JURNAL BISNIS DAN EKONOMI, MARET 2003

MODERATING EFFECT OF LOCUS OF CONTROL FOR THE RELATIONSHIP BETWEEN JOB STRESS AND STRAINS :

A CASE STUDY AMONG RSIS NURSES

Oleh : Fakhruddin Ali Akhmad dan Asri Laksmi Riani

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Surakarta

ABSTRACT

This study inspirited by Afzalur Rahim (1996) and Luo Lu (1999)’s studies which analysis effect of locus of control as moderated job stress toward job strains (job satisfaction and symptoms of psychological distress). The data for this study were drawn from RSIS nurses. Using simple random sampling procedures with random-digit tables, the sample taken for this study was 100 people from the population of 171 nurses of RSIS. By adopting multiple regression analysis, after controlled some control variables (ages, sex, marital status, and working time), this study found that job stress for the nurses in RSIS had negative and significant effect to their job satisfaction, and had positive and significant effect to their symptoms of psychological distress. In other word that locus of control in this study was not moderate the relationship between job stress and strains of nurses in the RSIS.

Keywords : job stress, job strains

  1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dinamika lingkungan kerja kontemporer penuh dengan berbagai tantangan, ancaman dan kesempatan-kesempatan baru bagi tiap individu dan organisasi. Kenyataan bahwa tugas dan pekerjaan tertentu cenderung lebih menekan dan berat daripada yang mempunyai implikasi penting bagi pihak manajerial lain (Mondy, Noe, dan Premeaux,1996:14).

Pada suatu tahap kehidupan, setiap individu sebagai pelaku utama, sumber ide, prestasi, tindakan dan mutu dalam organisasi akan menemui dan dihadapkan dengan berbagai masalah yang menyangkut dan berkisar tentang kerja dan pekerjaan. Namun kenyataan yang terjadi dalam kehidupan, tidak semua individu mempunyai kemampuan dan kesiapan mental yang mencukupi untuk mengatasi berbagai persoalan dan tuntutan lingkungan kerja sehingga individu akan mengalami berbagai macam masalah yang berhubungan dengan gejala gangguan mental, fisik maupun perilaku (strains), seperti ketidakpuasan kerja, konsentrasi berkurang, agresif dan pemarah, tekanan darah tinggi, depresi dan frustasi, perubahan pola tidur, tindakan kriminal, dan penyalahgunaan alkohol dan psikotropika (Cooper dan Davidson,1982:51-53; Gruenberg, Moore, dan Greenberg,1998:487; Fox, Dwyer, dan Ganster,1993:289; Lu,1999:61; Beehr et al,2000:392; Longenecker et al,1999:71-73).

Berbagai gejala gangguan mental, fisik dan perilaku (strains) sesungguhnya merupakan akibat lebih lanjut dari stres yang di alami oleh individu karena dihadapkan dengan berbagai tuntutan untuk mengatasi segala keterbatasan pada dirinya dan menyesuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan di sekitarnya. Menurut Jex dan Beehr,1991 (dalam Spector, Chen, dan O’Connell,2000:211) strains dapat terwujud dalam tiga bentuk, yaitu: behavioral strains (mabuk, merokok, absensi, agresif), physical strains (sakit kepala, tekanan darah tinggi, serangan jantung), dan psychological strains (ketidakpuasan kerja, depresi, frustasi). Sedangkan menurut Lu (1999:61) stres telah menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai persoalan kesehatan yang serius pada abad ke-20. Persoalannya bukan hanya bagi kesehatan fisik dan ketidakmampuan mental individu sebagai pekerja, tetapi juga bagi organisasi dan pemerintah yang telah mulai menyadari kerugian finansial akibat stres.

Tanpa menghiraukan sumbernya, stres ternyata memiliki peran yang penting bagi setiap individu untuk mencapai tahap kedewasaan yang sehat. Stres dapat membantu individu untuk belajar dan bertumbuh melalui pengalaman (Hawari,1995: 20-31). Stres, yang sesungguhnya suatu istilah teknis, merupakan hasil dari menaruh sesuatu dalam tekanan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Adanya kepercayaan bahwa stres, khususnya stres kerja, telah menjadi konsep kunci yang memainkan peran penting terhadap perkembangan akibat-akibat negatif (positif) individu dalam organisasi serta telah menjadi topik yang populer di kalangan peneliti dan para praktisi (Elangovan dan Xie,1999:361).

Setiap individu yang ditempatkan pada kondisi-kondisi lingkungan yang sama mungkin menunjukkan tanggapan psikologis, fisik dan perilaku yang sangat berbeda. Oleh karena itu, stres mempengaruhi seseorang dengan berbagai cara yang berbeda dan dengan akibat yang bermacam-macam tergantung pada kondisi individu yang bersangkutan serta sumber potensial stres (stressor) tertentu yang di evaluasi, yang mungkin menjadi penyebab stres bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Fenomena ini tidak terlepas dari adanya buffer effects yang berasal dari beberapa variabel pemoderat yang mempengaruhi hubungan antara stressor, stres dan akibat-akibatnya menjadi lebih lemah untuk beberapa individu dan lebih kuat bagi individu lain (Tyagi,1998:227). Selama bertahun-tahun, penelitian empiris telah mengidentifikasikan beberapa faktor kepribadian, seperti locus of control, yang berlaku sebagai pemoderat terhadap akibat stres (strains) yang merugikan individu dan organisasi. Penelitian empiris juga telah menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik kepribadian dan dukungan sosial membuat individu relatif terbebas dari strains kerja.

Adapun penelitian ini berusaha menganalisis dan menguji pengaruh variabel moderator locus of control terhadap pengaruh stres kerja ( role ambiguity, role conflicts, workloads, job insecurity, lack of autonomy) tehadap tingkat kepuasan kerja dan gejala gangguan psikologis (depresi, kegelisahan, gangguan kognisi dan emosional) tenaga perawat. Dalam penelitian ini, LoC tenaga perawat akan diintaraksikan dengan stres kerja (interaction terms) sehingga tenaga perawat yang memiliki kecenderungan internal atau internals secara signifikan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dan gejala gangguan psikologis yang lebih rendah daripada tenaga perawat yang memiliki kecenderungan eksternal atau externals (Rahim,1996:48-49; Elangovan dan Xie,1999: 362-363).

Penulis memilih tenaga perawat sebagai responden karena mengikuti saran dari Vredenburgh dan Trinkaus,1983 (dalam Fox et al,1993:295) bahwa tenaga perawat merupakan gambaran sampel yang sesuai, terutama bagi penelitian.....stres. Sebagai bagian dari profesional yang bekerja pada organisasi yang birokratis, tenaga perawat mungkin sering mengalami konflik untuk mengendalikan timbulnya ketidaksesuaian antara praktek-praktek kerja dengan harapan yang ditanamkan selama masa pelatihan. Tenaga perawat dengan susah payah berusaha memperoleh pengakuan dan prestise profesinya dari masyarakat. Tenaga perawat.....umumnya (memiliki) tanggung jawab yang besar dan pekerja keras. Lebih lanjut, kebanyakan tenaga perawat adalah wanita dan persoalan keluarga sepertinya lebih berpengaruh terhadap pekerjaan dan pertimbangan karirnya.

  1. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Kerangka Teoritis

      1. Variabel prediktor stres kerja

Stres menurut Robbin (2001:563) merupakan kondisi dinamis di mana individu dihadapkan dengan kesempatan, batasan dan tuntutan yang berhubungan dengan apa yang dia inginkan, dan hasil dari dari keinginan tersebut menjadi tidak pasti dan penting. Kreitner dan Kinicki (2001:587) mendefinisikan stres sebagai suatu reaksi adaptif tubuh, yang diperantarai oleh karakteristik-karakteristik individual dan/atau proses-proses psikologis sebagai akibat dari beberapa tindakan, situasi dan kejadian luar yang membutuhkan tuntutan-tuntutan fisik dan/atau psikologis khusus pada seseorang.

Berdasarkan uraian sebelumnya dan tujuan penelitian ini, maka stressor pekerjaan diidentifikasikan sebagai karakteristik yang di miliki oleh suatu pekerjaan tertentu dalam organisasi (faktor organisasional) yang di duga memberi ancaman stres kerja terhadap karyawan. Dengan kata lain, stres kerja terjadi akibat rendahnya kesesuaian antara karyawan dengan pekerjaannya (person-job fit).

Sumber potensial stres (stressor) pekerjaan yang penulis pertimbangkan akan menyebabkan tenaga perawat mengalami stres kerja meliputi Role ambiguity yaitu kondisi ketidakpastian akibat seorang individu karena kurang mengerti dan memahami mengenai prioritas, harapan dan kriteria evaluasi yang diterapkan organisasi kerjanya. Role conflicts merupakan suatu kondisi di mana individu dihadapkan dengan dua atau lebih perintah/tuntutan peran dan pekerjaan yang mempunyai pencapaian tujuan yang saling bertentangan dan mutually exclusive (pelaksanaan salah satu perintah akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain). Workloads yaitu situasi yang menunjukkan tingkat di mana tuntutan peran dan pekerjaan melebihi sumber daya individu pekerja dan organisasi kerjanya, dan akibatnya pekerja tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaan sesuai yang diharapkan. Job insecurity merupakan suatu kondisi di mana individu menilai resiko kehilangan atau tingkat keamanan pekerjaan yang di milikinya. Pertanyaan-pertanyaan yang berkisar mengenai kemungkinan individu tersebut menjadi pengangguran atau kesempatan memperoleh pekerjaan baru jika dia kehilangan pekerjaan yang di milikinya sekarang. Dan lack of autonomy yaitu kurang mencukupinya wewenang dan rentang kendali formal (kekuasaan) yang di miliki pekerja untuk dapat melaksanakan tuntutan peran dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik.

2.1.2. Variabel moderator locus of control

Locus of control (LoC) merupakan karakteristik personal yang menjelaskan tingkat kepercayaan yang di miliki individu mengenai sumber penentu hidup dan kehidupan mereka (Gibson et al,2000:113-114; Kreitner dan Kinicki,2001:150). Internals adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi terhadap hidup dan kehidupan mereka tergantung pada usaha dan keahlian mereka sendiri. Sedangkan Externals adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi tehadap hidup dan kehidupan mereka disebabkan oleh nasib, keberuntungan atau kekuatan lain di luar dirinya (Cook et al,1997:510-512; Robbin,2001:567-568). Lebih jauh, sejumlah penelitian yang telah membandingkan antara internals dan externals menunjukkan secara konsisten bahwa individu yang mempunyai kecenderungan internal lebih puas dengan pekerjaannya, lebih mungkin menduduki posisi manajerial, lebih sesuai dengan gaya manajemen partisipatif, berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, mempunyai tingkat absensi yang lebih rendah, dan jarang mengalami berbagai gangguan kesehatan daripada pekerja yang merasa dirinya dikendalikan secara eksternal (Rahim,1996:48; Gibson et al,2000:114; Robbin,2001:567-568).

2.1.3. Variabel kriteria strains kerja

Strains kerja merupakan berbagai macam tanggapan yang dilakukan setiap individu secara normal dalam situasi tertentu yang menekan dan menuntut fisik dan psikologisnya (Rahim,1996:48). Menurut Jex dan Beehr,1991 (dalam Spector et al,2000:211) strains dapat terwujud dalam tiga bentuk, yaitu: behavioral strains (mabuk, merokok,absensi, agresif), physical strains (sakit kepala, tekanan darah tinggi, serangan jantung), dan psychological strains (ketidakpuasan kerja, depresi, frustasi). Adapun strains kerja dalam penelitian ini terwujud dalam psychological strains yang terdiri atas:

  • Kepuasan kerja

Menurut Wagner dan Hollenbeck (1995:206) kepuasan kerja merupakan perasaan yang menyenangkan, yang berasal dari persepsi seorang pekerja bahwa pekerjaannya menyediakan sarana untuk memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang penting.

Luthan (1998:144) mengemukakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi, yaitu: Kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang pada situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga; Kepuasan kerja ditentukan oleh hasil atau kesesuaian harapan, dan Kepuasan kerja dicerminkan oleh sikap-sikap yang dimiliki pekerja dalam organisasi.

  • Gejala gangguan psikologis

Gejala gangguan psikologis yang di alami tenaga perawat akibat dari stres kerja yang dideritanya di replikasi dari penelitian Rahim (1996:48) yang meliputi: Depresi yaitu gejala gangguan psikologis yang di alami tenaga perawat akibat stres kerja yang dideritanya dan terwujud dalam berbagai perasaan sering bosan, putus asa, keletihan, kesepian, kehilangan hasrat seksual serta memiliki ide negatif untuk bunuh diri. Kegelisahan tercermin dalam berbagai perasaan sering kebingungan, perut mual, kepala pusing, tangan gemetar, merasa ketakutan dan menghindari sesuatu yang asing dan baru. Gangguan kognisi yaitu gejala gangguan psikologis yang terwujud seperti sering mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatu, kesulitan berkonsentrasi, sering melamun, menjadi pelupa dan kesulitan mengungkapkan gagasan melalui kata-kata. Dan emosional yang tercermin seperti sering kehilangan kendali, merasa mudah jengkel, memusuhi orang lain yang tidak bersalah dan mudah emosi terhadap hal-hal yang kurang penting.

GAMBAR 1

MODEL STRES KERJA – STRAINS KERJA – LOCUS OF CONTROL

JOB STRAINS

JOB STRESS

LOCUS of CONTROL

Sumber: Diolah berdasarkan review job stress model (Rahim,1996:46-58; Lu,1999;61-74; Elangovan dan Xie,1999:359-373) dan hipotesis penelitian.

    1. Pengembangan Hipotesis

  1. Di duga stres kerja akan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja tenaga perawat di RSI Surakarta.

  1. Di duga stres kerja akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap gejala gangguan psikologis tenaga perawat di RSI Surakarta.

  1. Di duga locus of control memoderati pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga perawat sehingga internals akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada externals.

  1. Di duga locus of control memoderati pengaruh stres kerja terhadap gejala gangguan psikologis tenaga perawat, sehingga internals akan memiliki gejala gangguan psikologis yang lebih rendah daripada externals.

III. METODE PENELITIAN

    1. Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan terhadap 100 tenaga perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta yang dipilih dengan menggunakan simple random sampling dari seluruh tenaga perawat RSIS yang berjumlah 117 orang dengan menggunakan tabel bilangan random (random digit table). Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data primer yang di peroleh melalui kuisioner. Dari 100 kuisioner yang diberikan kepada responden yang terpilih secara langsung dalam jangka waktu 3 minggu, ternyata hanya 83 orang (83 %) yang dapat dihubungi dan mengembalikan kuisioner secara lengkap, sisanya 17 orang tidak mengembalikan kuisioner dengan lengkap sehingga dinyatakan gugur, di mana tenaga perawat yang menjadi responden akhir penelitian ini rata-rata berumur 25,53 tahun, berjenis kelamin perempuan 55 orang (66,3 %), 45 orang (54,2 %) berstatus menikah, dan memiliki masa kerja 1 – 4 tahun, yaitu sejumlah 35 orang (42,2 %).

    1. Teknik Pengukuran Variabel

      1. Variabel stres kerja

Kuisioner tingkat stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 butir pernyataan yang disusun berdasar Stress Diagnostic Survey (Michigan Diagnostic Scale) dari Ivancevich, J.M. dan Matteson, M.T.,1983 (dalam Pranidyowati,2000:91) untuk dimensi workloads, job insecurity dan lack of autonomy. Sedangkan role ambiguity dan role conflicts di ukur dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Rizzo, House dan Lirtzman,1970 (dalam Kreitner dan Kinicki,2001:389). Alternatif jawaban menggunakan format skala Likert-4 (1 = Tidak Pernah Merasakan…. 4 = Selalu Merasakan).

3.2.2. Variabel Locus of Control

Kuisioner locus of control yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasar kuisioner The Mind Test yang telah dikembangkan dari definisi locus of control yang dikemukakan J.B. Rotter oleh Rita Aero dan Elliot Weiner, 1981 (dalam Gibson et al,2000:97-98). Kuisioner ini terdiri dari 12 butir pernyataan dengan alternatif jawaban menggunakan format skala Likert-4 (1 = Sangant tidak setuju…. 4 = Sangat setuju).

3.3.3. Variabel Kepuasan Kerja

Kuisioner tingkat kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuisioner baku Minnessota Satisfaction Quistionnaire ( MSQ ) dari Weiss, Dawis, England dan Lofquist (dalam Dipboye, Smith, dan Howell,1994:156) versi pendek yang berjumlah 20 item pernyataan dengan alternatif jawaban menggunakan skala Likert-4 (1 = Sangant tidak memuaskan…. 4 = Sangat memuaskan).

      1. Variabel Gejala Gangguan Psikologis

Kuisioner ini terdiri dari empat dimensi gejala gangguan psikologis, yaitu depresi, kegelisahan, gangguan kognisi dan emosional yang di susun berdasarkan Psychiatric Symtoms Index (PSI) dari Ilfeld,1979 (dalam Holmes,1998:381). Kuisioner ini terdiri dari 16 butir pernyataan, dari versi baku Psychiatric Symtoms Index (PSI) yang berjumlah 54 item. Alternatif jawaban menggunakan skala Likert-4 (1 = Tidak Pernah Merasakan…. 4 = Selalu Merasakan).

    1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian ini diukur dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, sedangkan internal konsistensi diukur dengan Alpha Cronbach.

    1. Hierarchical Regression Analysis

Untuk menguji dan membuktikan secara statistik hubungan-hubungan antara stres kerja, locus of control, kepuasan kerja dan gejala gangguan psikologis maka serangkaian analisis regresi berganda yang dilakukan secara terpisah terhadap variabel kepuasan kerja dan gejala gangguan psikologis, dilaksanakan secara berkali-kali dengan komposisi variabel yang berbeda, mungkin di tambah, atau dikurangi. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan tingkat pengaruh di setiap tingkat (step) pengujian. Menurut Cohen dan Cohen, 1983 (dalam Rahim,1996: 52) dan Harsono (2002:3) prosedur pengujiannya yaitu: Variabel kontrol dimasukkan ke dalam pengujian; Variabel kontrol dan variabel utama di masukkan ke dalam pengujian, dilihat perubahan koefisien determinasi, nilai t dan nilai F nya; Dan variabel kontrol, variabel utama dan variabel interaksi di masukkan ke dalam pengujian, dilihat perubahan koefisien determinasi, nilai t dan nilai F nya.

Model persamaan regresi berganda dalam penelitian ini mengikuti model yang telah dikembangkan oleh Brownell (1982:773) dan telah dipergunakan oleh Frucot dan Shearon (1991:92) sebagai berikut:

Untuk Kepuasan Kerja

Y1 = â0 + × Ã¢1 + (X*Z) â2 (1)

Untuk Gejala Gangguan Psikologis

Y2 = â0 + × Ã¢1 + (X*Z) â2 (2)

di mana :

Y1 = Tingkat kepuasan kerja yang diukur dengan MSQ

Y2 = Tingkat gejala gangguan psikologis yang diukur dengan PSI

× = Nilai stres kerja

Æ = Nilai locus of control

(X*Z) = Nilai interaksi antara stres kerja dengan locus of control

âo = Konstanta

âi = Koefisien regresi atau besarnya pengaruh masing-masing

variabel prediktor terhadap variabel kriteria

    1. ANALISIS

Deskripsi responden penelitian, korelasi antar variabel ditunjukkan pada Tabel 1, di mana responden memiliki rata-rata umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja adalah 25,53; 0,66; 0,57; dan 2,34. Sedangkan nilai deviasi statndarnya adalah 3,739; 0,476; 0,522; dan 0,785. Adapun dari hasil korelasi antar variabel penelitian diperoleh bahwa seluruh variabel utama memiliki korelasi yang signifikan dan sesuai dengan korelasi teoritisnya.

TABEL 1

STATISTIK DESKRIPTIF DAN KORELASI

Variabel

Mean

STD

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Umur

25,53

3,739

1

2. Kelamin

0,66

0,476

,081 1

3. Status

0,57

0,522

,606** ,140 1

4. Masa Kerja

2,34

0,785

,823** -,018 ,658** 1

5. Stres Kerja

34,31

5,405

-,244* -,072 -,167 -,275* 1

6. LoC

36,06

3,880

,131 ,137 ,151 ,161 -,338** 1

7. Kepuasan

57,98

6,884

,348** -,107 ,251* ,520** -,456** ,230* 1

8. GGP

23,22

3,397

-,255* -,030 -,118 -,362** ,702** -,539** -,508** 1

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data Primer Diolah

TABEL 2

RINGKASAN UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Nama Variabel

Simbol

Interval Pearson Correlation

Sig. ( 2 – Tailed )

a

Stres Kerja

X

0,289 – 0,503

0,000 – 0,008

0,7048

Locus of Control

Z

0,375 – 0,550

0,6671

Kepuasan Kerja

Y1

0,408 – 0,717

0,000 – 0,000

0,8748

Gejala Gangguan Psikologis

T2

0,289 – 0,497

0,000 – 0,008

0,5773

Sumber: Data Primer Diolah

Berkenaan dengan uji validitas dan reliabilitas (Tabel 2), walaupun seluruh instrumen penelitian terbukti valid untuk melakukan fungsi ukurnya, namun penulis menghadapi persoalan klasik yang sering dihadapi oleh para peneliti dan serius, yaitu konsistensi internal/koefisien reliabilitas yang berhasil penulis capai. Khususnya instrumen PSI yang masih memiliki koefisien reliabilitas dibawah standar Sekaran (2000;206), yaitu 0,5773. Rendahnya koefisien reliabilitas instrumen PSI kemungkinan dikarenakan perbedaan latar belakang budaya di mana konsep ini pertama kali di letakkan dan mengalami perkembangan, serta perbedaan sampel penelitian sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Rahim (1996:48) yang penulis jadikan sumber replikasi. Di samping itu, jumlah item yang penulis gunakan untuk mengukur gejala gangguan psikologis hanya 16 item dari versi baku Psychiatric Symtoms Index (PSI) yang berjumlah 54 item yang telah dikembangkan oleh Ilfeld,1979 (dalam Holmes,1998:381) tanpa melalui analisis faktor terlebih dahulu.

TABEL 3

IKHTISAR HASIL REGRESI BERGANDA KEPUASAN KERJA

Nama Variabel Penelitian

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Nilai

Sig.

Nilai

Sig

Nilai

Sig

Umur Responden

-1,215

0,228

-1,403

0,165

-1,347

0,182

Jenis Kelamin

-0,606

0,546

-0,968

0,336

-0,613

0,542

Status

-0,944

0,348

-0,874

0,385

-0,849

0,398

Masa Kerja

4,238

0,000

3,970

0,000

4,146

0,000

Stres Kerja

-3,823

0,000

Stres * LoC

-2,360

0,021

R 2

0,304

0,415

0,351

DR 2

0,304

0,111

0,064

F

8,528

0,000

10,937

0,000

8,336

0,000

Sumber: Data Primer Diolah

Tabel 3 menunjukkan hasil dari analisis regresi berganda stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga perawat. Dari beberapa variabel kontrol yang dimasukkan dalam analisis Tahap I, ternyata hanya variabel masa kerja tenaga perawat yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja mereka. Sedangkan variabel kontrol yang lain, walaupun memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja tetapi tingkat pengaruhnya tidak signifikan. Setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja responden), hasil pengujian Tahap II menunjukkan bahwa stres kerja yang diderita tenaga perawat di RSIS memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerjanya {t= -3,823;0,000}. Sedangkan pengaruh stres kerja bersama-sama variabel kontrol terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 10,937 (0,000) dan tingkat kepuasan kerja dapat dinilai oleh stres kerja sebesar 11,1 %, sisanya sebesar 58,5 % dijelaskan oleh variasi nilai variabel-variabel lain selain variabel stres kerja dan variabel kontrol yang tidak tercantum dalam penelitian ini. Dari Tabel 3 juga diperoleh hasil dari Tahap III bahwa setelah melihat signifikansi nilai t, perubahan R2 (DR 2) dan nilai F hitung pada saat sebelum dan sesudah variabel interaksi (Stres*LoC) dimasukkan dalam analisis terhadap kepuasan kerja, ternyata terjadi penurunan pada nilai t, nilai R2 dan nilai F. Atau dengan kata lain bahwa locus of control dalam penelitian ini tidak memoderati pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga perawat.

TABEL 4

IKHTISAR HASIL REGRESI BERGANDA GEJALA GANGGUAN PSIKOLOGIS

Nama Variabel Penelitian

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Nilai

Sig.

Nilai

Sig

Nilai

Sig

Umur Responden

0,603

0,548

1,001

0,320

0,733

0,466

Jenis Kelamin

-0,754

0,453

-0,351

0,726

-0,793

0,430

Status

1,559

0,123

1,795

0,077

1,481

0,143

Masa Kerja

-3,018

0,003

-2,829

0,006

-2,898

0,005

Stres Kerja

8,140

0,000

Stres * LoC

2,623

0,011

R 2

0,165

0,551

0,233

DR 2

0,165

0,386

0,318

F

3,849

0,007

18,908

0,000

4,687

0,001

Sumber: Data Primer Diolah

Selanjutnya Tabel 4 menunjukkan hasil dari analisis regresi berganda stres kerja terhadap gejala gangguan psikologis tenaga perawat. Dari beberapa variabel kontrol yang dimasukkan dalam analisis Tahap I, ternyata hanya variabel masa kerja tenaga perawat yang kembali memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gejala gangguan psikologis mereka. Sedangkan variabel kontrol yang lain, walaupun memiliki pengaruh terhadap gejala gangguan psikologis tetapi tingkat pengaruhnya tidak signifikan. Setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja responden), hasil pengujian Tahap II menunjukkan bahwa stres kerja yang diderita tenaga perawat RSIS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap gejala gangguan psikologisnya {t= 8,140;0,000}. Sedangkan pengaruh stres kerja bersama-sama variabel kontrol terhadap gejala gangguan psikologis adalah sebesar 18,908 (0,000) dan tingkat gejala gangguan psikologis dapat dinilai oleh stres kerja sebesar 38,6 %, sisanya sebesar 44,9 % dijelaskan oleh variasi nilai variabel-variabel lain selain variabel stres kerja dan variabel kontrol yang tidak tercantum dalam penelitian ini. Dari Tabel 3 juga diperoleh hasil dari Tahap III bahwa setelah melihat signifikansi nilai t, perubahan R2 (DR 2) dan nilai F hitung pada saat sebelum dan sesudah variabel interaksi (Stres*LoC) dimasukkan dalam analisis terhadap gejala gangguan psikologis, ternyata terjadi penurunan pada nilai t, nilai R2 dan nilai F. Atau dengan kata lain bahwa locus of control dalam penelitian ini tidak memoderati pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga perawat.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data dengan bantuan Program SPSS 11.0 for Windows melalui analisis regresi berganda guna mencari pengaruh dari variabel prediktor (stres kerja) dan variabel moderator (locus of control) terhadap variabel kepuasan kerja dan gejala gangguan psikologis tenaga perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta (yang dilakukan secara terpisah), maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Dari beberapa variabel kontrol yang dimasukkan dalam analisis, ternyata hanya variabel masa kerja tenaga perawat yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja dan tingkat gejala gangguan psikologis mereka, yaitu sebesar -3,970 (0,000) dan 2,829 (0,011). Sedangkan variabel jenis kelamin, status perkawinan, dan umur responden walaupun memiliki pengaruh tetapi tingkat pengaruhnya tidak signifikan, baik terhadap tingkat kepuasan kerja maupun gejala gangguan psikologis tenaga perawat.

  1. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa stres kerja akan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja tenaga perawat Rumah Sakit Islam Surakarta ternyata di dukung (supported) dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda untuk kepuasan kerja setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol di peroleh nilai t hitung sebesar – 3,823 (0,000), di mana pengaruh dari stres kerja terhadap tingkat kepuasan kerja tenaga perawat setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol adalah sebesar 11,1%. Sedangkan sisanya sebesar 58,5% dipengaruhi oleh variasi nilai variabel lain selain variabel stres kerja dan variabel kontrol yang tidak tercantum dalam penelitian ini. Adapun pengaruh stres kerja bersama-sama variabel kontrol (nilai F hitung) terhadap tingkat kepuasan kerja tenaga perawat adalah sebesar 10,937 dengan tingkat signifikansi 0,000.

  1. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa stres kerja akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap gejala gangguan psikologis tenaga perawat Rumah Sakit Islam Surakarta ternyata di dukung (supported) dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda untuk gejala gangguan psikologis setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol di peroleh nilai t hitung sebesar 8,140 (0,000), di mana pengaruh dari stres kerja terhadap tingkat gejala gangguan psikologis tenaga perawat setelah mengendalikan beberapa variabel kontrol adalah sebesar 38,6%. Sedangkan sisanya sebesar 44,9% dipengaruhi oleh variasi nilai variabel lain selain variabel stres kerja dan variabel kontrol yang tidak tercantum dalam penelitian ini. Adapun pengaruh stres kerja bersama-sama variabel kontrol (nilai F hitung) terhadap tingkat gejala gangguan psikologis tenaga perawat adalah sebesar 18,908 dengan tingkat signifikansi 0,000.

  1. Hipotesis H3.a yang menyatakan bahwa locus of control akan memoderati pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja, sehingga tenaga perawat yang internals akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang externals ternyata tidak didukung (unsupported) dalam penelitian ini. Atau dengan kata lain bahwa locus of control yang di miliki tenaga perawat tidak menimbulkan perbedaan yang nyata terhadap tingkat kepuasan kerja tenaga perawat di lingkungan Rumah Sakit Islam Surakarta.

  1. Hipotesis H3.b yang menyatakan bahwa locus of control akan memoderati pengaruh stres kerja terhadap gejala gangguan psikologis, sehingga tenaga perawat yang internals akan memiliki tingkat gejala gangguan psikologis yang lebih rendah daripada yang externals ternyata tidak didukung (unsupported) dalam penelitian ini. Atau dengan kata lain bahwa locus of control yang dimiliki tenaga perawat tidak menimbulkan perbedaan yang nyata terhadap tingkat gejala gangguan psikologis tenaga perawat di lingkungan Rumah Sakit Islam Surakarta.

Mempertimbangkan kesimpulan dan hasil penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya beberapa kelemahan dan keterbatasan yang masih harus diperbaiki dan membutuhkan perhatian yang mendalam, yaitu:

  1. Responden penelitian ini walaupun berasal dari tenaga profesional yang bekerja di organisasi publik serta telah dipilih secara random, namun jumlah responden yang dipergunakan dalam penelitian ini masih terbatas (83 orang) dan analisis data penelitian pada tingkat analisis individual. Akibatnya, ukuran sampel tersebut kurang mencukupi secara statistik untuk mendeteksi adanya pengaruh dari variabel moderator sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Aguinis dan Stone-Romero,1997 (dalam Jex dan Blise,1999:358). Penelitian selanjutnya diharapkan mengatasi persoalan ini dengan jalan meningkatkan jumlah sampel penelitian serta memperluas tingkat analisis data sampai tingkat industri dengan berbagai latar belakang profesi.

  1. Dari beberapa variabel kontrol yang penulis masukkan dalam analisis data, ternyata hanya masa kerja tenaga perawat yang memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan umur, jenis kelamin dan status perkawinan tenaga perawat tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Penelitian selanjutnya diharapkan tetap memasukkan variabel kontrol tersebut (atau variabel kontrol lain berdasar review penelitian yang telah dilakukan sebelumnya) dalam analisis data penelitian dan membantu memecahkan persoalan mengapa hanya variabel masa kerja yang terbukti berpengaruh signifikan, baik terhadap tingkat kepuasan kerja maupun gejala gangguan psikologis tenaga perawat dan juga dapat memperoleh eksplanansi hasil penelitian yang lebih baik.

  1. Berkenaan dengan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, penulis menghadapi persoalan klasik yang sering dihadapi oleh para peneliti, yaitu rendahnya koefisien validitas maupun koefisien reliabilitas yang berhasil penulis capai. Khususnya instrumen PSI yang masih memiliki koefisien reliabilitas dibawah standar Sekaran (2000;206). Penulis mengharap penelitian selanjutnya dapat mengatasi persoalan tersebut dengan menggunakan instrumen-instrumen lain yang telah terbukti valid dan reliabel atau mengadakan analisis faktor secara mendalam terhadap item-item suatu instrumen, terutama yang berasal dari journal asing, akibat dari adanya perbedaan latar belakang budaya, bahasa, sampel, dan daerah dimana suatu teori diletakkan dan mengalami perkembangan.

d. Pengukuran variabel stres kerja dalam penelitian ini menggunakan metode penjumlahan dari setiap dimensi stres kerja. Akibatnya, pengaruh dari setiap dimensi stres kerja terhadap strains kerja tidak dapat diketahui secara pasti. Demikian juga di antara dimensi gejala gangguan psikologis, tidak di ketahui secara pasti manakah yang paling basar terpengaruh oleh stres kerja. Penulis mengharapkan penelitian selanjutnya memperhatikan keterbatasan ini agar dapat memperoleh hasil dan saran yang lebih spesifik sebagai strategi menghadapi stres kerja dan menanggulangi gejala gangguan psikologis yang muncul.

e. Dari empat hipotesis penelitian, ternyata dua hipotesis mengenai pengaruh locus of control sebagai variabel pemoderat tidak di dukung seluruhnya, dikarenakan kesalahan metodologis yang mungkin penulis lakukan daripada kesalahan konseptual. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki kesalahan metodologis tersebut serta melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap karakteristik kepribadian individu sebagai variabel moderator.

Beer, T.A., Jex, S.M., Stacy, B.A. and Murray, M.A. ( 2000 ). ‘ Work stressor and cowoker support as predictors of individual strain and job performance ‘. Journal of Organization Behavior, 21, 391 – 405.

Brownell, Peter. ( 1982 ).’ A field study examination of budgetary participation and locus of control’. The Accounting Review, Vol LVII, No.4.

Cook, CW., Hunsaker, P.L. and Coffey, R.E. (1977). ‘Management and organizational behavior. 2 nd Edition, New York: Mac Graw-Hill.

Cooper, C.L and Dividson, M.J. (1982). ‘ The high cost of stress on women managers’. Organizational Dynamics, 44-53. (CD-Rom).

Dipboye, R.L., Smith, C.S. and Howell, W.C. (1994). ‘ Understanding industrial and organizational psychology: An intregrated approach’. Florida : Harcourt Brace and Company.

Elangovan, A.R. and Xie, J.L. (1999). ‘Effect of perceived power of supervisor on subordinate stress and motivation : The Moderating role of subordinate characteristic ‘. Journal of Organizational Behavior. 20.359 – 373.

Fox, M.L., Dwyer, D.J. and Ganster, D.C. (1993). ‘ Effects of stressful job demand and control on physicological and attitudional outcomes in hospital setting’. Academy of management Journal, 36, 298 – 818.

Frucot, V. And Shearon, W.T. (1991).’ Budgetary participation, locus of control and Mexican managerial performance and job satisfaction’. The Accounting Review, Volume 66, No.1 ,

80–99.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M. And Donnelly, J.H. (2000).’ Organizations : Behavior, structure and processes’. 10 th Edition, New York : Mac Graw-Hill.

Gruenberg, L., Moore, S. and Grennberg, E.S. (1998). ‘ Work stress and problem alcohol behavior : A test of the spillover model ‘. Journal of Organizational Behavior, 19, 487 – 502.

Harsono, Mugi. (2002). ‘ Prosedur pengujian variabel kontrol dan moderator dalam penelitian perilaku dengan menggunakan SPSS 10.00 ‘ . Seminar Bulanan Jurusan Manajemen (unpublished ) Surakarta : FE. UNS.

Hawari, Dadang. (1995). ‘ Kelebihan beban kerja : Ubahlah tingkat stress, bukan pekerjaan anda’. Majalah HIGINA. 21 – 31.

Holmes, David. (1998). Abnormal psychology ‘. 3 th Edition, New York : Harper Collins.

Jex, Steve. and Bliese, Paul.D. (1999). ‘ Efficacy belief as a moderator of the impact of work-related stressors : A multilevel study ‘. Journal of Applied Psychology, 84. 394 – 361.

Kreitner, R. and Kinicki, A.(2001). ‘ Organizational behavior ‘. 5 th Edition , New York : Mc Graw-Hill.

Longenecker, C.O., Schaffer, C.J and Scazzero, J.A. (1999). ‘ Causes and consequences of stress in the it profession ‘. 16, 71 – 78, (CD-Rom).

Lu, L. (1999). ‘ Work motivation, job stress and employees’ well-being’. Journal of Applied Management Studies, 8, 61 – 74.

Luthan, Fred. (1998). ‘ Organizational behavior’. 8 th Edition, Singapore : Mc Graw-Hill.

Mondy, R.W., Noe, R.M. and Premeaux, S.R. (1996). ‘ Human resources management’. 6 th Edition, New Jersey : Prentice-Hall.

Pranidyowati, T. (2000). ‘ Analisis faktor-faktor utama penyebab timbulnya stress kerja serta pengaruhnya terhadap kepuasan kerja ‘. Skripsi S-1 (unpublished). Yogyakarta : FE-UGM.

Rahim, M.A.(1996). ‘ Stress, strain and their moderator : An empirical comparison of entrepreneurs and managers ‘. Journal of Small Business Management, 4, 46 – 59.

Robbin, S.P.(2001). ‘ Organizational behavior. 9 th Edition, New Jersey : Prentice - Hall.

Sekaran, U. (2000). ‘ Research method for business : A skill-building approach’. 3 th Edition, New York : John Wiley & Sons.

Spector, P.E., Chen, P.Y. and O’Connell, B.J.(2000). ‘ A longitudinal study of relations between job stressors and job strains while controlling for prior negative affectivity and strains ‘. Journal of Applied Management Studies, 2, 211 – 218.

Tyagi, A. (1998). ‘ Organizational behavior ‘. New Delhi : Excel Books.

Wagner, J.A. and Hollenbeek, J.R. (1995). ‘ Management of Organizational behavior’. 2 th Edition, New Jersey : Prentice-Hall.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN KATALIS K3-xHxPW12O40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

GENERAL LEAST SQUARE

Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi