardware.

Terdapat beberapa tehnik dan prosedur audit baru yang dapat digunakan dalam melakukan Audit pada Sistem Berbasis Komputer. Salah satu tehnik audit baru pada audit Sistem Berbasis Komputer adalah penggunaan Generalized Audit Software (GAS). Teknik ini merupakan teknik dengan pendekatan audit with the computer yang terdiri dari satu atau lebih program rutin yang dapat diterapkan untuk berbagai situasi pengauditan dan untuk berbagai jenis organisasi. Penggunaan teknik GAS ini relatif tidak sulit karena dapat mengakses hampir segala macam jenis data elektronik yang dihasilkan dari berbagai macam jenis komputer. Adapun manfaat GAS semakin penting dengan semakin besarnya data yang harus dihadapi oleh para auditor maka auditor dapat melakukan pemeriksaan terhadap kualitas data, kualitas sistem pemrosesan, pemeriksaan atas keberadaan entitas suatu data, dan melakukan pengujian analisis. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap kualitas data, kemampuan fungsional GAS dapat dimanfaatkan auditor untuk melakukan pemeriksaan atas keberadaan (existence), kecermatan (accuracy), kelengkapan (completeness), dan konsistensi suatu data. Murphy dan Parker (1989) juga mengungkapkan bahwa penggunaan tehnik komputerisasi sangat dibutuhkan ketika menghadapi sistem berbasis komputer yang besar dan komplek. Penggunaan Audit Software bukan hanya membuat audit menjadi efisien , namun juga alat yang efektif dalam menyelesaikan penugasan.

David Coderre (1999) mengungkapkan bahwa pada awal 1982an, Computer Audit telah banyak membantu tugas auditor dalam mengungkap kesalahan keuangan. Namun pada tahun-tahun terakhir, penerapan Computer Audit sudah lebih luas (powerful) dalam membantu tugas atestasi seorang auditor dan sudah menjadi standar dalam praktek seorang auditor di Amerika. Namun demikian, kondisi tersebut tidak terjadi di Indonesia. Hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BPKP (1998) menyimpulkan bahwa perkembangan sistem tersebut di atas belum direspon secara baik oleh para auditor. Hasil Penelitian menunjukkan hanya 45 responden dari 337 responden yang memahami Computer Audit, dan hanya 10 responden yang pernah melakukan audit dengan menggunakan Audit Software.

Namun demikian hasil yang berbeda diperoleh terkait dengan Computer Attitudes (pandangan terhadap perkembangan komputer). Sikap Optimis atau Pesimis terhadap perkembangan komputer dewasa ini, tidak memacu para akuntan untuk meningkatkan keahliannya di bidang komputer audit. Hasil ini sejalan dengan penelitian Puslitbang BPKP yang menunjukkan kurang responnya para akuntan terhadap perkembangan tehnologi informasi, khususnya perkembangan Sistem Informasi berbasis Komputer.

Kurangnya respon tersebut dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal Auditor. Faktor eksternal antara lain tidak dapat diaksesnya sistem satuan usaha yang diaudit dengan Audit Software dan ketersediaan alat (Audit Software) itu sendiri. Sedangkan faktor internal antara lain dapat berupa faktor Demografi, Personality dan Tanggung jawab profesi (Profesional Commitment) seorang Auditor untuk menjalankan tugas dengan sebaik mungkin.

Penelitian ini ingin menguji, sejauh mana pengaruh tingkat tanggung jawab profesi (Profesional Commitment) dan kepribadian (Personality) seorang auditor, mempengaruhi tingkah lakunya (behavior) dalam merespon perkembangan tehnologi informasi akuntansi tersebut , khususnya dalam meningkatkan keahliannya di bidang Computer Audit. Adapun faktor Personality merupakan variabel yang merefleksikan perasaan atau emosi seseorang mengenai komputer dan penggunaannya (Igbaria dan Parasuraman, 1989). Sedangkan faktor Professional Commitment merupakan suatu sikap seseorang untuk mengembangkan profesinya dan selalu berusaha mencapai tujuan profesi.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk (1) Menguji pengaruh Profesional Commitment terhadap keahlian Computer Audit seorang Auditor di Indonesia dan (2) Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Personality terhadap keahliannya di bidang Computer Audit di Indonesia.

II. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Perkembangan Sistem Informasi Berbasis Komputer tersebut, membawa dampak yang cukup signifikan dalam bidang Akuntansi. Dampak yang terjadi , antara lain adanya peningkatan kecepatan proses, akurasi perhitungan dan kemampuan

mengolah data dalam volume besar serta minimnya audit trail pada suatu sistem akuntansi

( Weber, 1982).

Dampak lain diungkapkan Nottingham (1976) yaitu makin sulitnya mendeteksi kecurangan komputer dan penyalahgunaan setelah kejadian. Sardinas, Burch jr dan Asebrook (1981) mengidentifikasikan dampak dari perubahan tersebut meliputi (1) Perubahan audit trail, (2) Perubahan Metode Internal Control, (2) Perubahan penyimpanan data (Data storage), (4) Penggunaan spesialis, (5) Perubahan dalam perencanaan audit, dan (6) Perlunya penggunaan komputer dalam penugasan audit. Sehubungan dengan hal tersebut, Weber juga menyarankan perlu dikembangkannya internal control yang memadai dalam Sistem Informasi Berbasis Komputer.

Perubahan tersebut juga membawa perubahan di bidang Auditing. Murphy dan Parker (1989) mengemukakan dampak perubahan Tehnologi Informasi terhadap auditor yaitu perlunya pemahaman terhadap akses rutin terhadap sistem, sistem otorisasi dan organisasi serta pemahaman bagaimana komputer melakukan perhitungan (computation). Implikasi auditnya, perlunya pemahaman dan dilakukannya evaluasi terhadap jaringan (networking), database management, software package, Operational System dan seleksi atas hardware yang digunakan.

2.1. End User Computing dan Computer Audit.

Sejalan dengan perkembangan Tehnologi Informasi tersebut, End User Computing (EUC) telah menjadi fenomena baru yang memerlukan perhatian dari para manajer. Claudle et al (1991) mengungkapkan bahwa masalah End User Computing merupakan salah satu dari lima masalah Sistem Informasi yang penting saat ini. Demikian juga diungkapkan oleh Rockart dan Flannery (1983) yang menyatakan bahwa perkembangan EUC antara 50 sanpai 90 % per tahun.

McLeod (1995) menggolongkan End User Computing menjadi empat golongan, berdasarkan kemampuannya, yaitu Menu Level End Users, Command Level End Users, End User Programmers dan Functional Support Personel. Menu Level End Users sebagai tingkatan pemakai yang hanya menggunakan sesuai menu yang sudah ada pada aplikasi program seperti Lotus, MSWord, MsExcell. Command Level End User merupakan tingkatan pemakai yang bisa menggunakan aplikasi dengan menggunakan bahasa perintah pada aplikasi tersebut. Misalnya membuat perhitungan perpajakan pada aplikasi MsExcell. End User Programmer merupakan tingkatan dimana pemakai dapat mengembangkan program-program sesuai kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan Functional Support Personel, yaitu penggunaan personil spesialis untuk mendukung suatu fungsi dalam organisasi.

Dalam penggunaan Generalized Audit Software (GAS), berbagai tingkatan tersebut di atas juga mempengaruhi hasil akhir suatu tugas audit. Auditor yang menggunakan GAS hanya menggunakan menu yang sudah ada bila dibandingkan Auditor yang memiliki kemampuan menyusun bahasa program, akan menghasilkan suatu tingkat ketelitian dan kecermatan evaluasi yang berbeda. Dengan kemampuan penyusunan perintah melalui bahasa program, Auditor dapat menggunakan GAS secara lebih efisien dan efektif serta lebih akurat dalam mengambil kesimpulan hasil audit.

Audit pada Sistem berbasis Komputer memiliki ruang lingkup yang luas. Terdapat beberapa tahapan audit yang harus dilaksanakan dalam melakukan Audit Sistem Berbasis Komputer secara keseluruhan. Tahapan Audit yang dilakukan meliputi Tahapan Survey Pendahuluan, Tahap Evaluasi Pengendalian Sistem (Audit Sistem Informasi), Tahap Pengujian Ketaatan dan Tahap Pengujian Subtantiv serta terakhir Penyusunan Laporan (Wilkinson, 1987).

Setiap tahapan menggunakan prosedur dan tehnik audit sesuai kebutuhan masing-masing tahapan. Selain prosedur dan tehnik audit konvensional seperti inspeksi, vouching, tracing, konfirmasi, dan analisa, pada Audit Sistem Informasi berbasis komputer terdapat beberapa prosedur dan tehnik audit yang dapat dikembangkan antara lain Test Data, Paralel Simulation, Integrated Test Facility dan yang paling populer adalah penggunaan Generalized Audit Software (Murphy and Parker, 1989 ; Boockholdt, 1999 ;Steinbart and Romney, 2000).

Generalized Audit software dapat memeriksa transaksi dalam jumlah yang sangat besar secara cepat dan akurat. Berbagai analisa dapat dilakuan dengan fasilitas yang ada misalnya membandingkan alamat pemasok dengan alamat pengiriman uang dengan cepat dan dalam volume besar, merekapitulasi penjualan/pembelian dalam berbagai pendekatan seperti wilayah, jenis produk, kategori , dsb. Menu yang tersedia pada paket software antara lain dari alat pengolahan data yang sederhana, seperti klasifikasi/stratifikasi data, penghitungan nilai Mean, Median , Maksimum, Minimum, Rata-rata serta Standar Deviasi dari data , hingga menu yang membutuhkan bahasa perintah seperti menu Expresion dan Bathch. Dengan menu tersebut, data-data perusahaan yang berupa file dapat dianalisa secara cepat dan akurat.

Pada penelitian ini Keahlian Computer Audit diartikan sebagai keahlian dalam penggunaan Generalized Audit Software sehingga keahlian Computer Audit menjadi Variabel Dependen.

2.2. Personality

Personality, oleh Cherrington (1994) diartikan sebagai sekumpulan karakteristik dan pandangan seseorang yang menentukan cara hidup dan perbedaan di antara orang lain. Personality seseorang konsisten dalam menghadapi berbagai situasi.Dengan kata lain, Personality dapar diartikan sebagai Kepribadian seseorang. Formula Kurt Lewin menunjukkan bahwa Tingkah Laku (Behavior) seseorang dipengaruhi atau fungsi dari Personality (Kepribadian) dan Environtment (Lingkungan).

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa faktor individu atau perilaku mempengaruhi tranformasi tehnologi baru. Fishbein dan Ajzen (1975) mengatakan bahwa seseorang akan menggunakan komputer jika dia dapat melihat adanya manfaat positif dari penggunaan komputer tersebut. Namun demikian, seseorang dalam menghadapi perkembangan baru Tehnologi Informasi tersebut, dapat menyikapi kehadiran komputer secara berbeda. Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan tekanan (stress). Tekanan yang timbul dapat berupa Anxiety (kecemasan) namun ada pula yang menghadapi sebagai tantangan. Personality yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Personality atau kepribadian seseorang yang menentukan tingkah laku (behavior) dikaitkan dengan adanya perubahan lingkungan tersebut.

2.3. Computer Anxiety, Computer Attitudes dan Math Anxiety.

Anxiety didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam (Cherrington, 1994). Computer Anxiety didefinisikan oleh Igbaria dan Parasuraman (1989) sebagai kecenderungan menjadi susah, khawatir mengenai penggunaan komputer di masa kini dan masa yang akan datang.

Sedangkan Computer Attitudes, oleh Rifa (1999) diartikan sebagai reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap komputer. Dalam hal ini terdapat sekelompok orang yang senang (optimis) dengan perkembangan dunia komputer sedangkan di sisi lain sekelompok orang merasa tidak senang (pesimis) dengan perkembangan tersebut.

Math Anxiety merupakan kecemasan yang berhubungan khusus dengan matematika. Math anxiety dapat didefinisikan sebagai terdapatnya rasa tegang dan cemas yang mengganggu pemecahan masalah matematika ( Richardson dan Suinn 1972).

Penelitian mengenai hubungan Computer Anxiety, Computer Attitudes dan Math Anxiety telah banyak dilakukan sebelumnya. Dambrot et.al (1985) menguji hubungan jenis kelamin dengan sikap terhadap komputer (computer attitudes) dan pengalaman menggunakan komputer (computer experience). Penelitian mengidentifikansikan adanya korelasi antara Computer Attitudes dengan Math Anxiety, Math Attitude, Math course work, Computer Aptitude dan Scholarlastic Achievement. Penelitian lain oleh Howard (1986) menunjukkan adanya hubungan langsung antara Computer anxiety dengan Math anxiety serta adanya hubungan terbalik antara Computer Anxiety dengan Computer Knowledge.

Igbaria dan Parasuraman (1989) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh karakteristik individual dan Computer Anxiety terhadap sikap pada mikrokomputer. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara pendidikan dengan Computer Anxiety, External locus of control dan Math Anxiety. Selanjutnya Harrison dan Rainer (1992) menguji pengaruh perbedaan individual terhadap keahlian dalam End-User Computer (EUC). Dengan menggunakan analisa regresi , penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor demografi, personality (computer anxiety, computer attitudes dan math anxiety) dan cognitive style terhadap keahlian dalam EUC. Penelitian tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Dandes Rifa dan Gudono (1999) yang menyimpulkan adanya hubungan antara Faktor Demografi dan Personality terhadap keahlian EUC.

Terkait dengan penggunaan Audit software dalam tugas audit di kalangan auditor Indonesia, akan diuji pengaruh Faktor Personality terhadap pemahaman/ keahlian dalam menggunakan Computer Audit. Variabel-variabel yang digunakan dalam faktor Personality sama dengan yang digunakan oleh Harrison- Rainer (1992) dan Rifa-Gudono (1999), yaitu Computer Anxiety, Computer Attitudes dan Math Anxiety. Computer Anxiety terdiri dari sikap Khawatir (Fear) dan Suka (Anticipation), sedangkan Computer Attitudes terdiri dari sikap Optimis dan Pesimis terhadap perkembangan komputer saat ini. Sedangkan Math Anxiety akan dimodifikasi menjadi Kesukaan terhadap Matematika.

2.4. Profesional Commitment dan Teori Motivasi.

Perilaku seseorang sangat tergantung oleh motivasi yang melekat padanya. Motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi memiliki 2 elemen yaitu Tujuan yang diinginkan (Goal Congruence) dan Usaha (Effort).

Pendekatan yang dikembangkan dalam teori motivasi ada 2 yaitu Theories of Arousal dan Theories of Choise. Theories of Arousal mengemukakan bahwa perilaku seseorang didorong memenuhi kebutuhannya dan Theori of Choice mengemukakan bahwa perilaku didorong apa yang bisa dilakukan.

Menurut Aranya (1981) Profesional Commitment merupakan kekuatan relatif dari identifikasi dengan/dan keterlibatan dalam profesi yang dianut. Profesional Commitment memerlukan (1) keyakinan dan kepercayaan terhadap tujuan dan nilai profesi, (2) kemauan untuk berusaha mencapai tujuan profesinya ,dan (3) keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Dengan demikian Profesional Commitment merupakan suatu perilaku dan sikap seseorang untuk mengembangkan profesinya dan selalu berusaha mencapai tujuan profesi.

Sedangkan keterkaitan antara Profesional Commitment dengan Kinerja telah disinggung oleh Poznanski dan Bline (1997). Dalam risetnya dinyatakan bahwa Tanggung Jawab Profesi memiliki pengaruh terhadap Tanggung Jawab Organisasi dan Kepuasan Kerja. Selanjutnya Tanggungjawab Organisasi dan Kepuasan tersebut memiliki pengaruh terhadap Kinerja (Job Performance). Hal yang sama dianalisa oleh Aranya et al.(1982).

Dalam lingkungan auditor, penelitian mengenai Tanggung jawab (commitment) telah dilakukan oleh Jeffrey, Weatherholt dan Lo (1995). Studi tersebut menilai tingkatan tanggung jawab profesi para auditor di Taiwan dalam kaitannya dengan kode etik dan ketaatan terhadap aturan. Pada simpulannya disebutkan adanya hubungan yang signifikan antara Profesional Commitment dengan ketaatan terhadap aturan dan pengembangan Kode etik.

Dampak dari tingginya Tanggung Jawab Organisasi (Baron and Greenberg, 1990) adalah semakin rendah tingkat absensi dan keinginan berpindah profesi serta semakin tingginya kinerja .Tingginya tanggung jawab juga mengakibatkan seorang karyawan berani melawan perubahan dan membantu dalam berbagai situasi. Adapun pengembangan model yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada gambar dibawah.

Audit

PERSONALITY :

  • FEAR.
  • ANTICIPATION
  • OPTIMIS.
  • PESIMIS
  • MATH.

PROFESIONAL

COMMITMENT

KEAHLIAN COMPUTER AUDIT

Berdasar gambar di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :

H1

:

Terdapat pengaruh sikap khawatir (Fear) penggunaan komputer terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

H2

:

Terdapat pengaruh sikap suka (Anticipation) penggunaan komputer terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

H3

:

Terdapat pengaruh sikap optimis perkembangan komputer terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

H4

:

Terdapat pengaruh sikap pesimis perkembangan komputer terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

H5

:

Terdapat pengaruh sikap suka pada matematika terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

H6

:

Terdapat pengaruh tingkat profesionalisme yang tinggi terhadap keahlian di bidang Computer Audit.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian tingkah laku (behavior) para akuntan dalam menghadapi perkembangan Tehnologi Informasi, khususnya perkembangan Sistem Informasi berbasis Komputer. Jenis penelitian berupa Penelitian Terapan yaitu penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah, dalam hal ini kurangnya pamahaman para Akuntan di Indonesia mengenai Computer Audit.

3.2. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sample.

Populasi penelitian ini adalah para Akuntan di Indonesia, dengan prioritas di Pulau Jawa. Jumlah populasi obyek penelitian tidak dapat diketahui secara pasti. Pengiriman kuisioner yang telah dilakukan sebanyak 225 buah. Jumlah yang kembali sebanyak 82 kuisioner dan yang memenuhi syarat untuk diolah sebanyak 80 kuisioner.

Responden yang diterima, 44 responden berlatarbelakang Akuntan Pemerintah dan berasal dari sepuluh propinsi di Indonesia. Sedangkan Akuntan Publik sebanyak 36 responden yang berasal dari Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan Semarang.

Responden diprioritaskan pada para akuntan kompartemen akuntan publik dan kompartemen akuntan sektor publik (pemerintah) dengan pertimbangan, para akuntan tersebut yang selalu mendapat tugas audit dan bersinggungan secara langsung dengan penggunaan GAS.

3.3. Metoda Pengumpulan Data.

Data yang digunakan adalah Data Primer yaitu melalui kuisioner kepada responden dengan instrumen seperti pada peneliti sebelumnya. Kuisioner diberikan secara langsung, melalui surat (mail survey) dan melalui internet. Sedangkan Metode Pengambilan Sample yang digunakan adalah dengan Metode Judgmental Sampling. Secara khusus kuisioner diberikan kepada akuntan yang sudah biasa bekerja di lingkungan komputer agar tidak terjadi bias dalam hasilnya.

3.4. Operasionalisasi Variabel.

  • Computer Audit.

Skala Computer Audit akan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan modifikasi dari instrumen yang dikembangkan Murphy et.al (1989). Instrument Murphy dikembangkan untuk mengukur tentang keahlian di bidang komputer secara umum (End User Computing). Peneliti selanjutnya memodifikasi instrumen tersebut untuk pengukuran keahlian pada Computer Audit, dengan cara menambahkan beberapa pertanyaan untuk mengukur pemahaman tentang Audit Software.

Tabel 1

DESKRIPSI VARIABEL

Variabel

Uraian

Keahlian

Computer Audit

Keahlian di bidang Computer Audit , yaitu pemahaman dan kemampuan seorang Akuntan dalam menggunakan Audit Software.

Computer Anxiety

  • Fear
  • Anticipation
Kecemasan terhadap Komputer

Perasaan Cemas pada saat menghadapi komputer.

Perasaan Suka pada saat menghadapi komputer.

Computer Attitudes

  • Optimis.

  • Pesimis

Pandangan terhadap perkembangan Komputer.

Pandangan optimis perkembangan komputer akan membantu dan bermanfaat.

Pandangan pesimis bahwa perkembangan komputer akan mendominasi dan mengendalikan manusia.

Suka Matematika

Rasa suka terhadap matematika.

Profesional Commitment

Tinggi rendahnya tanggung jawab profesi seorang Akuntan.

Instrument terdiri dari 24 item dan belum pernah dilakukan uji validitas dan realibilitas. Untuk itu sebelum dilakukan pengumpulan data akan diuji dahulu validitas dan relibilitasnya.

  • Profesional Commitment.

Profesional Commitment diukur dengan menggunakan 11 item kuisioner yang digunakan Jeffrey dan Waterholt (1994). Skala ini didasarkan pada skala yang digunakan oleh Aranya et al. (1986), Morrow dan Wirth (1989) dan Bline et al. (1991). Pilihan jawaban dimuat dengan 5 pilihan dari sangat tidak setuju (1) sampai dengan sangat setuju (5). Realibilitas dari variabel ini diukur dengan Cronbach’s Alpha (1951) sebesar 0,86.

  • Personality.

Skala yang digunakan untuk mengukur Personality sama dengan penelitian Rifa dan Gudono (1999), serta peneliti-peneliti terdahulu. Untuk mengukur Computer Anxiety digunakan 19 item seperti yang digunakan Webster et al (1990) dan Harison dan Rainer (1992). Hasil Cronbach Alpha menunjukkan 10 item variabel Fear sebesar 0,85 dan 9 item Anticipation sebesar 0,84.

Sedangkan pengukuran Computer Attitudes menggunakan sebagian dari skala yang digunakan Nickell dan Pinto (1986). Skala terdiri dari 16 item , terbagi 2 kategori yaitu Pesimism dan Optimism. Reliabilitas menunjukkan Alpha sebesar 0,82 dan 0,79 .

Math Anxiety diukur dengan Mathematics Anxiety Rating Scale yang dikembangkan oleh Richardson dan Suinn (1972). Skala ini juga digunakan oleh Rifa dan Gudono (1999) terdiri dari 10 item dengan tingkat reliabilitas 0.97. Dalam penelitian ini jawaban dibalik, sehingga semakin tinggi nilai yang diperoleh berarti semakin rendah ketakutan terhadap Matematika, atau dapat dikatakan semakin menyukai Matematika.

  • Model Penelitian.

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6

Dimana :

Y

:

Keahlian Computer Audit , dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

X1

:

Tingkat Profesional commitment, dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

X2

:

Faktor Computer Fear , dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

X3

:

Faktor Computer Anticipation , dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi

X4

:

Faktor Sikap Optimis terhadap Komputer, dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

X5

:

Faktor Sikap Pesimis terhadap Komputer, dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

X6

:

Faktor Kesukaan Matematika, dihitung dengan penjumlahan skor yang distandarisasi.

IV. ANALISIS

4.1. Deskripsi responden.

Dari 225 kuisioner yang dikirimkan baik melalui pos, secara langsung maupun melalui e-mail kepada para akuntan publik dan akuntan pemerintah , jumlah kuisioner yang diterima kembali sebanyak 82 responden . Sedangkan responden yang dianggap layak untuk diolah lebih lanjut sebanyak 80 responden. Dengan demikian tingkat respon sebesar 35,5 %.

Karakterisitk responden. menunjukkan sebagian besar responden berusia antara 30 sampai 40 tahun sebanyak 51 responden atau sebesar 63,8 %. selain itu tampak bahwa semakin tinggi usia responden, maka tingkat keahlian di bidang Computer Audit semakin lemah. Sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja antara 10 - 20 tahun yaitu sebanyak 42 responden atau sebesar 52,5 %. Sedangkan dari latar belakang pendidikan , sebagian besar berlatar belakang Sarjana S-1 sebanyak 75 responden atau sebesar 93,8 % dari total responden.

Dari karakteristik juga tampak bahwa semakin lama pengalaman kerja seseorang justru tingkat pemahaman di bidang Computer Audit semakin rendah. Hal ini sejalan dengan semakin tinggi usia responden maka semakin rendah tingkat keahliannya di bidang Computer Audit..Dari hasil diperoleh bahwa sebagian besar responden berasal dari kompartemen Akuntan Pemerintah, yaitu sebanyak 44 orang atau 55 % dari total responden adalah berlatar belakang pendidikan Sarjana S-1.

Sedangkan waktu pengembalian kuisioner, dari Akuntan Pemerintah sebagian besar dilakukan secara langsung, sehingga hasil diterima dalam jangka waktu yang singkat. Sedangkan dari Akuntan publik, Kuisioner diserahkan melalui Pos dan E-mail, sehingga tingakt pengembalian relatif lama.

Tabel 2

Karakteristik Variabel

Variabel

Range Teoritis

Range Aktual

Rata-rata

Median

St.Deviasi

Keahlian C.A.

1-5

2,21-4,83

3,68

3,75

0,55

Personality

C.Anxiety

Fear

Anticipation

C.Attitudes

Optimis

Pesimis

Suka Matematik

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

1,00-3,70

2,55-5,00

3,43-5,00

1,22-3,78

2,00-5,00

1,87

4,12

4,13

2,31

3,21

2,00

4,00

4,00

2,20

3,25

0,58

0,43

0,42

0,58

0,62

Tingkat Profesionalisme

1-5

2,07-4,29

3,39

3,43

0,42

4.2. Uji Non Respon Bias dan Uji Normalitas.

Uji Non Respon Bias dilakukan melalui uji beda rata-rata ( Independent Samples T Test) terhadap kuisioner yang langsung dijawab oleh responden dan kuisioner yang diterima dalam jangka waktu yang lama. Dari 80 responden yang diterima , terdapat 44 responden yang langsung menjawab kuisioner, sedangkan jumlah responden yang menjawab dalam jangka waktu yang lama ( lebih dari satu minggu) sebanyak 36 responden.

Hasil Independent Samples T Test tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Uji Lavene dan Uji T

Uji Lavene

Uji T

F

Sig

df

Nilai T

Comp.Audit

Equal

Unequal

0,013

0,909

78

-3,00

-2,97

T.Profesional

Equal

Unequal

0,036

0,851

78

-2,49

-2,52

Fear

Equal

Unequal

6,840

0,011

78

0,64

0,61

Anticipation

Equal

Unequal

1,194

0,278

78

-0,32

-0,30

Pesimis

Equal

Unequal

10,914

0,001

78

-1,02

-0,99

Optimis

Equal

Unequal

2,240

0,138

78

0,62

0,63

Matematika

Equal

Unequal

1,029

0,314

78

-1,94

-1,91

Dari hasil pengujian tersebut tampak bahwa melalui Uji Levene, terdapat 5 variabel yang memiliki nilai F signifikasi > 0,05 yaitu Keahlian Computer Audit, Tingkat Profesionalisme, Antisipasi, Optimis dan Matematika. Dengan kondisi tersebut, maka kelima variabel tersebut memiliki perbedaan varians, jadi dalam mengukur hasil t-test menggunakan yang variansnya tidak sama (unequal). Hasil t test kelima variabel tersebut menunjukkan nilai antara -2,97 sampai dengan 0,63 atau lebih kecil dari pada T tabel (1,66). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kelima variabel tersebut terdapat kesamaan antara responden yang langsung menjawab dengan responden yang terlambat menjawab.

Sedangkan pada dua variabel lainnya, yaitu Fear dan Pesimis, memiliki nilai F signifikan yang lebih kecil dari 0,05, atau dapat dikatakan ada kesamaan varians. Dengan demikian pengujian T diukur dengan Uji T pada kondisi sama (equal). Nilai T dari kedua variabel tersebut sebesar 0,61 dan - 0,99 atau lebih kecil dari nilai T tabel ( 1,66 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden yang langsung menjawab, dibandingkan dengan responden yang menunda jawaban menunjukkan adanya kesamaan. Dari hasil uji Non Respon Bias dapat disimpulkan bahwa responden dapat mewakili populasi yang ada.

Sedangkan hasil Uji Normalitas ditunjukkan dalam data Statistik Residual seperti tampak pada tabel di bawah.

Tabel 4

Tabel Statistik Residual Distribusi Normal

Min

Max

Mean

Std.Dev

PRED

2.3303

4,6394

3,6802

0,3927

RESID

-1,1865

0,7719

0,00

0,3902

ZPRED

-3,4372

2,4424

0,00

1,0000

ZRESID

-2,9230

1,9016

0,00

0,9613

Dari data di atas, tampak bahwa nilai rata-rata = 0. Hal tersebut menunjukkan adanya distribusi yang normal (Gujarati, 1978). Dengan kondisi tersebut tampak bahwa asumsi distribusi normal telah terpenuhi pada penelitian ini.

4.3. Uji Reliabilitas dan Validitas.

Uji ini dilakukan untuk lebih meyakinkan bahwa skala yang digunakan adalah skala yang layak dalam pengukuran suatu variabel. Uji Reliabilitas dan Validitas dilakukan untuk menjaga konsistensi dan akurasi data dari penggunaan instrumen (Huck dan Cormier, 1996) sehingga dapat diyakini bahwa skala yang digunakan reliable dan valid. Hasil uji Reliabilitas dan Validitas tampak pada Tabel 4.4.

Tabel 5

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Jumlah Item

Alpha*

Alpha**

Computer Audit

24

-

0,96

Computer Anxiety:

-. Fear

-. Anticipation

10

9

0,85

0,84

0,89

0,87

Computer Attitudes :

-. Optimis

-. Pesimis

7

9

0,79

0,82

0,81

0,82

Suka Matematika

10

0,93

0,85

Tingkat Profesional

11

0,86

0,78

*) Alpha yang digunakan Harrison & Rainer, **) Alpha Penelitian ini.

Dari tabel tersebut tampak bahwa semua skala yang digunakan telah reliabel . Walaupun terdapat Alpha yang di bawah penelitian sebelumnya, namun nilainya masih di atas 0,70 , sehingga dapat dianggap reliabel.

Sedangkan validitas pertanyaan yang ada, tampak dari nilai korelasi antara item pertanyaan dengan total Korelasinya. Dari hasil Uji Reliabilitas dengan menggunakan SPSS, pada kolom 'Corrected item - Total Corellation' hasil uji terlampir, tidak terdapat nilai t yang kurang dari nilai t tabelnya atau tidak terdapat koefisien korelasi yang <>

4.4. Uji Asumsi Penyimpangan Klasik.

Untuk meyakinkan bahwa persamaan yang terbentuk bebas dari berbagai penyimpangan atau memenuhi asumsi bebas dari penyimpangan, maka dilakukan Uji Autokorelasi, Multikolinearitas dan Heterokedasitas atas persamaan yang terbentuk. Hasil pengujian atas penyimpangan klasik menyimpulkan tidak dijumpainya penyimpangan pada persamaan yang terbentuk. Uraian selanjutnya dijelaskan di bawah ini.

4.5. Autokorelasi.

Pengujian atas kemungkinan adanya Autokorelasi pada persamaan menggunakan Pengujian Durbin Watson . Nilai Durbin Watson hasil dari pengujian melalui SPSS, diperoleh nilai sebesar 2,129. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya Autokorelasi dalam persamaan yang terbentuk. Dengan n = 80 dan k = 6, berdasarkan tabel Durbin Watson, dengan a = 5 % , nilai dU dan dL sebesar 1,49 dan 1,80. Nilai 2,129 tersebut berada diantara 0,51 dengan 3,49. Dengan demikian dapat diyakini bahwa pada persamaan yang terbentuk tidak terdapat gangguan yang berurutan.

4.6. Multikolinieritas.

Hasil pengujian Multikolinieritas menunjukkan nilai Tolerance Value antara 0,46 sampai dengan 0,82 dan nilai VIF antara 1,219 sampai dengan 2,146. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya Multikolinearitas , dimana nilai Tolerance Value yang direkomendasikan sebesar <> 10 ( Hair, 1992, h48). Dari hubungan antar variabel seperti pada tabel 10, juga tidak terdapat koefisien yang lebih besar dari 0,80 ( Gujarati, 1995,h335).

Tabel 6

KORELASI ANTAR VARIABEL

Fear

-0,375

Anticipacion

0,469

-0,446

Pesimis

-0,131

0,147

-0,038

Optimis

0,377

-0,276

0,496

-0,151

Matematika

0,477

-0,671

0,291

-0,149

0,210

T.Profesional

0,411

-0,119

0,241

-0,4010

0,276

0,394

Computer Audit

Fear

Anticipation

Pesimis

Optimis

Matematika

4.7. Heterokesdasitas.

Uji ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa asumsi Homokedasitas telah terpenuhi. Pada penelitian ini , pengujian menggunakan Partial regretion Plot. Dari tabel akan tampak jika penyebaran jawaban membentuk suatu bentuk tertentu, maka telah terjadi Heterokedasitas. Namun jika penyebarannya tak berbentuk di sekitar angka 0, maka asumsi Homokedasitas terpenuhi. Pada penelitian ini tampak bahwa penyebaran merata di sekitar angka 0.

Selain dengan melihat penyebaran jawaban, pengujian asumsi ini juga menggunakan Uji Park. Dari pengujian diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 7

Hasil Uji Park

Variabel

b

T

Sig T

Ln Person1

1,404

1,356

0,1793

Ln Person2

5,563

1,669

0,0995

Ln Person3

-0,248

-0,212

0,8323

Ln Person4

-3,553

-1,121

0,2659

Ln Person5

-0.686

-0,489

0,6262

Ln PrfCom

0,610

0,335

0,7385

Dari tabel di atas, tampak tidak ada nilai Sig T yang lebih kecil dari 0,05, atau dengan kata lain tidak ada signifikansi yang berarti sehingga dikatakan tidak terdapat Heterokesdasitas. Dengan kedua hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa asumsi Homokedasitas telah terpenuhi dalam penelitian ini.

4.8. Uji Hipotesis.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini memiliki 6 buah Hipotesa, yaitu apakah ada pengaruh yang signifikan antara keenam variabel independen ( Fear, Anticipation, Pesimis, Optimis, Suka Matematika dan tingkat Profesionalisme) terhadap variabel dependen yaitu keahlian di bidang Computer Audit. Tingkat signifikansi diukur melalui Analisa Regresi , dengan melihat nilai betha-nya.

Pada tabel 8 berikut, dari analisa regresi berganda menunjukkan hasil sebagai berikut :

  1. Nilai R kuardrat sebesar 0,50 dan adjusted R kuardrat sebesar 0,46 , menunjukkan variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variasi variabel dependen sebesar 50 persen. Hal tersebut berarti Faktor Personality dan Profesional Commitment secara keseluruhan dapat menjelaskan variance Keahlian Computer Audit sebesar 50 persen sedangkan 50 persen sisanya variance Keahlian Computer dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.

  1. Nilai F sebesar 12,3 serta tingkat signifikan 0,0000 (kurang dari 0,0001), menunjukkan bahwa variabel independen , secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan faktor Personality dan Profesionalisme Commitment seorang akuntan, secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keahlian seorang akuntan di bidang Computer Audit.

4.9. Faktor Personality.

Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa dari 5 (lima) variabel Personality yang diuji, terdapat 3 (tiga) variabel yang secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut di bawah ini

Tabel 8

HASIL ANALISA REGRESI

Variabel

Beta

T-Signifikan

Cemas terhadap komputer (Fear)

-0,295

0,0049

Suka terhadap komputer (Anticipation)

0,259

0,0990

Optimis perkembangan Komputer

0,095

0,4746

Pesimis perkembangan Komputer

0,023

0,7971

Suka Matematika

0,286

0,0008

Tingkat Profesionalisme

0,155

0,1437

R Square

0,50323

Adj. R Square

0,46240

F – Test

12,342

p-value

0,000

4.10. Computer Anxiety.

Dari dua variabel Computer Anxiety, yaitu Sikap Cemas (Fear) dan Sikap Suka (Anticipation) dalam menggunakan komputer, kedua variabel tersebut signifikan berpengaruh terhadap keahlian seorang Auditor di bidang Computer Audit. Pada variabel Fear menunjukkan angka signifikan negatif sebesar 0,0049 pada level of significant 1% dan tanda negatif mengindikasikan bahwa bila perasaan seorang auditor semakin cemas dalam menggunakan komputer maka akan semakin mengurangi/ menurunkan pemahaman dan kemampuan seorang akuntan dalam menggunakan Audit Software (auditor kurang paham). Sedangkan variabel Anticipation menunjukkan angka signifikan sebesar 0,0990 pada level of significant 10% dan tanda positif mengindikasikan bahwa bila semakin tinggi kesukaan akuntan menyelesaikan pekerjaan dengan komputer maka akan semakin tinggi pemahaman dan kemampuan seorang akuntan dalam bidang Computer Audit. Hal tersebut menunjukkan bahwa Computer Anxiety memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Rifa dan Gudono (1999).

4.11. Computer Attitudes.

Dari hasil analisis pada tabel di atas, tampak bahwa kedua variabel dari Computer Attitudes yaitu Optimis dan Pesimis tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan keahlian seorang auditor di bidang Computer Audit. Nilai p value sebesar 0,4746 dan 0,7971 (p>0,1) menunjukkan bahwa pandangan seorang Akuntan terhadap perkembangan komputer tidak memiliki pengaruh terhadap keahliannya di bidang Computer Audit. Untuk sikap Optimis, hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Rifa dan Gudono (1999). Hasil sebaliknya terjadi pada sikap Pesimis, dimana hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Rifa dan Gudono, namun tidak konsisten dengan temuan Harrison dan Rainer. Dengan hasil ini maka Hipotesa 3 dan 4 ditolak.

Ketidak konsistenan dengan hasil sebelumnya dapat disebabkan oleh kondisi kultur yang berbeda dari subyek penelitian. Budaya dan lingkungan dimana Harrison dan Rainer melakukan penelitian berbeda dengan budaya dan lingkungan Indonesia dimana Rifa - Gudono dan penelitian ini dilakukan. Pada negara maju umumnya, komputer sudah menjadi peralatan kantor maupun alat rumah tangga biasa. Masyarakat sudah terbiasa menggunakannya. Kondisi tersebut berbada dengan Indonesia, dimana komputer masih dinggap barang mewah oleh sebagian masyarakatnya.

4.12. Suka Matematika.

Dari hasil analisis di atas, menunjukkan bahwa kesukaan seorang akuntan terhadap Matematika memiliki pengaruh yang signifikan dengan keahliannya di bidang Computer Audit. Nilai p value sebesar 0,0008 (p<0,1)>

Hal ini konsisten dengan temuan Harison dan Rainer (1992) serta hasil penelitian Rifa-Gudono (1999). Dengan demikian Hipotesa 5 penelitian ini tidak ditolak.

4.13. Tingkat Profesionalisme.

Dari hasil analisis Regresi, dengan nilai p value sebesar 0,1437 (p>0,1), maka dapat disimpulkan bahwa tingkat profesionalisme seorang akuntan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keahlian seorang Akuntan di bidang Computer Audit. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya (Poznansky dan Bline, 1991) yang mengungkapkan bahwa tingginya tingkat profesional seseorang akan meningkatkan kinerjanya di bidang tersebut. Dengan hasil ini, maka Hipotesa 6 penelitian ini ditolak.

Hasil ini dapat disebabkan penggunaan Audit Software di lingkungan akuntan Indonesia belum memasyarakat dengan baik sehingga tingkat pemahaman mengenai Computer Audit relatif sama pada akuntan dengan tingkat profesionalisme yang tinggi maupun akuntan dengan tingkat profesionalisme yang rendah. Selain itu biaya perolehan Audit Software yang relatif tinggi menghambat para akuntan profesional untuk mempelajari dan menggunakannya . Kedua hal tersebut mengakibatkan banyaknya akuntan di Indonesia yang bersikap skeptis dan ragu-ragu terhadap manfaat penggunaan Audit Software.

V. PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN.

Hasil Penelitian ini menegaskan kembali temuan Harrison - Rainer (1992) dan Rifa - Gudono (1999) bahwa kecemasan atau kesukaan seseorang (Computer Anxiety) terhadap komputer serta kesukaan terhadap Matematika mempengaruhi keahliannya di bidang komputer secara umum (End User Computing). Hasil penelitian ini melihat adanya bukti bahwa kondisi yang sama juga terjadi bagi para Akuntan dalam hal keahlian di bidang Computer Audit.

Terkait dengan Tingkat Profesional seseorang, penelitian terdahulu (Poznasky dan Bline, 1995) menunjukkan adanya hubungan antara tingkat profesionalisme dengan organisasional commitment, kepuasan kerja dan akhirnya kepada kinerja seseorang, Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat profesionalisme tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keahlian seseorang di bidang Computer Audit. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat profesionalisme seorang akuntan tidak berpengaruh terhadap keahliannya di bidang Computer Audit. Hal ini disebabkan sosialisasi penggunaan Audit Software dilingkungan akuntan belum memasyarakat dengan baik sehingga pemahaman Audit Software relatif sama pada akuntan dengan tingkat profesionalisme yang tinggi maupun yang rendah.

Beberapa keterbatasan dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini. Pertama, jumlah responden sebanyak 80 responden merupakan jumlah yang terbatas jika dibandingkan populasi Akuntan di Indonesia yang berkisar 20.000 akuntan. Namun dampak negatif dari keterbatasan ini dapat diminimalkan dengan sebaran yang merata khususnya reponden Akuntan Pemerintah yang diperoleh dari sepuluh propinsi di Indonesia. Sedangkan untuk Akuntan Publik masih terbatas dari Propinsi DKI Jakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Selain dari pada itu hasil dari uji Non respon Bias , menunjukkan adanya kesamaan jawaban antara responden yang menjawab secara langsung dengan responden yang bersikap tidak antusias terhadap penelitian ini.

Keterbatasan lainnya adalah metode penyampaian kuisioner yang sebagian besar menggunakan Mail Survey. Dalam kondisi tersebut dapat terjadi perbedaan persepsi dalam mengisi pertanyaan yang diberikan. Di masa mendatang lebih baik jika penelitian serupa dilakukan melalui wawancara.

Nilai R kuardrat sebesar 50 % menunjukkan masih banyaknya penyebab lain yang mempengaruhi keahlian seorang Akuntan di bidang Computer Audit. Dengan kondisi tersebut, diharapkan adanya kelanjutan dari penelitian ini khususnya pengaruh faktor-faktor eksternal Auditor, yang mempengaruhi keahliannya di bidang Computer Audit, seperti tingginya Biaya Perolehan Audit Software serta kemampuan Audit Software dalam mengakses data pada Sistem Informasi Berbasis Komputer.

Hasil penelitian ini dapat mengidentifikasi pengaruh Personality seorang Akuntan terhadap keahliannya di bidang Komputer Audit. Sebagai End User Computing di bidangnya, Personality seseorang berpengaruh secara signifikan terhadap keahliannya pada bidang komputer yang sudah menjadi tuntutan perkembangan Tehnologi Informasi. Hal ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Kantor Akuntan Publik, maupun Instansi Pengawasan Pemerintah dalam pengembangan Sumber Daya Manusianya.

Implikasi dari hasil penelitian ini terkait dengan pengembangan Sumber Daya Manusia di kalangan profesi Akuntan. Dewasa ini, salah satu jenis penugasan audit yang sedang banyak dilakukan adalah Audit Sistem Informasi dan audit pada Sistim Informasi berbasis Komputer . Dalam melaksanakan penugasan tersebut dituntut pemahaman dan keahlian seorang Akuntan di bidang komputer, baik secara umum maupun dalam menggunakan Audit Software. Dalam pengembangan personel tersebut, perlu dilakukan suatu seleksi(spesialisasi) agar program pengembangan mengenai sasaran yang diharapkan. Dengan hasil penelitian ini, dalam pemilihan personel yang akan dibina maupun ditugaskan hal tersebut, karakteristik Personalitynya diharapkan dapat menjadi pertimbangan utama.

Implikasi lain dari hasil penelitian ini adalah mendorongnya pihak lain untuk melakukan penelitian di bidang Computer Audit. Dengan pesatnya perkembangan Tehnologi Informasi, penelitian di bidang Computer Audit akan banyak membantu peningkatan keahlian seorang auditor. Misalnya, penelitian tehnik audit yang efisien dan efektif dalam penanganan penggunaan E-Commerce di dunia bisnis, penggunaan ATM Bersama di dunia perbankan, Pengendalian pada Jaringan Komputer ( Nerworking ) serta evaluasi mengenai praktek-praktek kecurangan di dunia komputer dewasa ini.

Dengan banyaknya penelitian di bidang ini. maka diharapkan dapat ditingkatkan pengetahuan di bidang tersebut dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kinerja Auditor di Indonesia .

V.SIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari lima variabel personality terdapat tiga variabel terbukti signifikan berpengaruh terhadap keahlian computer audit. Ketiga variabel tersebut adalah cemas (Fear) terhadap komputer, suka terhadap komputer dan suka matematika masing-masing dengan signifikansi 0,0049; 0,0990 dan 0,0008. Dengan demikian hipotesis 1, 2 dan 5 tidak ditolak. Sedangkan dua variabel personality yang lain yaitu sikap optimis dan pesimistis perkembangan komputer terbukti tidak signifikan masing-masing ditunjukkan dengan signifikansi 0,4746 dan 0,7971. Dengan demikian hipotesis 3 dan 4 ditolak. Variabel tingkat profesionalisme juga terbukti tidak signifikan terhadap keahlian computer audit yang ditunjukkan dengan signifikansi 0,1437. Dengan demikian hipotesis 6 juga ditolak.

Kemampuan prediksi dari keenam varaibel terhadap keahlian computer audit sebesar 50% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai R kuadrat sebesar 50 %. Hasil ini menunjukkan masih banyaknya penyebab lain yang mempengaruhi keahlian seorang Akuntan di bidang Computer Audit. Dengan kondisi tersebut, diharapkan adanya kelanjutan dari penelitian ini khususnya pengaruh faktor-faktor eksternal Auditor, yang mempengaruhi keahliannya di bidang Computer Audit, seperti tingginya Biaya Perolehan Audit Software serta kemampuan Audit Software dalam mengakses data pada Sistem Informasi Berbasis Komputer.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, 2000, Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Ekonesia Yogyakarta.

Amaroso, D.L. and Cheney, P.H. 1991, Testing a casual model of end user application effectiveness, Journal of Management Information Systems, 8, 1, 63-91.

Baron, R.A. and Greenberg, J, 1990, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work 3 rd ed., Allyn & Bacon.

Benjamin, R.I, 1982, Information technology in 1990’s: a long-range planning scenario, MIS Quartely,6,2, June, 11-31.

Bookholdt, JL, 1999, Accounting information System-Transaction, Processing and Control, Irwin-Mc Graw Hill.

Cherrington, D.J., 1994, Organizational Behaviour 2 nd ed. Allyn & Bacon.

Coderre, David. 1999. Computer Assisted Techniques for Fraud Detection. The CPA Journal August 1999. Hal 57-59.

Dandes Rifa, Gudono. 1999. Pengaruh Faktor Demografi dan Personality terhadap keahlian dalam End User Computing. Journal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.2 No.1 Hal. 20-36

Doll, W.J. and Torkzadeh, G, 1989, A Discrepancy model of end user computing involvement, Management Science, 35,10, October, 1151-1171.

Gudjarati, Damodar, 1978, Basic Econometrics, Mc- Graw Hill, Inc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN KATALIS K3-xHxPW12O40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

GENERAL LEAST SQUARE

Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi